MFG 23 - Daddy's Plan ?

Pagi harinya...

"Selamat pagi bos mesum. Kau mau kubuatkan teh atau kopi sebelum kita berangkat meeting dengan klien, mungkin." begitulah sapa Lucy pada Anthony saat pria itu baru saja masuk kedalam ruangannya.

"Bagus sekali kau sudah menungguku disini. Tapi ntah kenapa aku merasa kau bersikap baik padaku seperti ini karena suatu alasan. Atau jangan-jangan kau menginginkan sesuatu dariku, ya ? Kenapa melihatku seperti itu ? Astaga ?! Kau menginginkan tubuhku sekarang ? Maaf, hari ini aku sangat sibuk. Lain kali saja." ucap Anthony sengaja menggoda Lucy yang tentu saja membuat wanita cantik itu memutar bola matanya malas karena saat itu, ia sedang tak ingin bercanda. Sungguh.

"Tidak, bukan begitu. Jika saat makan siang nanti aku tidak menemanimu, tidak papa, 'kan ? Aku harus pergi karena ada urusan penting. Boleh, ya." ucap Lucy berusaha membujuk Anthony agar mengijinkannya disana.

Ya, mau bagaimana lagi ?

"Katakan dulu apa urusanmu. Biar aku yang memutuskan itu penting atau tidak." ucap Anthony yang sekarang sudah duduk nyaman dikursi kebesarannya sambil mengecek beberapa berkas yang tertata rapi dimejanya.

"Tidak bisa. Itu urusan pribadi. Dan kurasa antara bos dan sekretaris tidak akan mencampuri urusan pribadi mereka satu sama lain." ucap Lucy yang tentu saja berhasil membungkam Anthony.

"Yaya baiklah. Kau boleh pergi. Lebih baik sekarang kita mulai meetingnya. Aku juga ingin semua pekerjaanku ini cepat selesai. Ayo." ucap Anthony yang dengan susah payah menekan rasa penasarannya dan dengan terpaksa akhirnya mengijinkan Lucy pergi nanti.

Tentu saja mendengar perkataan Anthony barusan membuat Lucy sangat senang disana.

Tapi, sebenarnya ia juga merasa sedikit ragu dengan keputusannya itu. Apa ia benar-benar akan pergi atau tidak ?

'Kau sudah janji pada Daddymu, 'kan ? Jadi kau harus datang kesana entah kau mau atau tidak. Dasar bodoh.'

• • • • •

"Aku sudah reservasi tempat di restoran yang kau suruh tadi untuk meeting dengan klienmu sebentar lagi. Dan ya, karena klienmu itu seorang pemilih makan dan dia juga alergi seafood, jadi aku menyamakan menu makananmu dengannya agar dia tidak tersinggung. Maaf ya, tapi kurasa kali ini kau tidak bisa makan seafood dulu." ucap Lucy panjang lebar yang hanya dijawab anggukkan pelan saja oleh Anthony disana sambil terlihat pria itu memijat kepalanya terlihat lelah.

"Kau sungguh baik-baik saja kutinggal pergi sekarang ? Kelihatannya kau kurang sehat ? Apa kau yakin bisa menghadiri meeting sebentar lagi." ucap Lucy memastikan sambil tanpa sadar tangannya terulur sendiri mengecek kening dan tangan Antjony untuk mengetahui suhu badan pria itu.

"Ya.. aku baik-baik saja. Kau bisa pergi sekarang." ucap Anthony berusha meyakinkan Lucy.

"Baiklah. Aku akan menyuruh seseorang membawakan obat kesini saat aku keluar nanti. Aku sungguh sangat menemanimu tapi percayalah, aku tidak bisa mengesampingkan urusanku ini begitu saja. Baiklah. Sampai jumpa." ucap Lucy yang ya, terlihat buru-buru mengambil tasnya dan keluar dari ruangan Anthony begitu saja.

"Aishh... Sial !! Kukira dia akan memilih tinggal disini bersamaku saat aku berpura-pura sakit seperti tadi. Tapi lihatlah dia. Urusan penting ? Bullshit !" kesal Anthony sepeninggal Lucy.

