MFG 26 - Don't Do This

"Kau kenapa ? Dan ya, apa saja yang terjadi kemarin. Aku dengar dari cerita para karyawan, kau dan pak Anthony meninggalkan kantor ini saat hari menjelang malam. Pertanyaannya dimana kalian berdua selama itu ? Kau juga tidak memberikan kabar apapun padaku. Telfon dan bahkan pesanku tidak kau balas." tanya Catherin bertubi-tubi karena ya, memang kemarin Lucy dan Catherin berencana pergi bersama setelah pulang kantor.

"Ah, tidak. Aku hanya merasa sedikit pusing saja. Dan ya, jangan pikirkan omongan para karyawan itu. Aku dan Anthony hanya sedang mengerjakan pekerjaan bersama saja diruangannya." ucap Lucy berbohong.

'Pekerjaan nikmat maksudmu ? Dasar kau ini. Kau tidak bisa membuat alasan yang lebih baik lagi ?' batin Lucu dalam hati.

"Ya.. aku bisa melihat pekerjaan apa yang kau lakukan dengan bos kita. Lihatlah. Itu masih ada dan terlihat jelas sekali dari sini." ucap Catherin sambil melihat leher bawah Lucy dengan pandangan menggoda.

"Baiklah aku menyerah. Ya, memang pekerjaan seperti itu. Tapi kuminta kau untuk menutup mulut cantikmu itu. Kau bisa, 'kan ? Dan ya. Kurasa aku akan izin pulang saja setelah ini. Kepalaku terasa semakin sakit." ucap Lucy sambil memijat kepalanya pelan disana.

"Tentu saja, bos. Memangnya aku akan menceritakannya pada siapa. Hanya kau satu-satunya teman yang kumiliki." ucap Catherin terlihat mencoba menggoda temannya itu.

"Ucapanmu terdengar manis sekali, little girl." ucap Lucy yang kemudian terkikik sebentar sebelum akhirnya kembali pada ekspresi dinginnya sambil memijat pelipisnya pelan disana.

"Sini. Buka mulutmu. Setidaknya kau harus makan sedikit. Itu akan mengurangi rasa sakit kepalamu. Aku sendiri yang membuatnya tadi pagi-pagi sekali. Ini." ucap Catherin mencoba membujuk Lucy agar mau menerima suapan makanan darinya.

Dan berhasil.

"Nah, begitu. Saranku, kau harus memaafkan siapapun yang saat ini tengah kau marahi itu karena jika tidak, kesehatanmu akan terus terganggu seperti ini karena kau terus memikirkannya." ucap Catherin dengan suara yang cukup pelan agar orang-orang yang berada disekitar mereka tidak bisa mendengar percakapan yang cukup intens diantara keduanya itu.

"Aku sudah mencobanya. Tapi kurasa aku membutuhkan waktu sedikit lebih lama lagi. Makananmu enak juga. Aku mau lagi." ucap Lucy yang terlihat jelas sekali jika kondisinya jauh lebih baik daripada tadi.

"Ini. Makanlah semuanya. Aku tadi sudah sarapan di rumah. Kalau begitu aku mau ke toilet sebentar, ya." ucap Catherin sambil terlihat tersenyum kecil disana yang ya, cukup membuat Lucy bingung tapi wanita cantik itu tak ambil pusing dengan itu.

'Tunggu. Dia tadi melihat kebelakangku, 'kan ? Jangan-jangan...' batin Lucy was-was dan kemudian langsung membalikkan tubuhnya dengan cepat.

Dan terbak siapa yanga da dibelakang sana ?

"Sial." begitulah umpat Lucy kesal dan dengan cepat dan terburu-buru lanagsung mengemasi barang-barangnya untuk pergi darisana.

'Semoga saja dia belum melihatku disini.' batin Lucy dalam hati.

Lucy terlihat berjalan cepat pergi darisana dan berniat mencari Catgerin yang berani-beraninya mengerjainya seperti tadi.

Ya, tentu saja Lucy akan memberikan pelajaran pada wanita nakal itu nanti. Lihat saja.

Sementara itu...

Anthony terlihat tersenyum kecil saat dikejauhan sana melihat Lucy terlihat kabur seperti anak kecil setelah melihatnya datang tadi.

Entah mengapa, tapi tingkah Lucy yang seperti itu justru membuat Anthony menjadi semakin gemas saja.

'Kenapa melihatku saja membuatnya setakut itu ? Dia lucu sekali.' batin Anthony dalam hati.

"Ada apa, bos ? Apa kau baik-baik saja ? Tidak biasanya dipagi hari kau___"

"Memangnya apa salahnya memiliki mood yang bagus di pagi hari. Sudahlah. Ayo. Aku memanggimu kesini untuk bekerja. Jadi bekerjalah saja." ucap Anthony yang seketika menjadi bos dingin dan menyebalkan seperti biasa didepan Sony.

