MFG 42 - All Of Me
"Arrgghh.. sakit !!!! Sudahlah biarkan saja. Pergi sana ! Aku tidak butuh bantuanmu."
Begitulah ucap Lucy masih dalam mood yang kesal saat kini Anthony terlihat mencoba memperbaiki kesalahannya dengan memijat leher belakang istrinya yang sudah dipukulnya tadi.
Ia tidak tahu kalau pukulannya tadi membuat leher belakang istrinya itu menjadi sakit seperti itu.
"Sungguh kumohon maafkan aku, sayang. Aku tidak bermaksud membuatmu kesakitan seperti ini. Aku hanya tidak ingin kau pergi meninggalkanku, tadi. Kemarilah biar aku____"
"Jangan coba menyentuh leherku lagi !! Aku bisa menanganinya sendiri. Kau hanya membuatnya semakin sakit saja." ucap Lucy sambil terlihat masih memegang leher belakangnya disana dengan masih tetap menatap tajam suaminya itu.
"Baiklah-baiklah, aku akan diam saja, tapi jangan usir aku. Biarkan aku menemanimu disini. Itu. Aku sudah membelikan banyak apel merah untukmu." ucap Anthony yang kemudian memposisikan dirinya sedikit jauh dari istrinya dengan harapan Lucy akan segera memaafkannya sebentar lagi.
"Jadi saat aku meninggalkanmu di restoran tadi, kau memilih mengikutiku seperti penguntit, daripada menghentikanku dan mencoba bicara denganku ? Bukannya bagus jika aku pergi tadi. Kau tidak perlu mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk bulan madu kita, ini. Lagipula, kurasa tidak ada gunanya perjalanan bulan madu kita ini jika awalnya saja sudah membuat kita bertengkar seperti ini. Jika kau mau aku siap pulang, sekarang." ucap Lucy terlihat sedih sambil terlihat berpura-pura memainkan ponselnya disana.
Anthony yang mendengar dan melihat itu, juga tidak tega sebenarnya. Ia yakin setiap wanita pasti membayangkan acara bulan madu terbaik menurut versi mereka masing-masing. Dan lihatlah, bahkan dihari pertamanya sampai di negara ini, ia tidak bisa membuat istrinya itu tersenyum sedikitpun.
Anthony kemudian terlihat berjalan mendekati Lucy. Meski ragu untuk mengatakannya tapi,
"Lihat aku. Jika kau mau, kita bisa pulang saja sekarang. Jika kau memang tidak merasa bahagia kita bisa rencanakan ulang bulan madu kita ini dan aku ingin kaulah yang mengatur semuanya sesuai keinginanmu, nanti. Bagaimana ? Jika iya, aku bisa menyuruh orang yang mengemudikan Cruise ini agar berhenti dan memanggil seseorang agar menjemput kita dengan yacht untuk kembali ke pelabuhan dan____"
Anthony menghentikan ucapannya saat Lucy disana tiba-tiba memeluknya dan menggeleng keras disana.
Dan ya, terdengar suara isak tangis kecil setelahnya membuat Anthony langsung membalas memeluk istrinya itu dan mengelus punggungnya lembut, mencoba memenangkan istrinya itu.
"Maafkan aku jika kau merasa sikapku ini kekanakan, hanya saja aku ingin bulan madu kita ini terasa istimewa dimana hanya ada aku, kau dan baby kita saja. Jika dari awal kau mengatakan tentang____"
"Tunggu, sebentar. Baby kita ?!! Maksudmu, kau sedang hamil sekarang ? Sejak kapan ? Maksudku ? Kenapa kau tidak memberitahuku ? Apa benar ada Baby kita disini ? Jadi itulah sebabnya kau gampang merajuk dan marah padaku akhir-akhir ini. Kau nakal sekali, sayang." ucap Anthony sambil terlihat mengelus perut Lucy dengan gemas dan terlihat bahagia disana.
