MFG 39 - Cancel

Beberapa hari menjelang pernikahan.

Saat malam...

"Daddy, boleh aku masuk ?" ucap Lucy sambil mengetuk ruang kerja Daddynya dari luar.

Lucy tidak bisa tidur dan berniat mengambil susu hangat didapur untuk membantunya tidur tadi dan saat melihat lampu ruang kerja Daddynya itu masih menyala, akhirnya ia memutuskan untuk pergi menemui Daddynya disana.

Ada hal serius yang ingin dibicarakannya dengan Daddynya.

"Masuk saja, sayang." ucap Adrian dari dalam dan langsung membuat Lucy masuk disana.

Kenapa Lucy harus mengetuk pintu disaat dia bisa langsung masuk saja tadi ? Itu karena dulu dia pernah mendapati pemandangan tak senooh saat masuk begitu saja kesana.

Saat itu Daddynya tengah bermesraan dengan Mommynya. Dan ya, tentu saja memergoki orang tuanya sendiri seperti itu tentu saja adalah salah satu hal yang sungguh sangat memalukan.

"Daddy sedang apa ? Apa aku mengganggu ?" ucap Lucy sambil terlihat berjalan mendekati meja kerja Daddynya.

"Tidak, sayang. Daddy hanya melakukan pengecekan ulang. Kau belum tidur ?" ucap Adrian yang kemudian terlihat melepas kacamata bacanya disana.

"Aku tidak bisa tidur. Ada sesuatu yang menggangguku dan ingin sekali kubagi dengan Daddy." ucap Lucy yang kini terkihat duduk diatas meja dan posisinya dekat sekali dengan Daddynya disana.

"Hmm.. apa itu, sayang ? Apa hal yang mengganggumu itu, hmm ? Kan Daddy dan Anthony sudah bilang kau tidak perlu memikirkan apapun soal pernikahan. Kami akan melakukan segalanya. Kau hanya tinggal______"

"Kurasa aku ingin membatalkan rencana pernikahanku ini, Daddy." potong Lucy terlihat menunduk saat mengatakannya. Ya, jelas sekali ia tak mau menatap Daddynya disana.

"Tatap Daddy dan katakan semua itu sekali lagi." ucap Adrian yang masih terlihat shock setelah mendengar ucapan putrinya itu.

"Aku takut, Daddy. Kurasa aku belum siap menikah. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana hari-hariku kedepannya saat sudah menjadi seorang istri, nanti. Dan ya, apalagi jika aku hamil nanti. Bukankah usiaku terlalu muda untuk menerima semua tanggung jawab itu. Lebih baik kita tunda saja pernikahannya menjadi 2 atau 3 tahun lagi saja, ya." ucap Lucy terlihat sambil menatap Daddynya penuh harap disana.

Adrian terlihat diam sebentar. Pria itu terlihat meraih tangan putrinya dan diciumnya penuh sayang, disana.

"Dengar, sayang. Saat itu aku juga pernah memintamu memikirkannya lagi, 'kan ? Tentang keputusanmu untuk menikah secepat ini. Inilah maksudku. Daripada memikirkan semua kesenangan yang kau dapat selama bersamaa Anthony, saat itu aku juga berharap kau memikirkan semua tanggung jawab yang akan kau dapat setelah menikah dengannya. Dan ya, membatalkan pernikahan bukanlah solusinya, sekarang. Kau sangat tahu jika hal itu sudah tidak mungkin bisa kita lakukan, sekarang." ucap Adrian yang terlihat membuat putrinya itu menunduk sedih dengan mata yang mulai berkaca-kaca disana.

"Tapi percayalah pernikahan tidaklah seburuk yang kau pikirkan, sayang. Kau tidak bisa meremehkan keseriusan seorang pria saat mereka akhirnya memutuskan untuk melamarmu dan menikah denganmu. Bagi kami, saat itu kami merasa bahwa hal itulah hal yang tepat untuk dilakukan saat itu. Disaat itu juga, berarti seorang pria sudah bertekad penuh untuk menjaga dan mencintaimu seumur hidupnya." ucap Adrian terlihat tersenyum saat melihat Lucy kini kembali mengangkat wajahnya dan melihatnya.

