MFG 44 - Just Memories

Life must go on !!!
Iya kan ? Sedihnya cukup sehari gak usah berhari-hari 😅

Happy reading 😉

• • • • •

Hari demi hari Anthony lalui untuk mencari pujaan hatinya sepanjang waktu. Tak pernah sedetikpun dilaluinya tanpa memikirkan Lucy sampai sekarang.

Ya, sudah hampir dua bulan lamanya Anthony masih saja terus berusaha tanpa lelah mencari keberadaan Lucy, diseluruh penjuru Eropa.

Anthony rasanya masih tidak ingin meninggalkan negara itu. Tidak sebelum ia mendengar kabar wanita yang dicintainya itu.

Meski kabar yang harus didengarmya adalah kabar buruk, setidaknya ia tahu pasti bagaimana kondisi istrinya, sekarang.

Dan ya, setiap pagi Anthony selalu menyempatkan diri untuk melihat sunrise sebagai bentuk penyesalannya yang terdalam karena telah membuat istrinya itu tidak dapat melihat matahari lagi setelah kejadian dihari itu.

'Dimana kau, sayang ? Bagiamana kabarmu sekarang ? Hanya satu hal yang bisa kupastikan saat ini, bahwa kau masih tetap hidup dan bernafas disuatu tempat disana. Sungguh aku tidak akan bisa hidup didunia dimana kau sudah pergi meninggalkanku sendiri disini. Aku tidak mau hidup didunia dimana kau tidak ada didalamnya. Aku masih dalam keyakinan hatiku yang mengatakan kau masih hidup, sekarang. Entah dimana tapi aku sungguh sangat berharap kau baik-baik saja dimapun itu. Cepatlah pulang, sayang.'

Itulah kegiatan yang sering dilakukan Anthony, sekarang. Melamun dan berbicara pada dirinya sendiri sambil menatap lautan luas didepannya itu.

Mungkin terdengar gila, tapi sering sekali Anthony merasa frustasi hingga melakukan hal-hal nekad yang membahayakan dan mengancam nyawanya sendiri tapi, selalu ada Carol yang mencegah tindakan gilanya itu.

Seperti kemarin, saat Anthony masuk kedalam air kolam dalam waktu yang lama dan memang ia sengaja tidak ingin keluar dari sana. Beruntung Carol datang tepat waktu dan menyelamatkan Anthony saat itu.

"Kau tidak bisa terus-terusan seperti ini, bodoh. Semua orang mencarimu. Surat kabar memberitakan hal aneh-aneh tentangmu dan kau, bukannya melawan mereka kau hanya terus berdiam diri disini tanpa melakukan apa-apa. Kau bukan seperti Anthony yang kukenal. Anthony yang kukenal tidak akan diam saja saat para media memberitakan berita bohong seperti ini. Lihatlah. Meski sudah dua bulan, berita ini masih saja dicetak. 'Pengusaha ternama Anthony Morgan Baxter membunuh istrinya sendiri dimalam kedua pernikahan mereka.' Ayolah, An.. lakukan sesuatu tentang ini. Kau tidak bisa terus diam saat kehidupan terus berjalan diluar sana." ucap Carol yang terlihat tak lelah menemani dan menyemangati Anthony setiap harinya disana.

Tapi Anthony tetap diam ditempatnya dan lebih sering bungkam, seolah tak menginginkan kehadiran Carol disana. Memang benar adanya.

"Apa yang harus kulakukan ? Aku memang telah membunuh istriku, sendiri." ucap Anthony dengan nada suaranya yang terdengar hampa, pelan dan dingin karena memang pria itu sudah kehilangan semangat hidupnya sekarang.

Lihatlah sendiri. Penampilannya bahkan sudah sangat kacau sekarang. Matanya yang terlihat lelah karena kurang tidur, pakaiannya yang terlihat lusuh dan kotor. Entah kapan terakhir Anthony mandi dan makan dan benar. Tubuhnya terlihat kurus dan wajahnya terlihat garang karena bulu-bulu diwajahnya tumbuh dengan lebat.

Anthony sama sekali tidak pernah merawat dirinya, sekarang.

Carol yang melihat Anthony terus saja tenggelam dalam kesedihannya itu akhirnya kehilangan kesabarannya disana. Dalam perasaan kesal yang sudah menumpuk, Carol berjalan menghampiri Anthony dan memposisikan dirinya berdiri didepan pria itu seraya meremas kedua lengan Anthony dengan kuat disana.