"Aiishh.. lihatlah, aku sebenarnya ingin memberimu kejutan dengan kabar kehamilanku ini, tapi sekarang aku sudah tidak bisa melakukannya lagi." ucap Lucy menunduk sedih.
Anthony tersenyum mendengar itu dan langsung mencium puncak kepala istrinya disana.
"Apa menurutmu sekarang aku tidak terkejut dengan kabar ini ?! Aku merasa terkejut dan sangat amat bahagia, sayang. Kita akan menjadi Mommy dan Daddy sebentar lagi. Bukankah itu berita bagus. Keluarga kita pasti juga akan senang saat mendengarnya, nanti. Apa kita perlu menelfon mereka, sekarang saja ?! Ya, ayo kita telfon mereka." ucap Anthony semangat tapi,
"Jangan ! Aku berniat memberitahu mereka sepulang kita berbulan madu, nanti. Atau nanti mereka akan tahu jika aku hamil duluan bahkan sebelum aku menikah denganmu. Aku malu." ucap Lucy mencegah suaminya itu dengan pipinya yang bersemu merah malu.
Anthony yang melihat itu langsung mencubit pipi istrinya gemas dan menurut saja apa kata istrinya disana.
"Baiklah. Semua akan berjalan sesuai dengan keinginanmu, sayang. Sekarang lebih baik ceritakan kapan kau mengetahui kehamilanmu ini ? Dan apa kau sudah mengeceknya ke dokter ? Berapa bulan tepatnya usia kandunganmu sekarang ?" ucap Anthony terlihat antusias dan bersemangat disana.
Berbeda dengan Lucy yang terlihat menyengir lucu dan itu lebih dari cukup untuk menjelaskan semuanya.
"Jadi kau belum mengeceknya ke dokter ? Baiklah, setelah kita turun dari perjalanan Cruise ini, kita akan langsung mengeceknya, ya. Kau juga, tetaplah sehat didalam sini, ya nak. Jangan terlalu merepotkan Mommymu, ya sayang." ucap Anthony sambil mengelus perut rata Lucy disana membuat wanita itu tersenyum senang karena merasa nyaman.
"Tunggu ?! Jadi sekarang kita di Cuise ? Kenapa kau tidak bilang jika kita akan melakukan perjalanan laut ? Aku gampang sekali mual beberapa hari ini." ucap Lucy dengan nada suaranya yang kembali terdengar manja disana membuat Anthony mengecup bibirnya gemas disana.
"Sekarang aku tahu kenapa kau jadi berkali-kali lipat sangat menggemaskan seperti anak kecil. Dan aku suka itu." ucap Anthony yang langsung saja membuat Lucy menampilkan senyum manis yang hanya bertahan sebentar sebelum akhirnya kemudian hilang dan berganti dengan wajah sedihnya disana.
"Kenapa ? Apa ada yang sakit ?!" tanya Anthony khawatir disana.
"Leher belakangku. Masih terasa sakit jika aku menggerakkannya secara mendadak. Bagaimana ini ?" ucap Lucy dengan matanya yang terlihat kembali berkaca-kaca disana.
"Astaga ?! Setelah mendengar kabar kehamilanmu aku jadi lupa dengan sakit lehermu itu, sayang. Tunggu disini ya, aku akan____"
Tok
Tok
Tok
"Siapa yang datang ?" tanya Lucy yang hanya dijawab gelengan kecil oleh Anthony disana.
"Masuk saja." ucap Anthony sambil terus menatap pintu kamarnya disana.
Tak lama kemudian terlihat seseorang membuka pintu dan melongokkan sedikit kepalanya masuk kedalam.
"Apa aku mengganggu kalian ? Ini aku hanya ingin memberikan kompres ini. Acara bulan madu ini harus tetap berjalan lancar, karena aku tidak mau semua kerja kerasku mempersiapkan semuanya sejak kemarin jadi sia-sia. Jadi, pakai ini." ucap Johny yang kemudian terlihat melemparkan kompres yang dibawanya itu dan ditangkap dengan sigap oleh Anthony disana.
