MFG 28 - Listen To Me

Malam harinya...

"Kakak curang !! Tidak bisa seperti itu. Aku yang seharusnya menang tadi."

"Kaulah yang tidak bisa bermain. Itu karena Nathan selalu mengalah dan membiarkanmu menang. Dasar kau ini."

Begitulah kegaduhan dan pertengkaran yang tercipta antara Lucy dan Connor yang terlihat tengah bermain video game bersama diruang keluarga.

Ya, Lucy memang suka bermain video game dengan kakak-kakaknya saat ia merasa bosan. Dan beruntungnya lagi kepalanya sudah tidak sakit lagi sekarang.

"Ngomong-ngomong tentang Nathan, kenapa dia belum pulang sekarang ? Bukankah ini mendekati waktu makan malam. Apa dia tidak kelaparan diluar sana, ya ? Kau tidak mau menelfonnya ? Kau tidak khawatir padanya ?" ucap Connor pada Lucy yang terlihat sedikit terpengaruh dengan ucapannya tadi.

Lucy menjadi sedikit gusar disana.

"Biar saja. Ya, memang aku sekarang juga merasa khawatir pada kakak, tapi sikapnya pada temanku Catherin saat itu kurasa jahat sekali. Tapi apa kakak sudah makan, ya ? Dia pergi sejak pagi tadi. Apa sebaiknya aku menelfonnya dan menyuruhnya pulang saja, kak ?" ucap Lucy pada kakaknya yang terlihat asyik memakan snack dengan tenang disebelanya itu. Dasar.

"Ya. Telfon saja." ucap Connor asal dan terlihat lebih sibuk dengan snack-snacknya disana.

Lucy kemudian langsung mengambil ponsel miliknya yang ada didekatnya itu dan mendial nomor kakaknya.

Tersambung, tapi,

"Dia tidak mengangkatnya. Apa kak Nathan marah padaku ?" ucap Lucy merasa bersalah sambil menatap layar ponselnya cemas.

"Coba lagi." ucap Connor yang kini mulai memperhatikan adiknya.

Lucy menurut dan langsung mencoba menghubungi kakaknya lagi. Tapi tetap saja tidak diangkat.

"Kakak.. bagaimana ini ?! Sepertinya kak Nathan benar-benar marah padaku." ucap Lucy yang terlihat mengatakannya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Tidak. Bukan seperti itu. Awas saja saat dia pulang nanti. Akan kupukul kepalanya karena sudah mengabaikan telfonmu. Sudah, jangan menangis. Atau telfon saja temanmu itu dan tanyakan apa Nathan ada disana ?" ucap Connor berusaha menghibur adiknya.

"Hmm.." ucap Lucy yang kembali menurut dan langsung menelfon Catherin disana.

Sementara itu...

"Lucy menelfonku ? Bagaimana ini ?" ucap Catherin terlihat panik pada orang yang ada didekatnya itu.

"Sudahlah. Jangan diangkat. Dari caramu bicara aku tahu kau bukanlah orang yang pandai berbohong. Jika kau mengatakan sesuatu yang aneh padanya nanti, akan kubunuh kau. Sudah tolak saja panggilannya." ucap Nathan terlihat sedikit panik juga disana.

"Kalau nanti aku tidak mengangkatnya dan dia datang kesini, bagaimana ?" ucap Catherin bingung sambil tetap menatap layar ponselnya yang terus menampilkan nama Lucy disana.

"Aish.. sudahlah terserah padamu saja. Tapi jangan katakan apa-apa tentang aku ada disini." ucap Nathan yang akhirnya menyerah dan membiarkan Catherin melakukan apapun yang dia suka.

"Halo, Luc."

"Hey, Cath. Kenapa lama sekali mengangkatnya ? Kau sedang apa sekarang ?"

"Maafkan aku. Aku baru saja selesai mandi tadi. Ada apa ?" ucap Catherin hati-hati.