"Itu tidak benar !! Kau tidak melakukan apapun pada istrimu. Sadarlah. Kau tidak bisa terus terpuruk seperti ini. Mau sampai kapan kau terpuruk dalam kesedihanmu seperti ini. Apa istrimu itu akan kembali jika kau hanya diam dan terus menunggunya disini ? Tidak, 'kan ?! Sekarang kau harus ikut aku pulang ke NY. Tempatmu disana. Bukan disini." ucap Carol yang langsung menarik tangan Anthony untuk mengikutinya disana tapi,

Dengan cepat Anthony menghempaskan tangan Carol dengan kasar disana.

Dan dalam keadaan kesal dan marah karena merasa terganggu dengan kehadiran Carol disana, Anthony langsung mencekik leher wanita itu lalu memojokkannya didinding.

"Katakan apa untungnya jika aku kembali ke NY ? Uang ? Kau berfikir aku bisa menghasilkan uang jika kembali kesana ? Aku bisa kembali bekerja seperti dulu dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa ? Untuk apa semua itu, sekarang ? Sebanyak apapun uang yang kuhasilkan tidak akan membuatku bahagia, sekarang. Jika kau tidak suka disini maka pergilah dan tidak perlu menggangguku disini. Aku tidak butuh siapapun termasuk dirimu. Dan ya, bisakah kau memastikan istriku akan kembali jika aku melanjutkan hidupku seperti dulu ? Tidak, 'kan ?" ucap Anthony yang kemudian melepaskan cekikannya pada Carol dan kemudian kembali ketempatnya lagi.

Menatap lautan luas dari jendela kamarnya disana.

Carol terlihat menatap Anthony yang membelakanginya itu sambil terbatuk karena cekikan Anthony padanya tadi.

Carol sama sekali tidak menyalahkan sikap keras kepala Anthony disana.

Itu adalah cinta. Begitulah pikir Carol. Anthony terlalu mencintainya istrinya itu sehingga sangat sulit baginya untuk melanjutkan hidupnya lagi, tapi Carol tentu tidak akan membiarkan hal ini terus berlanjut. Ia terpaksa akan melakukan sesuatu yang mungkin akan menyakitkan bagi Anthony tapi itulah yang terbaik untuk membantu pria itu kembali melanjutkan hidupnya.

'Kau akan terpaksa memilih untuk melanjutkan, hidupmu nanti. Kau tidak bisa terus terpuruk seperti ini, An. Atau kau akan membunuh dirimu sendiri secara perlahan dengan terus saja berteman dengan minuman keras setiap harinya. Aku akan membawamu kembali. Sekarang giliranku menolongmu sebagai bentuk balas budiku padamu.'

• • • • •

Kediaman Rivera...

"Apa yang kau lamunkan ? Cepatlah selesaikan rutinitas pagimu itu dan langsung turun. Semuanya sudah ada dibawah. Tinggal kau saja yang belum turun." ucap Nathan yang terlihat bersandar diambang pintu menunggu jawaban Connor disana.

"Terasa berbeda, 'kan ? Aku masih merasakannya. Rasa kehilangan itu. Setiap pagi Lucy yang selalu datang dan berteriak menyuruhku turun untuk sarapan. Dan aku akan mengejarnya sampai keruang makan karena dia menjahiliku ditengah acara tidurku. Dan ini, sekarang aku rajin membersihkan wajahku karena aku ingat sekali dia tidak suka jika bulu-bulu halus tumbuh diwajahku." ucap Connor terlihat sedih disana.

Nathan pun sama. Dia selalu ingat bagaimana Lucy selalu mencarinya setiap waktu dan setiap saat. Meminta ini dan itu padanya. Bersembunyi dibelakangnya untuk menghindar dari kejaran Connor.

Nathan merindukan semua itu. Sangat.

"Sudahlah. Jangan buat Mommy kembali bersedih dengan melihat kita bersedih. Belum ada kabar apapun tentang Lucy jadi, kita berharap saja dia dalam keadaan baik-baik saja dimanapun dia berada, sekarang. Ayo cepat selesaikan itu dan turun."  ucap Nathan yang kemudian memilih keluar dari kamar saudara kembarnya itu dan turun duluan kebawah.

Ya, sejak mendengar kabar Lucy hilang tenggelam di laut dari Anthony 2 bulan yang lalu, keluarga Lucy terlihat sangat terpukul karenanya.

Butuh setidaknya sekitar 1,5 bulan lamanya untuk keluarga Lucy itu menyembuhkan luka karena kehilangan putri kesayangan mereka. Terutama Lara dan Adrian. Keduanya yang paling terpuruk dan merasa sangat sedih mendengar kabar kehilangan Lucy itu. Lara sempat mengasingkan dirinya dan hanya terus berdiam diri saja didalam kamarnya karenanya. Adrian sendiri dia lebih banyak menyendiri didalam ruang kerjanya mengingat disanalah dia dan putrinya memiliki banyak kenangan bersama.

