MFG 29 - I'm Free

"Kau terlihat cantik sekali dengan baju itu. Tidak. Atau memang kau selalu terlihat cantik memakai baju apapun." begitulah ucap Jordan yang Lucy rasa sedang berusaha menggodanya tapi sungguh, rayuan semacam itu Lucy merasa sedikit mual mendengarnya.

"Benarkah ? Padahal aku memilihnya dengan terburu-buru tadi. Dan ya, apa saja kegiatanmu kemarin-kemarin. Selama disini kau bekerja atau melakukan sesuatu yang lain ?" ucap Lucy sambil menikmati meminum susunya.

Susu kocok buatan kakaknya selalu yang paling enak. Sungguh.

"Tidak. Aku hanya menghabiskan waktuku bersenang-senang saja. Kau tahu sendiri kakekku, 'kan ? Saat aku bilang mau bekerja untuk membantunya, dia tidak mengijinkanku dan menyuruhku pergi saja untuk bersenang-senang. Mau bagaimana lagi. Disinilah aku. Pengangguran yang beruntung karena memiliki keluarga kaya." ucap Jordan yang kemudian tertawa kecil setelahnya.

Lucy disana terlihat juga berpura-pura ikut tertawa kecil disana.

"Oh ya, bisakah aku meminta tolong sedikit. Nanti saat disana berpura-puralah menjadi kekasihku. Maafkan aku tapi aku mengatakan pada temanku akan datang bersama kekasihku. Ya, aku tahu aku salah dan tidak seharusnya merepotkanmu seperti ini tapi____"

"Sudahlah. Jika memang sudah terlanjut terjadi mau bagaimana lagi. Hanya berpura-pura menjadi kekasihmu, 'kan ? Apa susahnya memang ? Tenang saja. Aku akan berakting dengan baik disana nanti. Kau tahu aku, 'kan ?" ucap Lucy yang membuat Jordan disana tersenyum kecil mendengarnya.

"Terima kasih, ya. Sebentar lagi kita akan sampai. Aku yakin kau akan senang disana." ucap Jordan yang hanya dijawab anggukkan kecil saja oleh Lucy disana.

Sebenarnya Lucy saat ini dalam keadaan setengah melamun karena merasa ada sesuatu yang hilang sejak kemarin ia bangun tidur karena sakit kepala.

Entahlah.

Seperti ada sesuatu yang terlupakan. Tapi ia tidak tahu apa itu.

'OH ! Pria mesum itu ?!! Tumben sekali dia tidak menggangguku sejak kemarin. Bagaimana kabarnya sekarang, ya.'

• • • • •

"Bos. Diam dan duduklah saja. Kau membuatku pusing melihatnya. Jika mau menghubungi nona itu. Telfon saja sekarang. Apa susahnya ?" ucap Sony dengan nada setengah kesal melihat kelakuan kekanakan bosnya yang sedari tadi terlihat gusar sambil memandangi layar ponselnya.

"Kau diamlah saja dan selesaikan itu dengan cepat. Aku harus pergi kepesta Johny sebentar lagi. Dia itu pria yang berisik dan jika aku tidak datang kepestanya hari ini, pasti dia akan datang ke kantorku besok dan membuat kegaduhan." ucap Anthony kesal karena Sony yang tadi tiba-tiba berubah menjadi sok dewasa sekali.

Tapi ya, memang benar kalau Sony itu sudah menikah dan wajar saja memberikannya nasehat seperti itu. Tapi sungguh, Anthony tidak mau dan tidak bisa menerima hal itu. Sampai kapanpun.

'Dia kira dia adalah ahli masalah wanita. Aku yang lebih ahli darinya disini. Dasar.' batin Anthony dalam hati.

Sebenarnya sejak kemarin Anthony sengaja tidak menghubungi Lucy sama sekali karena berharap jika nantinya Lucy duluan yang akan menghubunginya.

Tapi lihatlah. Wanita itu ternyata tidak memiliki rasa peduli, rindu, simpati, empati bahkan meski hanya sedikit saja padanya.

"Aishh !!! Sial ! Sudahlah. Kau kerjakan saja pekerjaan itu sendiri disini sampai selesai. Aku mau pergi dulu. Lebih baik aku pergi bersenang-senang daripada berduaan disini bersama denganmu." ucap Anthony yang kemudian terlihat dengan kesal membuka pintu ruangannya dan pergi dengan raut wajah kesal.