"Hei ! Terima kasih !!" teriak Anthony saat Johny menutup pintu dan kemudian pergi.
"Temanmu itu, ternyata dia baik juga, ya. Siapa namanya ? Johny ?" ucap Lucy memastikan.
"Jangan sebut namanya seperti itu. Aku tidak suka. Tetaplah kesal saja padanya. Itu lebih baik." ucap Anthony dengan nada yang seketika berubah disana membuat Lucy langsung saja menggodanya disana.
"Apa sekarang suamiku yang tampan ini sedang merasa cemburu ? Ayolah. Bukannya bagus jika moodku sudah menjadi baik, sekarang. Jika aku mulai menyukai temanmu itu, kau seharusnya bersyukur, sayang. Dan ya, lagipula untuk apa aku melihat pria lain saat didepanku sekarang ada pria yang sudah mengklaimku menjadi miliknya. Kau tidak lihat ini ? Ini ? Dan ini ? Bagaimana bisa pria mendekatikatiku saat mereka melihat semua ini ?" ucap Lucy sambil teelihat menikmati sensasi dingin dari kompres yang saat ini berada dileher bekangnya dengan dipegangi suaminya itu.
"Kau memang sudah menjadi milikku, dan karenanya jika kau masih berani mendekati pria lain nanti, aku akan menjadi lebih marah lagi." ucap Anthony yang terdengar serius disana membuat Lucy sedikit takut sebenarnya tapi,
"Siapa yang mau mendekati wanita yang sedang hamil sepertiku, An ? Kau ini ada-ada saja. Sudahlah lebih baik ajak aku berkeliling, sekarang. Aku merasa bosan." ucap Lucy yang dengab cepat langsung mengalihkan pembicaraan.
"Lalu kompres ini ? Apa lehermu sudah membaik ?" tanya Anthony terlihat perhatian, membuat Lucy langsung mengecup bibirnya singkat disana.
"Ya kau harus terus memegangnya sampai nanti. Kau yang sudah membuat leherku sakit dan kau juga yang harus menyembuhkannya. Ayo kita berjalan-jalan sekarang !!!" ucap Lucy dengan antusias membuat Anthony tersenyum dan ikut berdiri bersama dengan istrinya itu.
"Perhatikan setiap langkahmu. Jika kau jatuh nanti, akan ada dua nyawa yang merasakan sakitnya. Mulai sekarang lebih berhati-hatilah." ucap Anthony saat mengingat sikap lincah istrinya itu terkadang selalu membuatnya hampir jatuh.
"Iya-iya. Aku senang sekali melihatmu menjadi sangat perhatian padaku seperti ini. Aku mencintaimu." ucap Lucy yang terlihat memeluk erat Anthony dari samping dan menyandarkan kepalanya dibahu suaminya itu.
Anthony terlihat mencium beberapa kali puncak kepala istrinya sambil mengelus rambut Lucy lembut disana.
Hidupnya sekarang sudah benar-benar berubah. Apalagi sebentar lagi, akan ada buah hati mereka yang hadir ditengah-tengah mereka. Lengkaplah sudah keluarga kecilnya.
"Aku juga mencintaimu, sayang. Aku akan melindungi dan menjaga kalian berdua sampai nanti."
• • • • •
Malam harinya...
"Apa kita bisa melihat lumba-lumba besok ?" tanya Lucy yang saat ini tengah berbaring bersandar didada suaminya.
"Entahlah, sayang. Lumba-lumba selalu berenang mengikuti arus untuk menghindari para predator yang mengincar mereka, entah mereka sedang diperairan mana sekarang. Kenapa ?" ucap Anthony sambil terlihat fokus pada ipadnya untuk mengecek e-mail pekerjaan yang masuk disana.
"Aku ingin melihatnya. Aku ingin melihat lumba-lumba yang melompat-lompat bersama teman-teman mereka dilaut bebas. Pasti menyenangkan." ucap Lucy sambil terlihat jahil menggelitik dada Anthony, membuat suaminya itu kegelian.