Ya, Assisten sekaligus sekretarisnya itu kembali dipanggil Anthony meski telah menyerahkan surat pengunduran diri padanya. Kenapa ? Karena Anthony juga belum menyetujui surat pengunduran itu karena merasa sayang jika harus kehilangan seorang yang cekatan seperti Sony.

"Baik, bos. Dan ngomong-ngomong terimakasih sudaha mau menerimaku kembali. Kau baik sekali. Aku sudah melamar pekerjaan sana sini tapi tidak ada yang mau menerimaku. Aku sangat bingung setengah mati karrna harus memberi makan istri dan anakku dengan apa ? Uang tabunganku sudah hampir habis dan____" 

"Siapa bilang aku butuh cerita hidupmu yang tidak penting itu ? Sekarang kuminta pergilah kebagian General Manager dan minta hasil rapat kemarin. Dan ya, jadwal ulang semua rapat yang tertunda kemarin menjadi hari ini. Aku tunggu kau di ruanganku." ucap Anthony yang kemudian pergi seperti biasa dengan berjalan penuh percaya diri menuju lift untuk naik keruangannya. Ya, tentu saja dia selalu mendapat perhatian para karyawannya disana. Terutama karyawan wanita.

Tidak butuh waktu lama untuk lift terbuka dan tentu saja Anthony langsung masuk kedalam. Tapi tepat seblum pintu lift tertutup, tiba-tiba seseorang terlihat sengaja didorong paksa masuk kedalam sana dan beruntung Anthony bisa menangkap orang itu atau kalau tidak orang itu akan jatuh dan pasti akan terasa sakit sekali.

"Lepaskan aku ! Cath !!!! Sial kau ! Tunggu pembalasanku nanti !!! Shh.."

Kalian tahu siapa dia ? Yep.

"Kau tidak papa ? Apa ada yang sakit ?" tanya Anthony khawatir tapi bukannya membuat Lucy yang mendengarnya disana justru merasa aneh. Mungkin karena sakit kepalanya. Entahlah.

"Tidak. Hanya saja kepalaku terasa sedikit sakit sejak tadi pagi." ucap Lucy sambil mencoba memposisikan dirinya sedikit lebih jauh dari Anthony.

"Kalau begitu pulang dan istirahat saja di rumah. Kau 'kan bisa meminta ijin dariku lewat telfon. Kenapa tidak mengatakannya sejak tadi pagi ?" ucap Anthony dengan wajah khawatir yang terlihat jelas sekali.

"Apakah benar boleh ? Baiklah. Terima kasih, ya." ucap Lucy merasa lega dan berusaha mengendalikan dirinya yang sebenarnya merasa sangat tidak nyaman berdekatan dengan Anthony didalam satu lift seperti itu.

"Dan ya, apa perlu kuberikan pelajaran temanmu yang sudah mendorongmu tadi ? Apa dia tidak tahu kau sedang sakit ?" ucap Anthony terlihat kesal dan tentu saja Lucy tidak akan membiarkannya.

"Kau bicara apasih. Justru dialah yang merawatku sejak pagi. Menyuruhku makan ini, menyuruhku minum itu, dia cerewet sekali. Dan aku justru harus berterima kasih padanya karena mendorongku kedalam sini tadi. Maksudku, dengan begitu aku jadi berani untuk meminta ijin pulang sendiri padamu. Karena sebelumnya aku malah menyuruhnya untuk meminta ijin atas namaku." ucap Lucy dengan perasaan setengah malu karena ya, jelas dari ucapannya tadi ia berusaha menghindari Anthony, bukan.

Anthony yang mendengar itu tersentum kecil dan bersamaan dengan pintu lift yang terbuka.

"Ikut aku sebentar." ucap Anthony yang ya, menyeret Lucy agar ikut bersamanya disana.

Dibawanya wanita cantik itu masuk kedalam ruangannya dan disuruhnya Lucy untuk duduk disofa yang ada di ruang kerjanya itu sebentar.

"Ini. Minumlah ini. Itu akan membantu sakit kepalamu cepat hilang. Nanti setelah sampai di rumah kau langsung tidur saja. Maaf aku tidak bisa mengantarmu pulang, jadi akan kutelfon Nathan untuk menjemputmu, ya." ucap Anthony perhatian setelah memberikan sebuah obat dan juga segelas air pada Lucy.

Dan ya, tentu saja Lucy menerimanya dan meminumnya dengan senang hati. Mau bagaimana lagi ? Pantaskah ia menolak kebagian yang diberikan Anthony secara percuma padanya itu.

'Dia berubah banyak sekali hanya karena satu hari aku tidur bersamanya.' batin Lucy dalam hati.