"Tidak. Aku hanya ingin bertanya apakah kakakku ada disana ? Dia belum pulang sampai sekarang dan aku khawatir. Dia pergi sejak pagi dan aku tidak tahu apa dia sudaha makan atau belum. Kau tahu dimana dia ?"

"Kakakmu ? Ya, tadi siang dan sore aku sempat melihat dan berbincang sebentar dengannya, tapi dia sudah pergi sejak kira-kira 3 jam yang lalu. Ada apa memangnya ?" ucap Catgerin yang mati-matian menjaga nada bicaranya agar terdengar meyakinkan disana.

"Tidak. Tidak papa. Ya sudah kalau begitu. Oh ya, apa kau sudah memaafkannya ? Jika belum atas nama kakakku aku minta maaf ya. Mungkin saat itu kakakku masih dalam suasana patah hati karena ditinggal pergi oleh kekasihnya. Sekali lagi aku minta maaf ya. Sebenarnya dia orang yang baik. Tolong maafkan dia, ya."

"Tidak-tidak. Kau tidak perlu meminta maaf seperti ini padaku. Aku memang sudah memaafkannya. Kau tidak perlu khawatir. Pasti setelah ini dia juga segera pulang." ucap Catherin merasa tidak enak karena harus terpaksa berbohong dan berakhir mendengar peemintaan maaf dari Lucy.

'Harusnya akulah yang minta maaf.' batin Catherin dalam hati.

"Terima kasih sudah memaafkannya ya, karena ini sudah malam kau cepatlah pergi tidur. Selamat malam sayangku. Dah.. maaf sudah mengganggumu. Muachh.."

Tut tut tut...

Setelah sambungan telfon itu terputus, Catherin langsung mengela nafas lega dan kemudian kembali duduk dengan tenang didekat Nathan.

"Kuharap dia percaya dengan ucapanku, dan kau ! Sebaiknya kau pulang saja sana. Lucy tadi terdengar khawatir padamu. Bukankah aku bilang akan baik-baik saja sendiri disini." ucap Catherin masih terdengar kurang bersahabat meski Nathan sudah mau repot-repot menyelamatkannya tadi.

"Dasar wanita angkuh. Setidaknya berterima kasihlah sedikit karena aku sudah mau merelakan wajah tampanku menjadi lebam-lebam begini. Lihat ini ! Ini juga ! Jika mantan kekasihmu yang gila tadi kesini lagi dan kakakmu belum datang bagaimana ? Kau sungguh bisa menanganinya sendiri ?" ucap Nathan kesal sambil sesekali mengaduh kesakitan saat menyentuh bagian-bagian wajahnya yang lebam.

"Selain sering amnesia kau rupanya juga tuli. Kau tidak dengar aku bicara tadi. Sebagai tanda terima kasihku, aku sudah memaafkan kesalahanmu padaku saat itu. Apa itu belum cukup ? Lalu kau mengharapkan apalagi ? Dan ya, kurasa dia tidak akan berani datang lagi mulai hari ini karena kau sudah memukulinya seperti tadi." ucap Catherin saat mengingat bagaimana ganasnya Nathan menghajar mantan kekasihnya yang hampir melecehkannya tadi.

"Pria seperti dia memang pantas mendapatkannya. Sudah jangan pikirkan dia lagi. Lebih baik buatkan aku makan malam sekarang. Setelahnya baru aku akan pulang. Perutku sakit sekali karena pukukan mantan kekasihmu tadi. Dan itu membuat rasa laparku menjadi meningkat. Cepat sana." ucap Nathan dengan nada yang masih tetap terdengar menyebalkan disana.

Tapi sungguh, Nathan hanya ingin mengalihkan perhatian Catherin saja. Ia yakin kejadian barusan cukup mengguncang wanita angkuh itu dan ya, Nathan sedikit simpati karenanya.