Dan Sony sendiri hanya bisa menggelengkan kepalanya kecil melihat tingkah bosnya yang seperti baru beranjak remaja itu.

Ia yakin. Siapapun yang nanti mengajak bosnya bicara pasti akan dihujani kata-kata angkuh dan kasar oleh bosnya itu.

Tapi,

"Tunggu, bos. Kau 'kan cerewet sekali. Bagaimana jika materi presentasi ini tidak sesuai dengan____"

"Besok ! Aku akan mengeceknya besok !" begitulah teriak Anthony dengan suara keras tanda ia marah karena sudah didanggu, tepat sesaat sebelum pintu lift tertutup membuat Sony menghela nafas beratnya disana.

Sungguh. Ia merasa menyesal sudah berusaha menyusul bosnya tadi.

'Benar, 'kan kubilang ? Seperti diatas kepalanya itu sekarang terdapat tanda seru berwarna merah yang besar yang berarti jangan ajak aku bicara atau kubunuh kau.'

• • • • •

'Disini terasa membosankan tapi, karena ada banyak minuman disini jadi, lumayanlah.' batin Lucy dalam hati.

Coba tebak apa yang dilakukan Lucy saat ini.

Ya, memang sejak masuk kesana tadi Jordan selalu menggenggam tangannya, tapi hal itu tidak bisa menghentikan mata Lucy untuk menjelajahi seisi kolam tempat party itu dengan menyeluruh.

"Sayang kenalkan, dia temanku Rio. Dan Rio, ini kekasihku, Lucy." begitulah ucap Jordan membuat Lucy yang asyik sediri sejak tadi menjadi langsung kembali fokus kepada pria yang berada tepat disebelahnya itu.

"Oh, salam kenal ya. Kau cantik sekali. Kau beruntung mendapatkannya, Bro. Kalau begitu nikmati pestanya, ya. Katakan padaku jika kau membutuhkan sesuatu." ucap Rio sebelum akhirnya meninggalkan keduanya disana.

"Kau mau mengambil minuman ? Kuperhatikan kau sejak tadi melihat kearah sana. Kalau mau ambil saja. Aku akan menunggumu disana. Tapi jangan mengambil minuman dengan kadar alcohol yang tinggi. Sudah sana." ucap Jordan yang membuat Lucy tidak percaya saat mendengarnya disana.

Ya. Seorang Jordan bisa membiarkan Lucy pergi sendirian disebuah pesta ? Bagaimana bisa ? Apa benar yang dikatakan kakaknya jika Jordan menjadi sedikit berubah sekarang ?

'Apa mungkin Jordan sempat melakukan pengobatan saat berada di London ? Tapi apa mungkin dia mau melakukan pengobatan semacam itu ? Bukankah dulu aku pernah mencoba membujuknya untuk pergi ke dokter dan berakhir dia marah ? Sudahlah. Bukannya bagus kalau Jordan bisa sedikit membebaskanku begini. Minuman, aku datang !!!!' batin Lucy senang dalam hati.

Lucy disana terlihat berjalan dengan santai kearah meja yang penuh dengan berbotol-botol minuman itu.

Matanya berbinar senang memikirkan akan meneguk salah satu dari banyak botol yang ada disana.

Grep...

Saat tangannya berusaha meraih satu botol untuk dibawa bersamanya, ternyata ada orang lain yang juga mengincar botol minuman yang sama.

"Maaf tapi aku duluan yang____"

Lucy langsung terdiam dan seolah menjadi tidak sanggup untuk melanjutkan ucapannya saat melihat siapa orang yang tangannya saat ini menggenggam tangannya yang hendak mengambil botol minuman.

"Apa ? Kenapa tidak dilanjutkan ? Aku bukan hantu hingga kau harus terkejut berlebihan seperti itu." ucap Anthony dengan ekspresi yang dibuat sengaja ingin menggoda Lucy disana.

Ya. Anthony. Saat tadi ia tengah berbincang dengan temannya, ia tak sengaja melihat Lucy dan tentu saja rasa jahilnya tak ingin tetap diam begitu saja.

Dan ya, perasaan kesal dan jengkel yang tercipta dikantornya tadi seketika tiba-tiba lenyap begitu saja setelah melihat wajah cantik Lucy disana.