Sementara Anthony terlihat menelfon Nathan disana, Lucy memilih untuk melihat-lihat isi ruangan Anthony yang sebelumnya tak pernah menarik perhatiannya sedikitpun.

Tapi ya, sama seperti ruangan Anthony lainnya, yang tidak berubah sama sekali adalah nuansa gelapnya yang tetap sama.

"Kau sedang memikirkan apa ?" ucap Anthony yang entah bagaimana bisa sudah duduk didekatnya disana.

"Tidak. Aku hanya melihat-lihat saja. Emm.. apa____"

"Sudahlah diam disini saja. Aku tidak akan menggigit. Sungguh." ucap Anthony menghentikan Lucy yang terlihat hendak bergeser tempat duduk berusaha menjauhinya.

"Tidak. Aku hanya____"

Dengan gemas Anthony langsung mencium wanita yang sedari tadi terlihat gugup didekatnya itu.

Terlihat jika Lucy terkejut dan berusaha mendorong Anthony disana, tapi karena tahu jika itu hanya akan berujung sia-sia akhirnya Lucy pasrah saja.

Semakin lama ciuman diantara keduanya terasa semakin dalam dan panas. Bahkan, Anthony menarik pinggang Lucy agar semakin mendekat kearahnya.

Apakah ciuman instens itu akan berlanjut ke ranjang ?

"Bos, aku sudah_____   Oh... maafkan aku." begitulah ucap Sony yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk dulu membuat Anthony dan Lucy tentu saja seketika melepaskan tautan bibir mereka bersamaan.

Sony tentu saja langsung memiluh keluar dan menutup kembali pintu ruangan bosnya itu.

"Sial. Pria itu memang selalu kurang ajar." ucap Anthony marah kemudian berdiri dengan wajahnya yang terlihat kesal.

Sementara Lucy, ia hanya diam ditempatnya dan menyesali kebodohannya sendiri karena tergoda dan kembali tenggelam pada pesona Anthony. Lagi.

'Siapapun pria itu tadi aku berterima kasih padanya. Ya, jika tidak mungkin aku akan berakhir dibawah kendali tubuh Anthony lagi hari ini.' batin Lucy dalam hati.

"Kalau begitu aku akan pergi sekarang. Kurasa kakak akan datang sebentar lagi. Terima kasih untuk obatnya tadi. Aku permisi." ucap Lucy yang tentu saja merasa sangat malu dan kemudian dengan cepat pergi melarikan diri darisana.

'Oh, shit. Aku menjadi tidak bisa mengendalikan diriku saat berada didekatnya, sekarang. Tapi sungguh. Bibirnya terasa manis pagi ini.' batin Anthony dalam hati.

"Bos. Apakah dia mainan barumu ? Kau berani berurusan dengan keluarga Rireva dan___"

"Bukan. Kali ini. Aku serius. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku ingin membuat seorang wanita itu hanya menjadi milikku. Milikku seorang. Dan ya. Kau ?! Bisakah mulai sekarang untuk mengeurangi sikap kurang ajarmu itu dengan mengetuk dulu sebelum masuk ? Atau kau mau gajimu____"

"Tidak. Jangan apa-apakan gajiku, bos. Baiklah-baiklah aku akan mengetuk mulai sekarang. Kupikir kau ingin cepat-cepat melihat berkas ini jadi aku langsung masuk saja. Maafkan aku ya, bos." ucap Sony berusaja membujuk Anthony disana yang hanya dibalas decihan kesal sebelum akhirnya Anthony disana terlihat duduk dikursi kebesarannya dan mulai aktivitas bekerjanya.

Tapi jujur saja, Sony yang melihat bosnya terlihat serius pada wanita seperti tadi justru merasa takut karenanya. Ya, meski itu bukan kali pertama bosnya bersikap seperti itu tapi,

'Saat dulu dengan Clara, dia dibuat patah hati dan menjadi orang kejam seketika itu juga. Jika kalai ini dia dibuat patah hati lagi, aku tidak tahu apa yang akan terjadi padanya. Semoga saja itu tidak terjadi.'

Sementara itu...

"Kan sudah kubilang jika semuanya akn berjalan mulus. Kau diijinkan pulang begitu saja, 'kan ? Kau takut tanpa alasan, Luc." ucap Catherin yang saat ini tengah menemani Lucy menunggu jemputannya didepan kantor.

"Tapi____"

"Aku tahu apa yang sudah terjadi. Lipstikmu sedikit berantaran dan aku tahu benar apa penyebabnya." ucap Catherin sambil tertawa jahat saat melihat Lucy terlihat tersipu malu disana.

"Ini semua salahmu. Kan aku bisa ijin lewat telfon tadi. Semuanya kan gara-gara dirimu." ucap Lucy sambil terlihat bercermin pada kaca kecil yang selalu dibawanya kemana-mana sambil membenahi lipstiknya yang memeng cukup berantakan.