"Tapi_____"

"Aku sendiri merasa sangat berat saat nanti harus menyerahkan tanganmu pada pria yang menunggumu diujung altar, secepat ini. Menyerahkan putri kecilku kepada pria itu dan berharap agar pria itu bisa menjagamu selamanya, aku sungguh tidak bisa membayangkan hal itu, terjadi. Kau putri kecilku dan akan selalu seperti itu. Dan ya, aku berfikir meski kau sudah menikah nanti, bukankah kau masih bisa datang kesini dan bertemu denganku ? Dengan kami ? Karenanya aku berusaha mengatakan pada diriku sendiri jika semuanya akan baik-baik saja selama kau masih berada dekat dalam jangkauanku. Hanya hubungan baru yang akan terbuat setelah penikahan. Bukan berarti hubungan yang lama akan terputus begitu saja." ucap Adrian yang diakhirinya dengan mencium punggung tangan putrinya penuh sayang.

Lucy terlihat diam memikirkan semua ucapan Daddynya itu.

"Bukankah kau mencintai Anthony ?" tanya Adrian yang dijawab anggukkan kecil oleh Lucy disana.

"Dan Anthony pun juga mencintaimu, 'kan ?" tambah Adrian yang juga dijawab anggukkan kecil oleh Lucy disana.

"Apa ada yang tidak diberikan Anthony padamu selama kalian berpacaran ? Apa pernah dia menyulitkanmu ? Apa pernah dia memaksakan kehendaknya padamu ? Apa dia pernah mengecewakanmu ? Membuatmu menangis ?" tanya Adrian beruntun dan kini membuat Lucy membuka suaranya setelah sejak tadi dia hanya diam saja.

"Tidak. Anthony tidak pernah melakukan semua itu. Dia sangat baik dan bahkan selalu mengalah padaku. Dia berusaha mengabulkan semua keinginanku meski hal itu mungkin terdengar mustahil bagi orang-orang. Dan ya, aku merasa selalu bahagia saat bersama dengannya." ucap Lucy terlihat tersenyum bahagia saat membayangkan hari-hari yang dilewatinya bersama Anthony kemarin-kemarin.

"Itu sudah lebih dari cukup sayang. Jika hatimu saja sudah merasa yakin jika Anthony adalah pria terbaik yang tepat untuk kau habiskan sisa hidupmu bersamanya, itu sudah sangat cukup. Percayalah padanya. Aku yakin Anthony tidak akan pernah mengecewakanmu. Aku melihatnya sendiri. Sebesar apa cinta yang terpancar dari matanya saat bersamamu. Saat tatapannya sudah mengunci penuh kearahmu, seolah kami saja terkadang tidak dianggapnya ada ditempat yang sama dengannya juga." ucap Adrian yang tentu saja langsung membuat pipi Lucy bersemu merah karena malu disana.

"Sudah. Sekarang tidurlah ya. Bukankah tinggal menghitung hari kau menikah ? Kau mau menikah dengan kantung mata besar yang menghiasi bawah matamu ? Kau akan terlihat seperti panda yang berjalan ditengah altar nanti." ucap Adrian menggoda putrinya disana.

"Ishh.. ya sudah aku akan pergi tidur dulu, sekarang. Dan Daddy juga. Ayo sekarang Daddy juga pergi tidur. Kesehatan itu lebih penting daripada semua pekerjaan ini. Masih ada waktu besok untuk menyelesaikannya, 'kan ? Ayo." begitulah ajak Lucy pada Daddynya disana.

Ya, siapa yang berani menentang kehendaknya. Jika dia sudah mengatakan sesuatu pasti itu yang akan terjadi.

Termasuk memaksa Daddynya untuk pergi tidur dan melupakan pekerjaannya. Itu adalah hal yang sangat mudah untuk dilakukannya. Karena Daddynya juga hampir tidak pernah menolak semua permintaannya selama ini.

"Daddy akan mengantarkanmu dulu ke kamar dan_____"

"Tidak mau. Setelah mengantarku, nanti Daddy pasti akan kembali keruang kerja, 'kan ? Daddy saja yang masuk duluan. Dan ya, berjanjilah padaku untuk benar-benar pergi tidur." ucap Lucy terlihat menatap Daddynya serius membuat Adrian akhirnya menyerah disana.

