MFG 27 - Sorry Not Sorry
"Mommy dengar kau sakit kepala, sayang ? Apa kau baik-baik saja ? Mau Mommy buatkan teh hijau hangat kesukaanmu ?" ucap Lara pada putrinya yang sengaja memang sudah ditungguinya sejak tadi saat Nathan pergi untuk menjemputnya.
"Aku tidak papa, Mom. Dan ya, teh hijau boleh juga. Terima kasih, ya." ucap Lucy sambil berjalan masuk bersama Mommynya masuk kedalam.
"Kau mau meminumnya dibawah sini atau Mommy akan bawakan tehnya ke kamar saja ?" ucap Lara penuh perhatian.
"Buatkan saja tehnya dan aku yang akan mengantarnya untuk Lucy nanti, Mom." ucap Nathan terlihat ingin mencari perhatian karena memang sejak tadi merasa tidak dihiraukan disana.
"Tidak. Aku tidak mau melihat dan berdekatan dengan kakak sampai kakak minta maaf pada temanku itu. Dasar pria tidak tahu malu. Bagaimana kakak bisa melakukan hal sekasar itu pada wanita sebaik Catherin. Sudahlah. Mommy jangan biarkan kakak masuk ke kamarku nanti, ya. Awas saja kakak berani menggangguku." ucap Lucy yang kemudian memilih pergi masuk kedalam kamarnya dan membiarkan kakaknya mendapat tatapan tajam Mommynya yang pasti setelah ini akan menanyakan banyak pertanyaan disana.
"Nathan... katakan apa sebenarnya yang sudah terjadi. Apa maksud ucapan adikmu tadi ?" ucap Lara dengan nada serius yang jika sudah begitu Nathan tidak berani beralasan atau juga berbohong karena Mommynya akan marah besar padanya nanti.
"KAKAK SUDAH HAMPIR MENABRAK TEMANKU YANG MAU MENYEBRANG DAN BUKANNYA MEMINTA MAAF, KAKAK MALAH LANGSUNG MENINGGALKANNYA DIPINGGIR JALAN SETELAH MELEMPAR TEMANKU ITU DENGAN BEBERAPA LEMBAR UANG MOMMY !!!!!!!"
Begitulah teriak Lucy dari atas sana membuat Nathan mengumpat pelan karena jika adiknya yang menceritakan semua kejadian itu, ia menjadi terdengar sangat jahat sekali.
Tidak. Atau memang perbuatannya itu memang bisa dikatakan jahat ?
"Nathan ?! Benar yang Lucy katakan tadi ? Kau sungguh melakukan itu, sayang ? Kalau begitu, jangan bicra pada Mommy seharian ini sebelum Mommy dapat bukti kalau kau sudah meminta maaf pada teman Lucy itu. Kau, mengerti ?" ucap Lara yang kemudian hendak pergi dari sana tapi dicegah oleh Nathan.
"Tapi aku____"
"Minta maaf hari ini juga. Mengerti atau tidak ?" ucap Lara dengan nada serius dan dingin seolah siap untuk marah kapan saja pada putranya itu.
"Yaya... baiklah." ucap Nathan yang akhirnya mengalah dan menuruti ucapan Mommynya.
"Bagus. Mommy mau ke dapur dulu." ucap Lara dengan nada dingin tanda merajuk dan Nathan tidak suka mendengarnya.
'Awas saja kau, Luc. Dasar pengadu.' batin Nathan dalam hati.
Sementara itu...
Lucy terlihat tertawa kecil saat masuk kedalam kamarnya karena merasa sudah berhasil membuat kakaknya itu dalam masalah.
'Biar saja. Dia pantas untuk mengemis maaf dari Catherin. Dan ya, aku penasaran apakah itu akan selesai hari ini begitu saja atau tidak, mengingat Catherin itu kan wanita yang unik. Haha.. sudahlah. Biarkan kakak pusing sendiri nanti.' batin Lucy dalam hati.
Dengan asal Lucy melempar tasnya kesofa yang dilewatinya dan juga melepas sepatu higheelsnya dengan kaki satu persatu dan dibiarkannya begitu saja.
"Huh.. kurasa aku memang harus tidur sekarang." begitulah ucap Lucy setelah menjatuhkan tubuhnya diranjang kesayangannya.
Lucy memejamkan matanya disana karena merasa sudah mulai mengantuk.