"Sudahlah. Anggap saja ciuman panas di pagi hari itu sebagi vitamin untuk mengobati sakit kepalamu. Oh, lihat. Kurasa jemputanmu sudah datang." ucap Catherin membuat Lucy menyudahi acara bercerminnya dan bersikap seolah semua baik-baik saja. Ya, atau kakaknya akan menanyainya banyak pertanyaan nanti.

"Ayo. Akan kukenalkan kau pada kakakku." ucap Lucy sambil menarik tangan temannya itu untuk mengikutinya berjalan mendekati mobil kakaknya yang sudah berhenti ddidepan sana.

"Hei, Luc. Kau tidak papa ? Kudengar dari Anthony kau sakit ? Mana ? Mana yang sakit ? Apa kita perlu ke rumah sakit ? Atau____"

"Kakak.. sudahlah. Aku baik-baik saja. Anthony sudah memberiku obat tadi." ucap Lucy yang membuat Catherin terdengar terkikik kecil dibelakangnya membuat Lucy merasa kesal karena mungkin Catherin memikirkan hal lain.

"Begitukah. Syukurlah. Kalau begitu ayo kita pulang." ucap Nathan yang dengan cepat menarik Lucy untuk ikut bersamanya tapi,

"Tunggu dulu. Aku mau mengenalkanmu pada teman baikku. Cath, ini Nathan kakakku. Dan kak Nathan, ini Catherin. Teman baruku yang sangat-sangat baik." ucap Lucy sambil bergeser sedikit agar kakaknya dan Catherin bisa saling melihat dan,

"KAU ?!"

"KAU ?!!"

Disana Lucy tentu saja bingung saat melihat kakanya dan Catherin nampaknya sudah saling mengenal. Tapi dimana ?

"Kalian sudah saling mengenal ?" tanya Lucy bingung.

"TIDAK."

"TIDAK."

"Bisakah salah seorang dari kalian menjelaskan padaku apa yang terjadi sebenarnya disini. Kakak ? Apa kau pernah membuat temanku ini tanpa sengaja menjadi kesal ?" ucap Lucy berusaha menengahi keduanya.

"Aku ? Dia sendiri yang salah. Dengar. Saat itu aku sedang menyetir seperti biasa. Kau tahu kan aku mengemudi dengan hati-hati selama ini. Dan dia, dengan sikap cerobohnya yang bodoh itu tiba-tiba muncul didepanku dan beruntung aku masih bisa mengerem. Bagaimana kalau dia mati tertabrak saat itu ? Seharusnya dia yang minta maaf padaku, 'kan ?" ucap Nathan dengan suara penuh kekesalan tapi Lucy tahu dari nada bicara kakaknya itu, sebagian besar dari ucapan kakaknya itu adalah kebohongan.

"Kau amnesia atau pura-pura lupa, Hah ?!! Saat itu lampu merah dan kau yang sepertinya tidak konsen menyetir tidak melihatnya. Dan kau ?! Bukannya minta maaf karena sudah hampir menabrakku yang sedang menyebrang dan membuat semua belanjaanku jatuh berserakan hancur ditengah jalan, malah pergi meninggalkanku dengan hanya melempar beberapa lembar uang. Astaga ?! Sungguh. Aku tidak menyangka kakak Lucy yang tampan dan selalu menjadi cover depan majalah itu berperilaku buruk sepertimu. Tidak. Mungkin kau lebih baik jika hanya sebuah foto saja. Sudahlah, Luc. Semoga cepat sembuh, ya. Aku masuk dulu." ucap Catherin tidak kalah kesal dan langsung pergi begitu saja darisana meninggalkan Lucy yang saat ini tengah menatap tajam kakaknya itu.

"Sejak kapan kakak menjadi tidak bertanggung jawab seperti itu ? Jika hal seperti itu terjadi padaku apa kakak tidak merasa marah saat mendengarnya ?" ucap Lucy marah dan kali ini sangat terdengar serius.

"Tapi Luc, aku_____"

"Maafku ada pada Catherin. Jika kakak tidak mendapat maaf darinya maka, akupun juga tidak akan memaafkan kakak." ucap Lucy yang kemudian berjalan pergi menuju mobil dan masuk duluan kedalam sana.

Jika sudah begitu Nathan tidak bisa berbuat apa-apa selain harus meminta maaf pada teman Lucy itu nanti. Meski sebenarnya dia malas sekali.

'Jika bukan karena Lucy, aku tidak mau berurusan dengannya lagi. Lagipula pasti uang yang saat itu kulempar juga diambilnya, 'kan ? Sok jual mahal sekali.'

Bersambung.....

• • • • •

Jeng jeng jeng 😂🤣😂🤣

Comment and Vote Guys ❤

Thanks for reading

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top