"Baiklah, sayang. Aku menyerah sekarang. Aku akan benar-benar pergi tidur seperti katamu. Selamat malam, sayang. Semoga mimpi indah, ya." ucap Adrian yang kemudian terlihat mencium kening Lucy sayang, sebelum akhirnya masuk kedalam kamarnya.

Lucy sendiri akhirnya juga memutuskan masuk kedalam kamarnya karena memang mulai merasa mengantuk disana.

'Apa aku perlu membicarakan hal ini dengan Anthony ? Sungguh aku masih merasa ingin membatalkan pernikahan ini. Entah apa alasannya tapi hanya itu keinginanku, sekarang.'

• • • • •

"Ayolah, An. Minumlah sedikit. Ini adalah pesta lajang yang kami buat untukmu. Apa sekarang kau menjadi takut minum hanya karena akan menikah. Apa calon istrimu sebawel itu hingga melarangmu untuk minum ?"

"Sudahlah, An. Minum saja sedikit. Apa salahnya ?"

Begitulah teman-temannya disana terlihat membujuknya minum didalam pesta lajang yang entah bagaimana Johny dan Rio menyiapkan semua itu tanpa sepengetahuannya.

Anthony sendiri sekarang terfokus pada penari tiang yang tengah beraksi diatas panggung sana, membuatnya sebenarnya tidak tahan lagi jika harus melihatnya lebih lama lagi.

Ya, entah sudah berapa lama ia tidak menyentuh Lucy lagi. Anthony merasa wanitanya itu sedikit banyak berusaha untuk menjauh darinya sekarang.

"Aku tidak menyangka kau akan menikah secepat itu, kawan. Kukira kau seperti kami yang masih ingin menghabiskan waktu bersenang-senang dengan banyak wanita." ucap Johny yang terlihat berniat bercanda dan menggoda Anthony yang memang akan menikah duluan diantara mereka.

"Sebenarnya aku menikah karena sudah lelah dengan desakan kedua orang tuaku. Mendengar omelan mereka setiap waktu, membuat kepalaku terasa sakit. Lagipula, aku juga sepertinya memang lebih dari sekedar tertarik pada calon istriku ini. Kau tahu, rasanya seperti merasakan heroin pertama kali dan setelahnya kau akan susah melupakan sensasi nikmatnya. Begitulah perasaanku pada wanitaku ini. Dia terlalu memabukkan." ucap Anthony yang kemudian terlihat meminum minumannya dengan santai disana.

"Wah.. mendengarkanmu bercerita seperti ini membuatku merasa penasaran dan ingin mencicipinya juga. Iya, 'kan Rio ?" ucap Johny sambil merangkul pundak saudaranya yang memang duduk disebelahnya itu.

"Jangan macam-macam, John. Sejak kecil kita memang suka berbagi tapi saat Anthony sudah mengklaim wanitanya sebagai milikknya, jangan berani mengusiknya. Kau mengerti ?" ucap Rio yang memang selalu bersikap lebih dewasa diantara mereka.

"Aku hanya bercanda. Kenapa serius sekali, sih ?" ucap Johny yang terlihat menuangkan kembali minuman kedalam gelas ketiganya bergantian.

"Lagipula, kau tidak akan bisa melakukannya meski mencoba mendekati wanitaku itu 1000x pun. Wanitaku ini sangat sulit untuk didekati, John. Bahkan, aku sudah tidak menyentuhnya kira-kira hampir 1 bulan lamanya. Sungguh aku sangat-sangat merindukannya, sekarang." ucap Anthony yang terlihat kembali meminum minumannya hingga habis dalam satu teguk saja.

Sepertinya dia berniat mabuk malam ini.

"Ayolah, kawan. Tidak ada wanita yang bisa menolak kita para pria. Hanya kau saja yang memang memilih mengalah dan pergi meninggalkannya daripada harus memaksanya menuruti keinginan liarmu itu. Sebenarnya kau hanya membutuhkan sedikit paksaan saja untuk membuatnya menurut padamu." ucap Johny yang terlihat mengejek ketidak mampuan Anthony menaklukkan wanita. Padahal diantara mereka bertiga, Anthony selalu menjadi juara dalam merayu wanita. Tidak. Anthony berhasil menarik banyak wanita dengan pesonanya.