Tapi seketika matanya langsung terbuka lebar karena,
"Aishh.. sudah cukup bayangan-bayangan itu melintas dikepalaku. Semalam aku tidak bisa tidur dengan nyenyak karena itu tapi sekarang jangan lagi. Sungguh. Aku hanya ingin tidur !!!" kesal Lucy saat kejadian-kejadian nikmatnya bersama Anthony seolah tak ingin membuatnya merasa tenang meski hanya sebentar saja.
Dengan perasaan kesal akhirnya Lucy langsung bangun dari berbaringnya dan kemudian mengambil sesuatu didalam nakas didekatnya.
Obat tidur.
Ya, Lucy memutuskan untuk meminum obat tidur saja agar dia benar-benar bisa tidur dengan nyenyak.
"Sayang, ini tehnya."
Dengan cepat Lucy langsung mengembalikan obat tidur itu kedalam nakas saat melihat Mommynya terlihat masuk kedalam kamarnya dengan wajah yang selalu terlihat lembut dan penuh kasih sayang itu.
Ya, ia tidak mau Mommynya khawatir karrna melihatnya meminum obat tidur.
"Terima kasih, Mommy." ucap Lucy yang kemudian meminum teh yang diberikan Mommnya itu sambil ditemani Mommynya yang duduk disebelahnya.
"Bisakah Mommy bertanya sesuatu, sayang ?" ucap Lara pelan dan hati-hati pada putrinya itu.
"Tentu saja boleh. Mommy mau tanya apa ?" ucap Lucy yang kemudian meletakkan cangkir tehnya diatas nakas didekatnya.
"Apa... kau sedang bertengkar dengan Daddymu ?" ucap Lara yang membuat Lucy langsung tertunduk lesu karena sudah keatahuan oleh Mommynya disana.
Dan daripada menjawabnya, Lucy memilih langsung merebahkan dirinya diranjang dengan kepalanya yang diposisikan dengan nyaman dipangkuan Mommynya.
"Kau tahu, ya.. memang terkadang Daddy mu itu suka mengambil keputusan secara terburu-buru dan memang tanpa sengaja berakibat membuat seseorang dalam kesulitan setelahnya. Mungkin dia juga melakukan hal itu padamu, dan ya, jika bisa Mommy mohon tolong maafkan dia kali ini, ya." ucap Lara yang berusaha membujuk Lucy disana dengan mengelus lembut rambut putrinya disana.
"Mommy mengatakannya seolah Mommy sudah hafal benar sifat Daddy. Apa Mommy pernah berada dalam kesulitan karena Daddy ?" ucap Lucy penasaran.
"Bukan pernah lagi. Bahkan sejak pertama kali Mommy mengenal Daddymu, dia juga selalu membuat Mommy dalam kesulitan. Apa Mommy pernah cerita kalau kakakmu Ken, lahir lebih dulu sebelum Mommy menikah dengan Daddymu ?" ucap Lara berbagi sedikit cerita pada putrinya itu.
"Emm.. kurasa belum. Memang iya ? Jadi kakak Ken lahir dulu baru Daddy mau menikah dengan Mommy ?" tanya Lucy polos dan tentu saja membuat Lara tersenyum kecil disana.
"Tidak. Mommy dulu sempat membawa Lari kakakmu Ken pergi jauh agar Daddymu itu tidak mengetahui tentangnya. Saat itu Mommy merasa kesal karena saat Daddymu mengetahui Mommy hamil, dia malah tidak mau mengakui kehamilan Mommy yang karena ulahnya itu. Daddymu malah menuduh Mommy berhubungan dengan pria lain. Tentu saja Mommy tidak terima dan langsung memutuskan untuk saat itu juga meninggalkannya dan berusaha mengurus Ken sendiri. Dan saat kakakmu Ken hampir berumur 2 tahun saat itu, Mommy bertemu lagi dengan Daddymu dan hingga saat ini kami masih tetap bersama." ucap Lara sambil terlihat mengintip putrinya yang matanya terlihat mulai menutup secara perlahan disana.
"Mendengar itu, aku merasa jika Daddy sangat jahat sekali pada Mommy dulu. Bagaimana Mommy bisa menerima Daddy dan tetap bersamanya sampai sekarang ?" ucap Lucy dengan suara lemah dan pelan seperti seseorang yang sudah mengantuk berat.