"Aku akan berbicara pada Johny dulu, nanti apakah bisa melihat lumba-lumba seperti katamu itu, tapi aku tidak bisa janji." ucap Anthony sambil terlihat mengelus punggung istrinya itu pelan.
"Kalau begitu besok pagi temani aku berjemur. Tidak. Aku saja yang berjemur dan kau berenang saja. Aku ingin melihat tubuhmu yang basah itu terkena sinar matahari. Pasti seksi." ucap Lucy yang kali ini membuat Anthony langsung meletakkan ipad miliknya itu dan juga melepas kacamata bacanya disana.
"Aku bisa terlihat seksi, sekarang. Kau mau lihat ?" tanya Anthony yang kini tengah memeluk istrinya itu dengan erat.
"Tidak mau. Aku maunya besok." ucap Lucy yang kemudian terlihat menyembunyikan wajahnya didada suaminya itu.
Anthony tertawa kecil melihat betapa manjanya istrinya sekarang itu. Memang dulu Lucy juga manja padanya, tapi sekarang istrinya itu menjadi lebih manja lagi.
"Kalau begitu, tidurlah sekarang. Agar besok kau bisa bangun pagi. Jika beruntung kita bisa melihat sunrise yang indah." ucap Anthony yang langsung membuat Lucy mendongak menatap suaminya itu dengan mata yang berbinar cerah.
"Apakah bisa ? Kau tidak bohong, 'kan ?" tanya Lucy memastikan.
"Tentu saja tid____"
"Aaaaaaaaa !"
"Sudah, tidak papa. Mungkin hanya kesalahan teknis, saja. Tunggu disini, ya. Biar aku melihatnya dulu." ucap Anthony yang langsung mendapat peluka erat dari Lucy disana.
"Tidak boleh ! Jangan tinggalkan aku sendiri dikegelapan seperti ini. Aku takut. Kalau nanti tiba-tiba Cruisenya tenggelam dan kau jauh dariku, oh, tidak ! Aku tidak bisa membayangkannya. Pokoknya tidak boleh. Kau tidak boleh pergi." ucap Lucy yang memang ketakutan saat ini.
Ya. Tiba-tiba lampu didalam Cruise itu mati. Entah hanya didalam kamar Anthony dan Lucy saja atau semua lampu didalam Cruise itu mati total. Bagaimana bisa mengetahuinya jika Anthony yang tadi berniat mengeceknya langsung dipeluk Lucy dengan erat seperti itu.
Tapi wajar juga, keduanya sedang berada ditengah laut, sekarang.
"Biarkan aku mengeceknya dulu, sayang. Ini akan kuhidupkan senter dari ipadku. Dan juga ponsel. Ini selalu pegang ini dan telfon aku jika ada apa-apa. Aku hanya sebentar, sayang." ucap Anthony yang kemudian mencium puncak kepala Lucy sayang dan dengan cepat turun dari ranjang.
"Cepat kembali !!" teriak Lucy sebelum Anthony bernar-benar hilang dibalik pintu kamarnya.
Setelahnya Lucy memilih tidur membelakangi pintu dan menutup tubuhnya dengan selimut sampai ke leher.
"Dia baru pergi sebentar tapi aku sudah sangat merindukannya. Aku telfon dia saja. Dia kan bisa pergi mengecek kesana sambil berbicara denganku ditelfon." ucap Lucy yang kemudian dengan semangat langsung menggunakan ponsel yang diberikan Anthony tadi untuk menelfon suaminya itu.
"Tunggu ?! Ini bukannya ponsel Anthony ??? Jika dia ponselnya saja ada padaku, bagaimana bisa aku menghubunginya sekarang." ucap Lucy ketakutan dengan matanya yang berkaca-kaca seperti ingin menangis.