"Ya, aku akan mencobanya nanti. Sedikit paksaan terdengar menarik juga." ucap Anthony yang terlihat menikmati godaan dua orang wanita penggoda yang tadi datang menghampirinya.

Percayalah. Itu pasti adalah ulah Johny.

"Oh ya, katakan kemana rencana bulan madumu, nanti ? Kau tahu, 'kan resort kami merupakan yang terbaik dibeberapa negara. Siapa tahu kami bisa menghadiahkan menginap dipulau pribadi atau semacamnya." ucap Rio yang memang hanya dirinya sajalah yang sekarang ini terlihat santai tanpa dikelilingi wanita.

"Aku akan mengajaknya pergi ke Italy." ucap Anthony singkat sambil terlihat berusaha menahan gairahnya saat dua wanita penggoda itu mulai berani berbuat lebih nakal lagi disana.

"Wah kebetulan sekali disana kami sedang menguji coba pelayaran kapal cruise pertama kami. Jika kau mau, kau dan istrimu itu bisa menjadi yang pertama mencobanya. Anggap saja itu hadiah dari kami berdua. Tenang saja, aku akan ikut bersamamu untuk memastikan semuanya aman terkendali. Tidak akan kubiarkan kau dan istrimu itu tenggelam seperti didalam film Titanic." ucap Johny tersenyum senang saat melihat Anthony disana terlihat tersiksa menahan gairah.

"Yaya... atur saja sesukamu. Oh.. kurasa aku tidak bisa menahan ini lagi." ucap Anthony yang kemudian terlihat pergi sambil menyeret dua wanita yang sedari tadi menggodanya itu untuk mengikutinya.

Johny tertawa keras disana.

"Lihatlah. Dia masih sama seperti kita. Dia masih suka dengan kesenangan liar seperti ini. Aku tidak percaya dia sungguh akan menikah secepat ini. Dia pasti tidak akan betah tinggal dirumah, aku jamin itu." ucap Johny pada Rio terlihat senang sekali disana.

"Sudahlah. Kau sungguh selalu membuat bencana saja. Aku harus pergi dulu, sekarang. Ada urusan penting yang harus kuselesaikan. Dan ya, jangan membuat masalah selama aku pergi." ucap Rio yang kemudian terlihat bangun dari duduknya dan pergi darisana.

Sementara itu, Johny sendiri terlihat menikmati sentuhan 3 orang wanita penggoda yang memang selalu menempel padanya setiap kali dia datang ke club itu.

"Puaskan aku disini." ucap Johny santai dan ketiga wanita itu tentu saja langsung menuruti perintahnya begitu saja.

Rio Georgery dan Johny Shimmer. Kedua pria itu adalah saudara sepupu yang merupakan teman Anthony sejak kecil dan keduanya tak pernah menyimpan rahasia apapun satu sama lain.

Ketiganya saling berbagi apapun dan tidak pernah sekalipun mengkhianati satu sama lain. Hanya saja ya, bertengkar itu memang pasti. Anthony dan Johny lah yang paling sering bertengkar selama ini. Kedua pria itu memang seperti kucing dan tikus, yang selalu saling menjahili dan menggoda satu sama lain. Sedangkan Rio, pria itu selalu hadir ditengah-tengah mereka dan mendamaikan keduanya disana.

Tapi satu yang tak pernah hilang diantara mereka selama ini, sikap respect dan kepercayaan. Mereka bertiga selalu menjunjung tinggi sikap itu sejak dulu sampai sekarang. Karena teman sejati akan sangat sulit didapatkan dijaman yang keras seperti ini.

Ketiganya bertekad akan terus berteman dan bersahabat sampai nanti.

Hanya saja, memang, sejak kecil Anthony dan Rio selalu sering mengalah dan terpaksa harus memaklumi sikap Johny karena memang pria satu itu sedikit aneh dan terkesan sedikit menderita gangguan mental.

Tapi hal itu sama sekali tidak mengganggu pertemanan mereka selama ini.

Entahlah. Mungkin karena mereka bertiga sudah terbiasa bersama.

Bersambung.....

• • • • •

Dikit-dikit aja dulu. 😁😁

Comment and Vote Guys ❤

Thanks for reading

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top