"Kau akan merasakannya sendiri nanti saat sudah menemukan cintamu, sayang. Jika menyangkut dengan orang yang kita cintai, meskipun dia melakukan 1000 kejelekan sekalipun, tapi kau tidak akan bisa berpaling dan meninggalkannya begitu saja. Cinta itu diciptakan Tuhan untuk menemanimu didalam kehidupan ini. Jadi menerima cintamu dengan apa adanya adalah jawaban dari segalanya. Hmm.. tidurlah yang nyenyak, sayangku. Mommy menyayangimu." ucap Lara yang kemudian mencium puncak kepala putrinya penuh sayang dan dengan hati-hati mengambil bantal untuk menggantikan pangkuannya.
Lara disana kemudian menyelimuti putrinya sebelum akhirnya kemudian mmemutuskan pergi keluar darisana.
"Kemana semua orang, Mom ?"
"Pssstt.. Connor ?! Kapan kau pulang ? Kau mengagetkan Mommy saja. Dan ya, jangan bicara keras-keras. Adikmu baru saja tidur ? Dia sedang sakit." ucap Lara yang kemudian dengan santai merangkul tangan putranya dan mengajaknya untuk ikut bersamanya.
"Lucy sakit ?!! Sakita apa ?!" ucap Connor yang kembali berteriak, membuat Lara refleks langsung mencubit perut putranya itu.
"Kan Mommy bilang untuk tidak bicara dengan keras." ucap Lara terlihat sedikit kesal disana.
"Iya-iya. Maaf ya Mommyku yang cantik. Mommy memasak apa untu sarapan tadi pagi ? Aku lapar." ucap Connor yang memang paling manja pada Lara selama ini.
"Emm.. memangnya kau mau makan apa ? Mommy akan langsung buatkan untukmu." ucap Lara saat keduanya kini menuruni tangga bersama.
"Apa saja yang Mommy buatkan nanti pasti akan kumakan. Tapi Mommy belum mengatakan dimana Nathan. Aku rindu sekali pada kembaranku satu itu." ucap Connor sambil terkikik kecil disana.
"Sebenarnya Mommy tidak tahu benar dimana Nathan sekarang, tapi Mommy rasa dia sedang melakukan misi penting dan berbahaya, sekarang." ucap Lara yang tentu saja membuat Connor merasa penasaran karena seolah Mommynya sedang bermain teka teki disana.
"Misi apa ? Dia membantu temannya yang anggota polisi itu untuk menyamar lagi ?" tanya Connor serius.
"Tidak. Bukan misi seperti itu. Ini misi yang lebih bahaya lagi. Misi mendapatkan maaf dari seorang gadis." ucap Lara saat keduanya kini mulai memasuki dapur.
"Apa ?!! Bahahahhahhahahha..."
• • • • •
Saat jam pulang kantor...
Setelah dengan susah payah menahan rasa egonya, akhirnya Nathan dengan penuh kesabaran menunggu teman Lucy itu didepan kantor Anthony. Sejak tadi siang.
Ya, mau bagaimana lagi. Dua wanita kesayangannya membuatnya terpaksa harus melakukan itu. Baiklah, katakan jika memang dia juga bersalah dan meminta maaf itu memang diharuskan, tapi sungguh, kenapa tidak membiarkan kejadian itu berlalu saja tanpa harus membuatnya repot seperti ini.
"Kenapa kau masih disini ? Bukankah aku sudah menyuruhmu pergi tadi siang." ucap Catherin saat melihat Nathan didepan kantor berdiri bersandar pada mobilnya.
"Kenapa memaafkanku saja sesulit itu ? Bukan hanya kau saja yang malas berurusan denganku, akupun sama. Jadi maafkan saja aku sekarang dan aku akan pergi setelahnya." ucap Nathan yang kelihatannya sudah mulai lelah berurusan dengan wanita didepannya itu.
"Mungkin kau pikir akan semudah itu tapi aku yang mengalaminya saat itu. Harga diriku saat itu kau buat jatuh-sejatuhnya dengan melempar uang kearahku didepan banyak orang. Kau kira uang itu bisa memperbaiki kesalahanmu ? Uang sekecil itu bisa kudapatkan dengan mudah." ucap Catherin yang memang tak berniat sedikitpun untuk memaafkan Nathan disana.