Dan tiba-tiba,
"Astaga ?!!! Lihatlah. Semuanya semakin sempurna, sekarang. Sial. Sepertinya ipad ini kehabisan baterai. Hiks.." ucap Lucy kesal mulai menangis dan akhirnya memilih untuk menarik selimut hingga menutupi kepalanya.
Tapi Lucy tidak kehilangan akalnya begitu saja. Saat itu juga ia langsung berpikir untuk menghidupkan lampu senter dari ponsel Anthony disana tapi,
Cklek
Lucy sangat senang bukan main saat mendengar suara pintu kamarnya itu terbuka. Tak ingin membuang waktu, Lucy disana langsung bangun dan turun dari ranjang, berlari menghampiri Anthony yang baru masuk itu dan berhambur memeluknya erat disana.
"Kau sudah kembali ?!!! Aku takut sekali !!!! Jangan tinggalkan aku seperti itu, lagi." ucap Lucy yang saat ini tengah melingkarkan tangannya dileher Anthony dengan erat disana.
Tanpa berbicara apapun Anthony disana langsung mengangkat tubuh Lucy dan digendongnya wanita itu didepan menuju ranjang.
Dijatuhkan tubuh Lucy diranjang dan kemudian Anthony langsung menciumi leher istrinya itu penuh gairah.
"An, bukankah kita sudah sepakat untuk tidak melakukannya malam ini." ucap Lucy saat Anthony mulai membuka satu persatu kancing atasan piyamanya disana.
"Berhenti memanggilku Anthony. Aku bukan Anthony."
Deg
Mendengar itu, Lucy langsung menendang perut orang yang tengah menindihnya itu dan dengan cepat bangun, mundur hingga ia terpojok dikepala ranjang.
"Kenapa kau takut ? Apa Anthony belum memberitahumu ? Dia berhutang banyak padaku untuk membuat pesta pernikahanmu yang megah kemarin. Dan kau tahu apa jaminanya. Kau. Dia mengizinkanku untuk memakaimu sekali dalam sehari selama acara bulan madu kalian ini sebagai bentuk kelonggaranku memberikannya jangka waktu panjang untuknya membayar hutangnya padaku. Sekarang diam dan turuti saja apa kemauanku." ucap Johny dengan nada suaranya yang tentu saja membuat Lucy ketakutan disana.
Lucy sendiri saat ini memilih untuk memeluk dirinya didalam kegelapan itu berharap Anthony segera datang atau mungkin ada siapapun itu yang bisa menolongnya saat ini.
"Kemari ! Kemari, kubilang !!!" ucap Johny yang terlihat menarik kaki Lucy agar mendekat kearahnya.
"Jangan berani-berani berteriak, atau kau mau aib mu ini diketahui seluruh awak kapal yang ada disini. Kau mau mereka memakai tubuhmu, juga !! Jadi diamlah dan jadilah wanita penurut !!!!" ucap Johny yang kini kembali menindih Lucy dan mencium bibir wanita itu dengan paksa.
Rasanya Lucy ingin menangis disana. Tapi saat ini rasa takut lebih kuat mengendalikan dirinya saat ini. Akhirnya seperti anjing yang patuh, Lucy memilih untuk menurut disana.
"Woah.. jika disini dalam keadaan terang, tubuhmu pasti terlihat indah sekali." ucap Jhony saat ia berhasil membuka semua kancing atasan piyama Lucy.
Dan tanpa membuang waktu lagi, Jhony disana langsung melancarkan aksinya memainkan payudara Lucy dengan ganas. Dan kali ini entah keberanian dari mana Lucy terus meronta berharap Jhony melepaskannya disana.
"Kubilang diam." ancam Johny dengan suara berbisik yang menyeramkan tepat disebelah telinganya, kemudian mengggit kecil telinga Lucy disana.
Lucy menyerah. Ia hanya akan pasrah pada takdir saja, sekarang.
Cklek
"Sayang, setelah ini lampunya pasti akan segera menyala. Sayang.. kau dimana ?"