Lihatlah pria itu. Dia bahkan rela berpura-pura sakit hanya demi membuat Lucy tetap bersamanya. Bukankah mungkin saja perasaan yang mendorongnya melakukan hal itu disebut dengan cinta ? Entahlah.

Yang jelas sepanjang hari ini Anthony pasti akan menjadi uring-uringan karena Lucy meninggalkannya tadi.

• • • • •

Disebuah restoran...

Saati ini Lucy terlihat menunggu dengan santai orang yang ingin ditemuinya sambil sengaja berkirim pesan dengan Daddynya disana.

Ya, karena Daddynya yang bertanggung jawab atas pertemuan siang itu.

Daddy's Bear ❤ :

Ayolah sayang, Daddy harus berfokus pada rapat dulu sekarang. Bisakah jika kita bicara lagi nanti.

Lucy :

Tidak boleh. Kalau nanti pria yang Daddy jodohkan denganku itu buruk rupa, aku bisa langsung marah pada Daddy. 😋


Daddy's Bear ❤ :

Bagaimana bisa kau berfikir Daddy bisa melakukan itu ? Ahh.. baiklah-baiklah. Sebenarnya Daddy tidak ingin melakukan ini tapi, Daddy akan mengirimkan foto pria itu padamu sekarang. Bagaimana ?

Lucy :

Ya, boleh juga. Bilang saja kalau Daddy sedang malas kuganggu. 😡

Daddy's Bear ❤ :

Terus saja berpikiran buruk tentangku. Setelah menikah nanti, kau pasti akan merindukanku. 😈

Setelahnya Lucy tidak membalas pesan dari Daddynya itu. Ya.. ia memang tidak pernah bisa menang beradu argumen dengan pria yang paling disayangnya sedunia itu.

Triingg..

Lucy dengan cepat langsung berniat melihat pesan dari Daddynya yang baru masuk itu, tapi diurungkannya saat ada seseorang yang menyapanya disana.

"Hai, Luc. Boleh aku duduk disini ?" ucap orang yang menyapa Lucy itu dan kemudian duduk didekat Lucy begitu saja mengabaikan Lucy yang terlihat sedikit bingung disana.

"Emm.. maaf Jordan, tapi___"

"Wah, lihat ! Difoto itu aku terlihat tampan juga, ya ?" ucap Jordan sambil menunjuk ponsel Lucy yang menampilkan foto dirinya disana.

Dengan cepat Lucy langsung meraih ponselnya dan melihat dengan mata yang terbuka lebar foto siapa yang tadi sudah dikirim Daddynya tadi. Dan ya, Lucy sangat-sangat terkejut disana.

"Tunggu ?! Jadi kau... kita____"

"Yep. Persis seperti yang kau pikirkan. Bukankah aku tidak begitu buruk untuk dijadikan pasangan hidup ? Ya, tentu saja. Aku tampan, berkarisma, dan____"

"Dasar kau ini ?!! Kenapa kau tidak bilang sejak awal saat kita pertama bertemu, hah ? Jantungku menjadi tidak sehat sejak kemarin karena memikirkan bagaimana orang yang dijodohkan denganku." ucap Lucy kesal memarahi pria yang sudah menghabiskan masa kecil bersamanya itu.

"Dan sekarang ? Bagaimana menurutmu ?" ucap Jordan yang sengaja ingin menggoda Lucy.

"Ya.. lumayanlah. Setidaknya aku tahu jika kau berasal dari keluarga kaya, jadi aku tidak perlu khawatir dengan hidupku kedepannya." ucap Lucy yang justru menggoda Jordan balik disana.

"Ya, kau benar. Itu adalah hal yang paling penting. Sayang sekali ketampananku ini menjadi tidak berguna sekarang." ucap Jordan yang kemudian membuat keduanya tertawa bersama disana.

Tapi sungguh, kepala Lucy sekarang sedang penuh tanda tanya besar tentang apa yang sudah dilakukan Daddynya itu dengan merencanakan perjodohan yang aneh antara dirinya dan Jordan seperti itu.