"Tolonglah. Kumohon. Aku tidak bisa pulang jika kau terus seperti ini padakum untuk sekali saja tolong maafkan aku. Aku menyesal dan mengaku bersalah. Saat itu pikiranku sedang kalut karena banyak masalah. Mengertilah keadaanku." ucap Nathan yang akhirnya memutuskan meruntuhkan egonya demi meminta maaf pada Catherin.
Catherin sebenarnya juga bukan wanita yang tega dan membuat sebuah masalah berlarut-larut hingga panjang seperti ini. Tapi,
"Baiklah. Iya. Aku_____"
"Hei, Nathan ?! Kau disini ? Ada perlu apa ? Kau ada urusan dengan teman Lucy ini ya ? Siapa namamu ? Aku lupa." ucap Anthony saat tidak sengaja melihat Nathan didepan kantornya dan tentu saja langsung menghampirinya.
"Tidak. Aku hanya ingin menanyakan tentang Lucy saja padanya. Kau mau pulang ?" ucap Nathan ramah seperti biasa.
Sedangkan Catherin yang mendengar ucapan Nathan yang bohong itu hanya bisa berdecih pelan sebelum memutuskan untuk pergi saja darisana. Masa bodo dengan pria kurang ajar itu.
Tapi,
"Ya. Aku ingin pulang. Tentang adikmu, semoga dia cepat sembuh, ya. Kalau begitu aku duluan." ucap Anthony yang kemudian pergi darisana karena melihat sepertinya antara Nathan dan Catherin.
'Baguslah jika dia bisa move on dari Clara dengan cepat. Melihat caranya mencekal tangan teman Lucy yang akannpergi tadi, sepertinya ada sesuatu menarik terjadi diantara mereka.' batin Anthony dalam hati.
"Kau mau kabur kemana ? Kita belum selesai disini. Setidaknya hargailah perjuanganku yang rela menunggumu sejak tadi siang." ucap Nathan yang kembali mulai membujuk Catherin disana.
Catherin menatapnya malas sebentar sebelum,
"Sebelumnya aku sudah ingin memaafkanmu, tapi aku sudah berubah pikiran. Sekarang lepaskan tanganku." ucap Catherin kesal dan mencoba melepaskan tangan Nathan dengan penuh perjuangan.
Tapi tentu saja usahanya sia-sia.
Karena merasa bingung dan tidak tahu lagi harus berbuat apa, akhirnya Nathan nekat menarik tangan Carmtherin sedikit kuat, dan dipeluknya pinggang wanita itu dengan erat.
Nathan sudah tidak peduli lagi meski aksinya itu menjadi tontonan banyak orang. Kepalanya sudah kehabisan ide. Sunghuh.
"Kau tahu. Jika aku masih bersikap baik, maka kau harusnya merasa beruntung. Karena saat kepalaku mulai terasa panas, ide-ide gila dan liar masuk kedalam kepalaku begitu saja. Kau mau acara minta maaf ini berujung paksaan yang bergairah ? Aku bisa melakukannya bahkan sekarang juga." ucap Nathan dengan suara berbisik menggoda didekat telinga Catherin dan tentu saja membawa pengaruh besar disana.
Kaki Catherin lemas.
Ya, wanita cantik itu tidak tahu harus melakukan apa sekarang ?
Tapi tiba-tiba,
Bugh...
"Aishhh... Sial ! Dasar wanita gila !" ucap Nathan mengaduh kesakitan saat tubuh bagian tengahnya menerima hantaman keras dari lutut Catherin.
"Kau kira kau saja yang memiliki ide gila dan liar ? Aku juga punya. Sekarang pergilah dan jangan usik aku lagi. Bye !!!" ucap Catherin yang kemudian pergi begitu saja darisana meninggalkan Nathan yang masih terlihat kesakitan.
Nathan disana yang melihat kepergian Catherin hanya bisa menghela nafas beratnya.
Sungguh, sebenarnya Nathan lelah menghadapi wanita aneh yang entah bagaimana bisa menjadi teman adiknya itu.
'Mencoba meminta maaf padanya adalah sebuah ide buruk. IDE YANG SANGAT BURUK.'
Bersambung.....
• • • • •
Para pembaca yang sabar pasti dapet hadiah..
Entar malem up lagi. Tungguin ya.
🤣😂🤣😂
Comment and Vote Guys ❤
Thanks for reading
LailaLk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top