"Lepaskan tanganku. Jika ada yang melihatnya bisa menjadi masalah, nanti. Lepaskan." ucap Lucy yang berhasil melepaskan genggaman Anthony sebelum semakin erat nanti.

"Kugenggam tanganmu saja kau marah. Kau lupa kalau kita itu sudah____"

"Astaga !!! Diamlah. Mulutmu ini sungguh membuatku kesal." ucap Lucy sambil sesekali melihat sekelilingnya takut Jordan melihatnya disana.

"Kau ini kenapa sih ? Kau seperti takut kita dipergoki seseorang ? Siapa memangnya ? Kau kesini bersama seseorang ?" ucap Anthony kesal saat melihat perhatian Lucy seperti terbagi kemana-mana.

"Sudahlah. Kau kesini untuk berpesta juga, 'kan ? Nikmati saja pestanya dan jangan ganggu aku dulu kali ini. Kumohon." ucap Lucy yang kemudian pergi dengan membawa sebotol minuman ditangannya.

"Tunggu. Aku belum selesai dengan____"

"Hei-hei. Sudahlah kawan. Biarkan saja wanita itu pergi. Jangan ganggu dia dan kekasihnya. Itu adalah perintah dari Rio. Kau tahu perintah darinya bersifat mutlak, 'kan ? Dia tamu penting Rio. Jadi biarkan saja mereka. Lebih baik kau ikut aku sekarang." ucap Johny mencegah Anthony untuk pergi disana tapi,

"Tunggu ?! Wanita tadi kesini bersama kekasihnya ?! Kekasih apa sih ? Dia wanitaku, kawan. Dia milikku. Kau sudah gila, ya." ucap Anthony tidak terima karena temannya itu tadi mengatakan Lucy datang bersama kekasihnya.

"Kalau tidak percaya lihatlah kesana. Itu dia kekasihnya. Tamu penting yang diundang Rio sendiri kesini. Dan kumohon jangan macam-macam dengan mereka. Atau Rio akan membunuhku, nanti." ucap Johny yang entah didengar atau tidak oleh Anthony disana karena terlihat saat ini Anthony tengah diam terpaku dan tatapannya terfokus pada dua orang yang terlihat tengah berpelukan mesra disana.

'Sial !! Jadi Lucy datang kesini bersama pria tinggi yang ditemuinya dibandara wakti itu ?!!!!! Ah.. Judo !! Judo namanya, 'kan ? Sungguh. Bagaimana bisa aku melewati seoanjang pesta ini dengan melihatnya bermesraan dengan pria itu. Tidak. Aku tidak mau. Tapi jika aku pergi itu hanya akan membuatku bertanya-tanya apa saja yang tengah dilakukan Lucy bersama pria itu disini. Baiklah. Hanya kali ini saja. Aku akan menahan emosiku dan melihat apa yang dilakukan pria itu pada Lucy. Dan jika dia terlalu dekat, aku tidak peduli apa-apa lagi dan akan langsung menyeret Lucy pergi bersamaku darisini.'

Sementara itu...

Lucy sendiri terlihat seperti orang linglung karena, disatu sisi ia harus bersikap baik pada Jordan, dan disisi lainnya entah mengapa ia merasa bersalah juga tidak nyaman saat harus mengumbar kemesraannya bersama Jordan disana.

Terutama pandangan menusuk Anthony dikejauhan sana yang sangat mengganggunya. Astaga !

"Kau mau masuk kolam bersamaku ?" ucap Jordan yang hanya dijawab senyuman kecil dan menggeleng pelan saja disana.

"Ayolah. Ini pasti menyenangkan." ucap Jordan mencoba membujuk Lucy disana.

"Tidak. Aku tidak_____"

Sebelum Lucy bisa menyelesaikan ucapannya, Jordan lebih dulu menggendongnya dan dibawanya Lucy masuk kedalam air begitu saja bersama dengannya.

"Bagaimana menyenangkan, bukan ?" ucap Jordan sambil memainkan air disekitarnya agar Lucy menjadi basah.

Lucy sendiri yang terlihat terbawa suasana akhirnya membalas ulah jahil Jordan dengan memainkan air dan membuat pria itu menjadi basah kuyup juga.

"Rasakan itu. Hahaha..."

Sesaat Lucy seperti lupa jika Anthony masih memperhatikannya dengan pandangan yang sangat intens dikejauhan sana.