Lucy rasanya ingin berteriak saat ini. Tapi ia tidak bisa. Jhony membekap mulutnya setelah tadi pria itu menggulingkan badanya dan kini keduanya berada dilantai dengan Lucy yang berada diatas tubuh Johny.
"Sayang.. Lucy..." panggil Anthony lagi dan,
Bertepatan dengan itu, lampu tiba-tiba menyala dan betapa terkejutnya Anthony disana melihat istrinya tengah menindih dan membekap mulut Johny yang ada dibawahnya.
Tadi dengan cepat Jhony membuat keadaan menjadi terbalik, tepat sedetik sebelum lampu menyala. Dasar rubah licik.
"An, aku bisa menjelaskan semua ini, An. Tadi saat aku ingin memberikan informasi pada istrimu ini tentang listrik dikapal, seperti yang kau suruh, dia tiba-tiba saja menyerangku. Aku sudah bilang padanya jika kita adalah teman dan bahkan sahabat sejak kecil. Aku sudah menganggapmu sebagai saudaraku sendiri dan aku tidak bisa mengkhianatimu. Aku sudah mengatakan itu padanya dan dia tetap memaksaku tadi. Lihatlah. Dia bahkan merobek kemeja dan kaosku." ucap Jhony tetap pada posisinya yang sedang ditindih Lucy disana dan ya, tentu saja Lucy yang mendengar itu tidak terima.
Lucy dengan cepat bangun dan menghampiri Anthony sambil mengancingkan kembali kancing atasan piyamanya.
"Dia berbohong, An. Kau percaya padaku, 'kan ? Aku tidak mungkin melakuakn itu." ucap Lucy sambil meraih tangan suaminya itu dan menggenggamnya erat.
Anthony sendiri hanya diam dan menatap istrinya itu tanpa ekspresi sama sekali.
"Apa benar kau menyerangnya dulu, tadi ?" tanya Anthony pelan dengan tatapan matanya yang terlihat hampa disana.
Lucy sebenarnya takut melihat suaminya seperti itu tapi,
"Aku tadi memang memeluknya duluan tapi___"
Plakk
Anthony langsung menampar Lucy dengan keras membuat tubuh mungil wanita itu terbanting kesamping hingga kepalanya terbentur dinding kapal.
"Kau benar-benar wanita murahan !! Aku hanya meninggalkanmu sebentar dan kau sudah menggoda temanku ?!!" ucap Anthony sambil mengapit kedua pipi Lucy dengan satu tangannya.
Dalam keadaan marah, Anthony terlihat mendorong tubuh Lucy kuat hingga wanita itu terjatuh dan sekali lagi kepalanya terbentur tapi kali ini mengenai meja kaca hingga mengeluarkan darah cukup banyak disana.
Lucy merasakan pusing yang hebat disana. Sungguh.
Sementara Johny yang melihat itu tentu saja tertawa dalam hatinya. Cara liciknya itu berhasil membuat Lucy menjadi tersangka utamanya disini.
"Aku sungguh tidak bersalah, An. Kumohon, percayalah padaku." ucap Lucy dengan suaranya yang merintih kesakitan dan,
Plakk
Anthony kembali menamparnya dan langsung menjambak kuat rambutnya disana.
"Aku tidak mau melihat wajahmu disini !!!! PERGI !!" ucap Anthony kemudian mendorong kepala Lucy seolah barang tak berharga disana.
"PERGI !!!!"
Lucy akhirnya mengalah. Dalam kesakitannya Lucy menangis dan langsung berdiri pergi keluar dari dalam kamar itu.
Setelah berada diluar kamar, sekali lagi Lucy menatap Anthony darisana sebelum akhirnya kemudian dia berlari entah kemana.
Lucy tak peduli semua orang yang berpapasan dengannya disana mentapnya aneh.
Jantungnya terasa sakit.
Ulu hatinya terasa nyeri.