'Kenapa Jordan ? Apa tujuan Daddy sebenarnya ?' batin Lucy dalam hati.

"Hei, Pinky Pig ? Kau sedang memikirkan apa sehingga melamun begitu ?" ucap Jordan menyadarkan Lucy dari lamunannya.

"Ah, tidak. Hanya saja pekerjaanku sedikit banyak dan itu merepotkan karena aku terpaksa harus mengurangi jadwal pemotretanku. Kau tahu, 'kan ? Pekerjaanku sebagai model adalah hidup dan matiku." ucap Lucy berusaha meyakinkan Jordan dengan alasannya itu.

Bukannya apa-apa. Hanya saja sejak kecil Jordan tak mudah dibohongi. Sekecil apapun kebohongan itu, kau pasti akan tertangkap.

"Begitukah ? Apa karena itu kau juga menjadi sulit sekali kuhubungi ? Padahal aku memiliki banyak waktu luang yang ingin kuhabiskan denganmu beberapa hari kemarin." ucap Jordan yang ya, Lucy mengakuinya jika ia memang sengaja mengabaikan ajakan pria itu kemarin-kemarin.

'Semua itu karena Anthony. Dia seolah mencekikkku, hingga bahkan bernafaspun, rasanya menjadi sulit.' batin Lucy dalam hati.

"Sungguh, maafkan aku. Kurasa aku memiliki waktu luang akhir pekan ini ? Apa kau punya rencana ?" ucap Lucy mencoba memperbaiki kesalahannya disana.

"Emm.. entahlah. Oh ya, ada salah seorang temanku yang akan mengadakan pesta. Bagaimana jika kau datang bersamaku sekalian kukenalkan kau pada mereka ? Hanya pesta kolam biasa. Tidak ada formalitas. Kita hanya perlu bersenang-senang saja disana. Bagaimana ?" ucap Jordan yang sebenarnya Lucy belum tahu pasti apakah dia bisa aikut atau tidak tapi,

"Tentu saja. Kenapa tidak ?" ucap Lucy sambil tersenyum manis mencoba membuat Jordan percaya dan yakin dengan ucapannya tapi,

'Aku yakin perjodohan ini bukannya sengaja direncanakan oleh Daddy. Keluarga Jordan juga tidak sebaik itu hingga memilihku menjadi jodoh putra kesayangan mereka, 'kan ? Sebenarnya ada apa ini ?'

• • • • •

Malam harinya..

"Jangan ganggu aku dulu, sekarang ! Aku sedang dalam mode sensitiv, dan jika kau terus menelfonku seperti ini, aku benar-benar akan marah."

Tut tut tut..

Setelah sambungan telfon itu terputus, Anthony terlihat menatap layar ponselny dengan satu alisnya yang terangkat tanda ia bingung dan tidak mengerti.

"Apa sebenarnya masalahnya ? Aku hanya menelfon untuk mengatakan terima kasih untuk hari ini karena dia sudah bekerja dengan baik. Dasar wanita." ucap Anthony sendiri dan kemudian memilih melanjutkan pekerjaannya yang ya, cukup merepotkan karena rasanya ia tidak memiliki sekretaris.

Drrrtttt..

Drrrtttt...

"Lihtlah. Dia pasti menelfonku lagi untuk meminta maaf." ucap Anthony yang kemudian meraih ponselnya dan langsung mengangkatnya dengan cepat, tapi fokusnya tetap pada berkas penting yang saat ini tengah dibacanya dengan seriua disana.

"Apa ? Kau mau minta maaf padaku, sekarang ? Aku memang tidak tahu apa sebenarnya alasanmu marah-marah seperri tadi padaku tapi____"

"Hei, dude. Kau habis dimarahi siapa memangnya ? Apa kau habis bertengkar dengan Lucy ? Astaga ! Kau harus mengalah saat berurusan dengan wanita, Anthony. Kau ini bagaiamana ?"

Ya. Habislah Anthony sekarang.