Dan ya, lihatlah pria itu sekarang. Anthony terlihat sangat amat marah dan tidaka bisa menahan emosinya lagi saat melihat Lucy bermain air dengan pria itu.

Pria beruntung yang bisa menghabiskan harinya bersenang-senang dengan wanitanya. Kurang ajar.

Pyarrr..

Prankkk

Anthony tidak peduli lagi dengan suasana disekitarnya. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa dan memiluh untuk melempar asal beberapa botol dan gelas minuman dingga jatuh berantakan dimana-mana.

Dan saat itu juga semua perhatian orang-orang disana mengarah padanya. Dan sungguh Anthony tidak peduli.

Dan hanya satu orang yang menjadi fokusnya saat itu.

Lucy yang tengah melihatnya dikejauhan sana terlihat memasang ekpresi wajah sedikit khawatir dan Anthony suka itu.

Anthony yang merasa ada kesempatan, langsung memberi kode kecil yang mungkin hanya Lucy saja yang bisa melihat dan mengerti itu.

Terbukti Lucy terlihat gugup dan bingung saat Anthony mulai berjalan pergi darisana.

'Bagaimana ini ?! Semoga saja Jordan tidak melihat apa yang dilakukan Anthony tadi." batin Lucy was was.

"Tunggu ?! Rasanya aku pernah melihat pria tadi. Tapi dimana, ya ? Kau mengenalnya, Luc ?" tanya Jordan yang tentu saja membuat Lucy merasa sangat-sangat lega karena ternyata Jordan tidak mengenali Anthony dan juga tidak melihat apa yang dilakukan Anthony barusan.

Ya, saat ini memang Anthony tengah mengenakan pakaian santai yang membuatnya terlihat jauh berbeda dengan saat dia memakai setelan jas formal.

Katakan jika Anthony terlihat sexy saat memakai setelan jas formalnya, tapi pria itu justru terlihat berkali-kali lipat sangat menggoda dan tampan memakai pakaian santai seperti itu.

"Emm.. tidak. Aku tidak mengenalnya. Bisakah aku permisi ke toilet sebentar." ucap Lucy yang berharap Jordan akan mengijinkannya tanpa bertanya apa-apa lagi.

"Tentu saja. Pergilah. Atau kau mau kuantar ?" ucap Jordan yang tentu saja dijawab gelengan keras oleh Lucy disana.

"Tidak, aku bisa sendiri. Memangnya kau nanti mau masuk kedalam toilet wanita bersamaku ? Dasar." ucap Lucy yang kemudian berjalan naik keluar dari dalam air.

'Sungguh dia benar-benar melakukan hal konyol dengan memberiku kode seperti tadi. Bagaimana jika tadi Jordan menyadarinya ? Dan ya, karena aku takut dia melakukan hal lebih berani lagi lebih baik aku menemuinya saja dan bertanya apa sebenarnya maunya.' batin Lucy kesal dalam hati.

Saat ini terlihat Lucy berjalan santai berusaha mencari keberadaan Anthony yang sudah lebih dulu pergi tadi.

"Maaf, kulihat kau tadi berbicara dengan Anthony. Apa kau tahu dimana dia sekarang ?" ucap Lucy pada seorang pria disana.

"Johny. Panggil saja aku Johny. Aku saudara Rio. Dan ya, kurasa Anthony berjalan menuju pintu keluar tadi. Kesana." ucap Johny ramah dan Lucy disana terlihat tersenyum kecil menanggapinya.

"Terima kasih." ucap Lucy yang kemudian berjalan kearah yang ditunjukkan Johny padanya.

'Apa mungkin Anthony sudah pulang ? Ya, kalau begitu malah bagus, 'kan ? Tapi kodenya tadi, apa maksudnya, ya ?' batin Lucy dalam hati.

Dan tiba-tiba,

Greb..

Brakkk..

Lucy tentu saja terkejut saat seseorang menarik tangannya tiba-tiba masuk kedalam sebuah ruangan yang ada didekat pintu keluar.

Terlihat orang itu menutup dan mengunci ruangan itu.

Gelap.

Ya, ruangan sempit yang sepertinya gudang tempat penyimpanan barang-barang itu sangat gelap sebelum akhirnya lampunya tiba-tiba menyala.