'Hanya sebatas itukah rasa percayamu kepadaku ? Tanpa mendengar penjelasanku dulu, kau langsung menghakimiku seperti ini.'
Lucy berlari dan terus berlari hingga akhirnya ia sampai diluar. Didek belakang kapal.
Entah Tuhan sedang mencoba bercanda dengannya atau apa, hanya saja lihatlah, sesampainya Lucy disana langsung turun hujan lebat dan perlahan angin kencang datang menyertainya.
Bukannya berteduh, Lucy justru terus berjalan menerjang hujan lebat itu dalam keadaan putus asa dan tak tahu harus berbuat apa lagi disana.
Saat sudah berada dipembatas kapal, tubuh Lucy langsung luruh jatuh sambil berpegangan pada pembatas disana.
Air matanya menyatu dengan hujan lebat yang mengguyur tubuhnya.
Bayangan bagaimana Anthony tadi dengan tega memukulnya membuat Lucy memukul dadanya sendiri berkali-kali karena merasa sesak disana.
Dan secara tidak sengaja. Matanya bertemu pandang dengan cincin pernikahannya. Dengan sisa kekuatannya disana, Lucy melepas cincin itu dan dibuangnya asal.
'Dia sama sekali bukan suamiku. Bukan. Tidak ada suami yang sekejam itu.'
Lucy memeluk dirinya sendiri karena merasa kedinginan. Dan sekali lagi, tanpa sengaja tangannya menyentuh kalung hadiah pernikahan dari Anthony yang masih setia melingkar dilehernya.
Dengan kasar, Lucy menarik kalung itu hingga terlepas dengan paksa membuat lehernya tergores dan berdarah.
'Aku sama sekali tidak menginginkan semua pemberiannya ini. Kalung ini seakan mencekik kuat leherku, sekarang.'
Lucy melemparkan jauh kalung itu ke laut, sebelum akhirnya ia bangun dan berdiri disana.
Tubuhnya terlihat tak bisa berdiri tegak karena angin kencang yang menggoyahkan tubuhnya.
Dan dengan kesadaran penuh dan tahu apa konsekuensinya, Lucy melompati pembatas kapal itu dengan masih berpegangan disana.
'Dalam sekejap cinta itu hilang, terbutakan rasa amarah dan kegelapan matamu saat melihatku menindih pria lainnya. Bahkan saat itu juga kau melupakan fakta jika aku tengah hamil dan mengandung anakmu. Semua kata-kata manis itu, saat kau bilang akan membahagiakanku seumur hidupku, saat kau bilang akan menjagaku, dan anak ini, saat berkali-kali kau mengatakan cinta padaku, nyatanya sekarang itu semua tak ubahnya bagai seruan angin pada awan yang tak kunjung tersampaikan. Sekarang aku merasa ragu apakah kau memang benar memencintaiku atau tidak, apa kau benar-benar memintaku pada keluargaku untuk kau jadikan istri atau hanya akan kau jadikan sebagai boneka pemuas sex-mu saja. Nyatanya aku tahu sekarang nilaiku tak lebih hanya sebatas wanita murahan dimatamu. Sudah. Cukup sudah sampai disini. Aku tidak mau merasakan pukulan panas tanganmu lagi. Aku tidak mau melihat tatapan bencimu yang sungguh terasa menusuk hingga kedalam jantungku. Cinta ini. Akan kuhapus cintaku untukmu ini selama-lamanya dengan cara, MATI.'
Dalam kesadaran penuh akhirnya Lucy melompat dari kapal dan terjun bebas kebawah dimana gelombang air laut sedang tinggi karena badai.
'Selamat tinggal, An. Kami memilih untuk pergi.'
Bersambung.....
• • • • •
Coba mana suaranya ?? 😁😁
Aku upnya seminggu sekali ya !!
Setuju nggak ? 😋
Atau tanya gini dong. Udah end ? Udah end ? Udah end ? 😊😊😊
Comment and Vote Guys ❤
Thanks for reading
LailaLk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top