"Mama ? Ada apa ? Aku sedang banyak kerjaan sekarang, jadi bisakah kita____"

"Mama hanya menelfon untuk menanyakan apa kau sudah makan ? Jika belum kemarilah untuk makan malam bersama Mama, karena Mama merasa sedih karena harus makan malam sendirian. Papamu berangkat ke Spanyol sore tadi. Bukankah resort miliknya sudah sangat banyak ? Kenapa dia gigih sekali ingin membangun resort lagi disana ? Kau mau kesini, 'kan ?"

Mamanya membuatnya memilih lagi.

"Mamaku, sayang. Kurasa malam ini aku tidak bisa datang. Tapi besok sebelum ke kantor, mungkin aku akan mampir dan sarapan disana. Bagaimana ?" ucap Anthony mencoba meratu Mamamya sebaik mungkin agar Mamanya itu tidak berkhir merajuk padanya nanti.

"Benarkah ? Baiklah. Sampai jumpa besok pagi, putraku yang nakal. Jangan tidur malam-malam."

Tut tut tut..

Lihat. Mudah saja membujuk Mama cantiknya itu, 'kan ?

"Syukurlah otakku ini sangat bisa diandalkan." ucap Anthony sendiri yang kemudian melanjutkan pekerjananya tadi tapi,

'Apakah Papa benar-benar berangkat ke Spanyol ? Kurasa tidak. Ayo kita lihat.' batin Anthony dalam hati.

Dengan cepat Anthony disana membuka dan menghidupkan laptopnya. Dibukanya aplikasi buatan temannya itu dan dicarinya lokasi papanya dengan cepat disana.

"Apanya yang Spanyol ? Lihatlah, Papa ada didepan rumah sekarang. Dia pasti sengaja ingin memberikan kejutan pada Mama." ucap Anthony saat melihat titik merah dilayar laptonya itu.

'Kenapa tidak sekalian aku cek saja dimana si wanita pemarah itu ?' batin Anthony dalam hati.

Anthony terlihat mengotak-atik laptopnya sebentar sebelum akhirnya ia terlihat menampilkan wajah bosannya melihat dimana tempat Lucy berada saat ini.

"Jika dia kesal pada salah seorang anggora keluarganya, kenapa dia harus melampiaskan amarahnya padaku ? Dia aneh sekali." ucap Anthony sendiri yang kemudian dengan cepat menutup laptopnya dan memilih kembali melanjutkan pekerjaannya.

'Tapi ya, alat yang sudah kubeli mahal-mahal itu ternyata tidak buruk juga.'batin Anthony dalam hati.

Ya, belum lama ini Anthony memang membeli sebuah alat penemuan salah seorang temannya yang kebetulan sedang butuh uang untuk pengobatan orang tuanya.

Sebenarnya, Anthony tidak begitu membutuhkan alat itu dan berniat untuk membantu temannya saja dengan membelinya. Tapi ia rasa keputusannya sudah benar dengan membelinya.

Semua orang yang dekat dengannya diam-diam sudah disuntikkannya dengan kapsul kecil yang bisa memberikan sinyal langsung kepada satelit yang akan masuk dengan mudah kedalam aplikasi didalam laptop Anthony. Kurang lebih begitulah cara kerjanya atau mungkin jika teman Anthony sendiri yang menjelaskannya akan terlihat lebih keren dan lebih panjang dari ini.

Dan ya, Lucy juga sudah disuntikkannya kapsul ini diam-diam saat wanita itu menemaninya dirumah sakit malam itu ? Dan apa artinya ?

Artinya, Anthony mulai menganggap Lucy sebagai salah satu orang terdekatnya. Benar, 'kan ?

• • • • •

"Sekarang katakan sebenarnya apa yang terjadi Daddy ? Sejak kapan perjodohan ini terjadi ? Bukan. Daripada perjodohan, ini lebih benar disebut sebagai kesepakatan. Aku benar, 'kan ?" ucap Lucy marah saat setelah menyeret Daddynya masuk kedalam ruang musik yang kedap suara setelah tadi Lucy sudah menunggu Daddynya itu pulang berjam-jam diluar rumah.