"Iya-iya. Tunggu disini sebentar, ya. Akan kubuatkan." ucap Catherin yang kemudian melenggang pergi begitu saja.

Nathan sendiri terlihat menarik nafas dalam-dalam disana.

Entah mengapa disaat ia bisa saja pulang sejak tadi, justru ia malah lebih memilih disana saat ini.

'Ini hanya rasa simpatiku yang tidak terima melihat seorang wanita ditindas. Hanya itu. Titik.'

• • • •

Pagi harinya...

"Hei, bangun. Ada Jordan dibawah sana. Katanya dia menunggumu. Kau sudah membuat janji dengannya ? Kapan ?" ucap Nathan membangunkan Lucy dengan suara lembut dan penuh perhatian seperti biasa.

"Suruh saja dia pulang. Aku mau tidur dulu. Engghhh..." ucap Lucy malas dengan mata yang masih terpejam rapat.

"Aku tidak berani. Kau saja yang mengusirnya." ucap Nathan lagi sambil kini memilih duduk dipinggiran ranjang adiknya berniat menunggu adik kesayangannya itu bangun.

"Tunggu ?!" ucap Lucy yang kemudian membuka matanya perlahan.

"Kakak ?!!!! Kapan kau pulang ? Kenapa tidak membangunkanku tadi malam ? Kakak benar-benar marah padaku, ya." ucap Lucy setelah tadi langsung bangun dan memeluk kakaknya erat tak peduli apapun lagi.

Ya, ia merindukan kakaknya yang satu itu. Hampir seharian kemarin kakaknya pergi dan seolah mengacuhkannya.

Sebenarnya Nathan tidak ingin pulang saat adinya itu smasih bangun tadi malam. Ya, jika adiknya melihat wajahnya terluka dibeberapa bagian, dia sendiri yang akan repot harus menjelaskannya nanti.

"Tidak, adikku sayang. Tadi malam kakak sedang ada urusan penting. Sudah sana cepat mandi dan turun. Jordan sedang menunggumu dibawah sekarang." ucap Nathan yang tak menolak perlakuan manja dari adiknya itu sedikitpun.

"Aku tidak ingat pernah membuat janji dengannya. Kapan ya ?" ucap Lucy yang kini menidurkan kepalanya dipangkuan kakaknya itu.

"Katanya dia mau mengajakmu ke pesta temannya tadi. Kau tahu, dia terlihat sopan sekali saat berbicara dengan Mommy dan juga Daddy. Kurasa dia sedikit berubah sekarang. Benar, 'kan ? Sudah sana mandi." ucap Nathan yang masih tetap berusaha membujuk adiknya yang sulit sekali mendengarkan itu.

"Gendong aku ke kamar mandi." ucap Lucy sambil menunjukkan barisan depan giginya yang rapi disana.

"Dasar anak kecil. Ya sudah, ayo." ucap Nathan yang kemudian membuat Lucy bangun dan melompat kepunggungnya senang.

"Tadi malam aku sempat masuk kedalam kamarmu untuk melihatmu yang kata Mommy sudah tertidur. Aku kemarin pulang larut sekali. Maafkan aku." ucap Nathan merasa menyesal.

"Sudahlah tidak papa. Yang penting kakak pulang. Tapi bisakah kakak katakan padaku kemana saja kakak seharian kemarin ? Kenapa kakak tidak mengangkat telfonku ? Kakak tega sekali." ucap Lucy pelan dan terdengar sedih diakhir.

"Nanti saja aku cerita semuanya. Sekarang kau mandilah dengan cepat dan lekaslah turun." ucap Nathan saat kini menurunkan adiknya didepan pintu kamar mandi.

"Hmm.." ucap Lucy yang terlihat menahan rasa penasarannya dan memilih masuk kedalam kamar mandinya.

Setelahnya Nathan memutuskan untuk pergi kekuar dari kamar adiknya dan berniat bergabung dengan keluarganya yang tengah berkumpul bersama dibawah.