"Sial, kau ! Kenapa menarikku kedalam sini ? Dan ya, bukankah kubilang untuk jangan menggangguku dulu hari ini. Aku sedang____"

"Sedang apa, Hah ?!! Sedang menghabiskan waktu bersama pria yang kau temui di bandara waktu itu, 'kan ? Begini. Bukankah seperti ini tadi dia memelukmu." ucap Anthony yang marah dan kemudian memeluk Lucy dengan erat hingga terasa menyakitkan disana.

"Lepaskan aku. Sakit, bodoh." ucap Lucy meronta dilepaskan.

"Kenapa ?!! Apa bedanya belukanku dan dia ? Kenapa kau mau dipeluknya dan tidak dengan pelukanku ? Katakan ?!!" ucap Anthony berteriak marah disana dan sungguh Lucy merasa bingung juga sedikit takut melihat Anthony seperti itu.

"Sebenarnya ada apa denganmu ? Kenapa kau marah dan menyakitiku seperti ini, Anthony ? Apa salahku ?" ucap Lucy dengan nada pelan dan juga matanya yang berkaca-kaca disana membuat Anthony yang melihatnya langsung merasa iba dan merasa bersalah karenanya.

Anthony melepas pelukannya pada Lucy. Ia mencoba mengontrol emosinya sebentar sebelum akhirnya menatap Lucy kembali.

"Dengar, melihatmu berdekatan dengan pria lain membuat kepalaku terasa panas. Aku tidak bisa menerima kau berpelukan dan terlihat mesra dengan pria tadi seperti itu. Ada apa sebenarnya denganmu ? Apa kau butuh uang hingga kau terlihat seperti gadis penggoda seperti itu saat bersamanya ? Berapa dia membayarmu ? Dan selama berapa jam kau akan bersamanya hari ini ? Apa jika aku membayarmu dengan harga yang sama kau akan_____"

Plakkkk...

Lucy tidak tahan lagi. Ya. Ucapan Anthony sungguh sudah menghinanya jauh hingga terasa sakit didalam hatinya.

"Apa hakmu memarahiku seperti itu ? Dengar. Jika kau pikir setelah aku tidur denganmu, dengan begitu aku bisa menjadi milikku, itu adalah salah besar, Anthony. Aku masih bebas. Aku bebas mendekati pria manapun dan juga dekat dengan pria siapapun itu. Hubungan kita hanya sebagai boss dan karyawan saja disini. Dan itupun hanya dikantor. Anggap saja tidur denganmu saat itu adalah murni kesalahanku dan tolong, jangan mengganggu urusan pribadiku disini. Jika kau menganggap aku menjual diriku maka biarlah. Itu sepenuhnya adalah urusanku. Kau cukup melihatnya saja dan jika tidak suka, maka pergilah. Kumohon sekali lagi jangan ganggu aku." ucap Lucy dengan air matanya yang dicoba untuk ditahanya agar tidak menetes.

Lucy kemudian terlihat membuka kuci pintu dan hendak pergi darisana tapi,

"Alasanmu itu tidak cukup untuk membuatku berhenti mengganggumu. Sebenarnya ada hubungan apa kau dengan pria itu. Siapa dia sebenarnya ?" ucap Anthony dengan nada yang sangat pelan dan terdengar putus asa kali ini.

"Baiklah. Dengarkan ini baik-baik. Daddy menjodohkanku dengannya. Dan kurasa jika ini berjalan baik, kami akan segera menikah. Jadi pergilah dari kehidupanku mulai sekarang." ucap Lucy dengan nada seriusnya sebelum akhirnya ia keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Anthony sendiri disana.

Bagai dijatuhi retuntuhan bangunan besar diatas kepalanya, Anthony disana terlihat diam dan terpatung tak bergerak sedikitpun selama beberapa saat disana.

Ya, ucapan Lucy yang terakhir membuatnya tidak bisa berkata apa-apa lagi dan sungguh. Percaya atau tidak didalam hatinya terasa sakit sekali mendengar itu. Sangat sakit.

'Perjodohan ? Perjodohan ? Perjodohan ? Aku sangat tidak ingin mempercayai ucapannya itu tapi, jika ini adalah hal yang serius maka, akan terjadi ledakan yang besar sebentar lagi dan tanganku sendirilah yang akan merakit bomnya. Kau tunggu saja. Semuanya akan berubah sebentar lagi.'

Bersambung.....

• • • • •

Buat menemani malam minggu kalian yang kelabu 😁😉

Satu dulu yak 😋

Comment and Vote Guys ❤

Thanks for reading

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top