Keluarga Lucy mengutuk Anthony yang sangat tidak becus menjaga putri kecil mereka. Ya, hubungan mereka kini menjadi renggang sejak kejadian itu. Keluarga Lucy sama sekali sudah tidak melakukan komunikasi dalam bentuk apapun dengan Anthony sejak saat itu. Mereka masih dalam pendirian bahwa Anthony yang bersalah atas apa yang sudah menimpa Lucy sampai sekarang.

Saat pertama mereka mendengar buruk itu, mereka semua tentu saja marah. Terutama Adrian. Ia merasa bodoh karena sudah melepaskan tangan putrinya malam itu dan membiarkan putrinya ikut bersama pria yang tidak bertanggung jawab seperti Anthony. Jika saja malam itu Adrian tidak melepaskan tangan putrinya, mungkin saja Lucy masih bisa tertawa bersamanya sekarang.

"Minum teh mu dan sudahi lamunan itu. Lucy pasti bersedih jika melihat kita terus seperti ini." ucap Lara pada suaminya yang terlihat menatap kosong roti isi yang tersaji dipiringnya.

"Aku masih tidak bisa melupakannya. Dia adalah putriku, kesayanganku. Dia adalah kebanggaanku, sayang. Kau tahu sendiri itu." protes Adrian pada istrinya itu.

Lara tersenyum disana.

"Aku tidak memintamu untuk melupakannya. Karena itu adalah hal yang tidak mungkin, sayang. Tetap jaga dan ingat dia dalam hatimu, maka kau akan merasa sedikit tenang dan rasa sakit karena kehilangan itu akan hilang secara perlahan." ucap Lara pada suaminya itu dengan nadanya yang terdengar lembut dan menenangkan seperti biasa.

Sebenarnya Lara juga tidak lantas bisa sembuh dari rasa kehilangan itu begitu, saja.

Ia merasa sedikit lega karena beberapa hari lalu ia didatangi Lucy didalam mimpinya.

Didalam mimpi itu, Lucy mengatakan dengan jelas jika dia baik-baik saja dan pasti akan kembali. Lucy memintanya untuk menunggu hari itu tiba dan berpesan untuk menjaga kakak-kakaknya juga Daddynya hingga hari itu tiba.

Dan ya, Lara berpikir apalagi yang harus dilakukannya sekarang selain menunggu. Melalui isyarat Tuhan yang mendatangkan putrinya dalam mimpinya itu, ia yakin Lucy akan kembali suatu hari nanti. Pasti akan tiba waktunya dimana mereka akan berkumpul kembali sebagai satu keluarga yang utuh. Ia percaya hal itu akan terjadi, nanti.

"Hai, semuanya." ucap Connor terdengar pelan sebelum akhirnya langsung bergabung dan menyantap sarapan bersama keluarganya disana.

Lara sendiri yang melihat para putranya juga suaminya terlihat lesu dan seolah tak memiliki semangat hidup lagi, hanya bisa menghela nafas beratnya disana.

Memanag berat rasanya kehilangan sosok Lucy yang biasanya menjadi orang yang paling ceria dan meramaikan suasana didalam keluarga kecil itu. Tapi mereka semua tentu tak putus harapan dan berharap Lucy masih hidup dan baik-baik saja diluar sana.

Saat melihat semua pria kesayangannya itu akan pergi tanpa menghabiskan sarapan mereka, Lara langsung ikut berdiri disana dan,

"Aku yakin Lucy pasti akan kembali ditengah-tengah kita suatu hari, nanti. Karenanya jika dia melihat kita masih tenggelam dalam kesedihan, dia tidak akan suka hal itu. Meski sulit, kita semua harus berusaha terlihat baik-baik saja mulai sekarang. Rencana Tuhan itu selalu baik. Percayalah saja padaNya jika suatu saat nanti, Dia pasti akan membawa Lucy pulang dan bisa berkumpul lagi bersama kita disini. Dia pasti akan kembali. Putriku pasti akan pulang, nanti." ucap Lara yang tanpa sadar meneteskan air matanya disana membuat semua pria kesayangannya itu memeluknya, berusaha menenangkannya.

Nathan sendiri juga memiliki keyakinan yang sama dengan Mommynya itu. Ia yakin adiknya pasti kembali. Adiknya mungkin memang manja, tapi Lucy bukanlah tipikal orang yang akan menyerah pada kehidupan semudah itu. Tidak.

'Dimana kau sekarang, Luc. Kami semua merindukanmu dan menunggumu kembali disini.'

Ditempat lain...

"Bagaimana perkembangan pasien ini, sus ?" ucap seorang dokter pada perawat yang tengah melakukan pengecekkan rutin pada pasiennya disana.