"Kemarin dia menangis karena menunggu dan khawatir padamu. Entah siapa kembaranmu sebenarnya. Dia selalu menangis saat kau pergi dan merasa cemas berlebihan." ucap Connor yang ternyata sejak tadi melihat interaksi antara Nathan dan Lucy diambang pintu sana.

"Katakan saja jika kau juga khawatir padaku juga. Kau merindukanku, 'kan ?" begitulah goda Nathan pada Connor yang kemudian dirangkulnya begitu saja kembarannya itu.

"Kemarin aku sengaja pulang untuk mengejutkanmu. Tapi kau tidak ada. Kemana kau seharian kemarin ? Apa sukses menggoda wanita itu ? Siapa namanya kemarin ?" ucap Connor saat kini sudah berjalan bersama Nathan untuk turun kebawah.

"Sudahlah, jangan membahas wanita itu lagi. Dia sungguh tidak masuk kedalam tipeku sam sekali. Sudah angkuh, galak, nada bicaranya keras, dan sangat sangat keras kepala." ucap Nathan saat mengingat kejadian kemarin.

"Bicaramu terdengar sepertinya kau benci sekali padanya. Aku akan minta Lucy sering mengajaknya kesini saja nanti. Lumayanlah, akan ada tontonan bagus yang menyegarkan mataku nanti." ucap Connor yang tenti saja langsung mendapat pukulan dikepalanya dari Nathan.

"Sial, kau. Kemari kau sekarang. Jangan lari seperti perempuan begitu. Hei !!!!!"

Sekitar 1 jam kemudian...

"Hai, Jordan. Maaf membuatmu menunggu lama. Ayo kita langsung pergi saja sekarang." ucap Lucy saat kini dia sudah sampai diruang tamunya dimana semua anggota keluarganya berkumpul bersama Jordan disana.

Kecuali Nathan dan Connor. Dimana kedua kakaknya itu ?

"Tidak. Pergi dan makan sarapanmu dulu. Aku akan menunggumu disini." ucap Jordan terdengar perhatian dan ya, lihatlah bagaimana Mommy dan Daddynya terlihat tersenyum teduh setelah mendengarnya.

"Tidak. Aku tidak lapar. Kita langsung berangkat saja sekar_____"

"Tidak lapar apanya ? Kaulah disini yang paling cerewet soal makanan saat pagi hari. Makan dan habiskan itu diperjalanan. Ini. Susunya juga." ucap Nathan setelah tadi tiba-tiba memasukkan sepotong sandwich kedalam mulut adiknya.

Lucy sendiri langsung memakan sandwich itu dengan ekspresi senangnya disana. Tak lupa juga ia langsung memeluk botol minum berisi susu yang diberikan kakaknya tadi.

Dan ya, Lucy sebenarnya merasa sedikit penasaran saat melihat Nathan dan kakaknya Connor tadi berjalan bersama dari arah dapur dengan wajah yang terlihat senang. Tapi ia tidak bisa menanyakan ada apa sebenarnya diantara keduanya karena ia harus pergi dulu sekarang.

"Terima kasih kakakku, sayang. Kalau begitu aku pergi dulu, ya. Dah, Mommy, Daddy ! Dah kak Ken ! Ayo, Jordan." ucap Lucy yang kemudian melenggang pergi berjalan keluar duluan.

"Hei !!! Kau tidak ingat tadi malam menangis dipelukanku ?!!!! Tega sekali kau selalu melupakanku seperti ini ?!!! Lucy !!!" begitulah seruan tidak terima Connor saat adiknya itu terlihat lupa atau sengaja tidak berpamitan padanya.

Orang-orang yang ada disana terlihat tertawa kecil melihat ekspresi kesal Connor disana termasuk Jordan.

Namun, berbeda dengan Adrian yang terlihat tertawa senang karena hal lainnya. Mungkin karena kini Lucy sudah mulai memaafkannya terbukti saat tadi Lucy mau berpamitan lagi padanya.