"Tidak seperti itu, sayang. Daddy memang menjodohkanmu dengan Jordan karena Daddy lihat kau terlihat bahagia bersamanya sejak saat kalian masih kecil." ucap Adrian mencoba menjelaskan pada putri kesayangannya itu.

"Benarkah ? Bukankah Daddy tahu jika saat itu aku hanya berpura-pura terlihat bahagia karena keluarga Jordan sendiri yang memaksaku ? Aku tahu. Pasti mereka memaksa Daddy agar aku mau dijodohkan dengan Jordan karena memang Jordan tidak bisa dekat dengan orang lain seperti dia dekat denganku. Iya, 'kan ? Dengar, Daddy. Itu adalah sebuah penyakit. Bagaimana seseorang tidak bisa menjadi dekat dengan orang lainnya. Tidak ada manusia yang memilih-miluh teman seperti dia. Daddy tahu betapa senangnya aku saat dia yang terlalu posesif dan protectif padaku itu akhirnya bisa pergi belajar keluar negeri saat itu, 'kan ? Bagiamana bisa Daddy membawanya kembali dalam hidupku seperti ini ?" protes Lucy yang memang tak bisa ditahannya lagi sejak tadi.

"Tapi sayang, bukankah Jordan adalah pria baik dan kau terlihat menyukainya ? Daddy kira jika kalian bersama maka____"

"Tidakkah Daddy tahu jika aku melakukan semua itu agar keluarganya tidak mengganggu kita ? Apa Daddy tahu bagaimana menderitanya aku saat aku tidak mengangkat telfon Jordan beberapa hari kemarin. Berulang kali pesan ancaman dikirim padaku oleh keluarga Jordan dan aku sengaja diam karena tak ingin membuat semua orang khawatir. Dan ya, Daddy ingat kejadian yang menimpa Mommy dan Anthony ? Itu adalah ulah keluarga Jordan. Bahkan mereka memberikan pemberitahuan dulu padaku beberapa menit sebelum kejadian itu terjadi. Bukankah mereka gila ? Ya. Dan hal itu membuatku harus berpura-pura bersikap baik kepada Jordan serta membicarakan hal-hal yang bagus saja tentangnya kepada orang-orang. Aku tidak percaya akan kembali kedalam kehidupan dimana aku akan menjadi anjing peliharaan yang penurut Jordan lagi, sekarang." ucap Lucy kesal dan ya, ia merasa sangat marah saat ini. Sungguh.

"Maafkan Daddy, sayang. Daddy tidak tahu sudah membuat kekacauan sebesar ini. Mungkin saja Daddy masih bisa membatalkan perjodohan ini dan____"

"Dan selain Mommy yang akan dalam bahaya seperti kemarin, maka kakak-kakak dan juga Daddy sendiri akan menjadi orang berikutnya yang menjadi sasaran murka keluarga Jordan. Sudahlah. Yang terjadi biarlah terjadi. Biar aku saja yang menghadapi Jordan dan keluarganya. Sudah cukup apa yang Daddy lakukan. Sampai disini saja. Kumohon jangan lakukan apapun lagi." ucap Lucy dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan, sebelum akhirnya ia memilih pergi keluar dari ruangan itu meninggalkan Daddynya sendiri disana.

Sementara itu, ditengah keheningan malam yang seakan mencekiknya, Adrian merasa sangat bodoh dengan apa yang sudah dilakukannya pada putrinya sendiri.

Sebelumnya dia tidak pernah bertengkar sehebat itu dengan Lucy dan lihatlah, sekarang.

'Jika ada seseorang yang bisa membantu kita, maka aku bahkan rela memohon dan bersimpuh dideoannya untuk menyelamatkanmu dari kekacauan yang sudah kubuat ini, sayang. Tolong maafkan aku. Maafkan aku.'

Bersambung.....

• • • • •

Kalo mood lagi baik. Besok aku up lagiiiiiii 😁😉

Comment and Vote Guys ❤

Thanks for reading

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top