"Tetap sama, dok. Saya rasa pasien ini mengalami trauma psikis yang berat sehingga alam bawah sadarnya menolak untuk bangun dari tidurnya." ucap perawat itu sambil melihat iba pasien wanita yang tengah terbaring lemah dengan banyaknya alat bantu medis yang menancap ditubuhnya.

"Kurasa tidak, dalam kasus ini kurasa si bayi yang membuat ibunya tetap bertahan sampai sekarang. Jika kau memperhatikannya, detak jantung ibunya berirama sama dengan bayinya. Seperti memang sang bayilah yang menopang dan memastikan ibunya agar tetap hidup. Dia pasti wanita yang kuat dan bayinya nanti, jika keduanya berhasil selamat, bayinya pasti akan tumbuh menjadi sosok yang hebat dan selalu menguatkan ibunya." ucap dokter itu terlihat tersenyum kagum disana.

"Maaf atas kehilangan anda, dokter. Saya mengerti kenapa anda sangat ingin melihat pasien ini selamat. Tapi jika memang Tuhan berencana lain, maka_____"

"Rencana Tuhan. Ya, anggaplah semua ini rencana Tuhan. Dia sudah mengambil istri dan anakku menyisakanku sendiri disini. Dan lihat, ajaibnya Tuhan mengirimkan wanita yang tengah mengandung ini padaku seolah memintaku menebus kesalahanku karena lalai menjaga anak dan istriku saat itu, melalui wanita ini. Aku pasti akan menjaga wanita ini dan memastikannya selamat. Itu janjiku." ucap dokter itu yang kemudian terlihat menggenggam tangan wanita yang tengah terbaring lemah diranjang pasien itu dan,

Tiba-tiba mesin EKG berbunyi nyaring menandakan bahwa pasien dalam keadaan kristis.

Dokter dan perawat itu langsung panik.

"Cepat panggil para dokter spesialis yang menangani wanita ini !!!!" ucap dokter itu panik sambil mencoba melakukan apapun sebisanya untuk menyelamatkan wanita itu.

Sementara perawat tadi langsung berlari pergi melakukan perintah dokter itu padanya.

'Kau harus selamat. Demi menebus kesalahanku pada istri dan anakku, kau harus selamat. Tidak akan kubiarkan Tuhan mengambil nyawamu dengan mudah. Tidak akan.' batin Dokter itu dalam hati.

"Ada apa ? Apa yang terjadi padanya ?" ucap para dokter spesialis yang baru masuk kesana.

"Detak jantungnya melemah. Kumohon selamatkan dia. Aku akan membayar kalian berapapun itu asalkan dia bisa selamat." ucap dokter itu yang kemudian terlihat sedikit menjauh dari ranjang wanita itu, membiarkan para dokter yang lebih ahli untuk menanganinya.

Dokter itu berdiri dengan perasaan cemas menunggu para dokter itu selesai menangani wanita itu dan,

Sekali lagi mesin EKG berbunyi nyaring dan kini, menampilkan garis lurus yang berarti....

"Tidak !!!!!! Dia tidak boleh mati !!!!! Tidak !!!!!!"

Ditempat Anthony berada...

Anthony terlihat menuangkan minuman lagi kedalam gelasnya yang sudah kosong dan kembali meminumnya disana tapi,

Entah kenapa saat itu tiba-tiba saja dadanya terasa sakit hingga gelas yang diegangnya itu jatuh bersama dengannya yang menyusul jatuh terbaring dilantai.

Anthony meremas dadanya yang sakit itu dengan kuat berusaha menahan sakit yang tiba-tiba menyerangnya itu.

"Anthony ?!!!!! Kau kenapa ? An !!!!" begitulah ucap Carol panik saat menemukan Anthony terbaring dan terlihat kesakitan disana.

Anthony tidak menjawab.

Pria itu mengerang kesakitan dan merintih sambil memukul-mukul dadanya sendiri disana.

Sakit itu terasa tak tertahankan sehingga membuat air matanya keluar tanpa disadarinya.

Dan tepat sebelum matanya tertutup, tidak sadarkan diri karena tidak kuasa menahan rasa sakit itu, entah mengapa Anthony langsung teringat dan menyebut nama Lucy dalam hatinya seperti merasa saat itu ia sudah berada diambang kematiannya.

'Lucy...'

Bersambung.....

• • • • •

Aku End ah 😋😋😁😁 orang kayaknya mereka berdua udah...

Ato mau liat siapa yang masih hidup ? Ato mereka dibuat ketemu lagi ? 😅😅😅😅 capek dong akunya 😁😁😁

Comment and Vote Guys ❤

Thanks for reading

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top