"Dia putrimu. Dia tidak akan bisa lama-lama marah pada Daddy kesayangannya." bisik Lara pada suaminya itu.

Adrian tersenyum sebentar dan menggenggam erat tangan istrinya itu tanda bahagia.

"Kalau begitu saya pamit pergi dulu sekarang. Kira-kira nanti sore saya akan mengantarkan Lucy pulang. Mari om, tante. Bro. Aku pergi dulu ya." pamit Jordan pada keluarga Lucy srbelum akhirnya menyusul Lucy yang sudah pergi duluan tadi.

"Aku tidak yakin Lucy akan baik-baik saja bersama pria Jordan. Apa kita ikuti saja mereka, ya ?" ucap Connor yang terlihat serius namun, langsung mendapat tatapan aneh dari Nathan.

"Tumben sekali kau peduli pada adikku itu. Biasanya kau cuek sekali." ucap Nathan mengejek Connor disana.

"Dia juga adikku, bodoh. Lagipula aku sedang tidak ada kegiatan dan bosan hanya diam dirumah sejak aku pulang kemarin." ucap Connor sambil kini meletakkan tangannya dipundak Nathan dengan santainya.

"Kalian tidak perlu khawatir berlebihan seperti itu. Tidak akan terjadi apa-apa pada Lucy. Dia pasti hanya akan bersenang-senang saja disana." ucap Kenzo yang akhirnya buka suara setelah sejak tadi hanya menunduk diam dan memainkan ponselnya.

"Kenapa kakak terdengar yakin sekali ? Biasanya Connor yang terdengar sok tahu, tapi rupanya kakak tertular penyakitnya itu." ucap Nathan tertawa lepas dan kemudian berlari melarikan diri duduk didekat Kenzo untuk menghindari amukan Connor.

"Ishh.. aku tidak seperti itu." ucap Connor membela diri.

"Lihat ini. Pesta yang dihadiri Jordan saat ini pesta tertutup untuk para undangan saja. Meski kalian mencoba mengikuti Jordan dan Lucy itu akan sia-sia. Dan ya, aku yakin Lucy akan baik-baik saja disana karena, Anthony juga akan berada disana." ucap Kenzo sambil menunjukkan isi ponselnya pada keluarganya.

"Anthony ? Apa hubungannya ?" tanya Connor terlihat bingung.

"Ya. Jika Mommy saja dilindunginya dan diselamatkannya dari sebuah kecelakaan saat itu, aku yakin dia juga akan melakukan hal yang sama pada Lucy. Apalagi dari foto ini Anthony terlihat dekat sekali dengan penyelenggara pestanya. Lihat." ucap Kenzo yang membuat semua orang disana menganggukkan kepalanya pelan tanda mengerti.

"Ya sudah kalau begitu ayo kalian berdua ikut aku jalan-jalan keluar. Ini weekend dan aku ada disini. Setidaknya manjakan aku seharian ini saja. Aku ingin melakukan sesuatu yang menantang dan kalian harus ikut serta didalamnya. Ayo.. ikut saja." ucap Connor sambil menarik paksa kedua saudaranya itu untuk ikut bersamanya.

"Tapi aku harus____"

"Aku ada____"

"Kalian mau aku menangis merengek seperti Lucy disini atau____"

"Baiklah-baiklah. Ayo !!!!!" ucap Kenzo dan Nathan bersamaan sebelum Connor benar-benar menangis merengek disana.

Ya. Mereka pernah melihat itu dan sungguh, itu adalah hal yang sangat merepotkan dan memalukan. Bayangkan saja sendiri.

Bersambung.....

• • • • •

Lucy dan Anthony ketemu di pesta ? Bakal gimana hayooo ??
🤣😂🤣😂🤣😂

Comment and Vote Guys ❤

Thanks for reading

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top