MFG 20 - What The Name Of This Moment ?
Pagi harinya....
Lucy menguap dan meregangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah semalaman tidur dengan posisi yang kurang nyaman.
"Ck.. Dasar kau ini ?!"
"Kakak ? Jam berapa ini ? Kau sudah datang ? Dan.. dimana Anthony ? Dia ada di kamar mandi, ya ?" ucap Lucy malas sambil sesekali menguap karena masih mengantuk.
"Anthony sudah pulang sejak 1 jam yang lalu. Dia bilang pagi ini mamanya akan datang ke rumah jadi, dia harus pulang." ucap Kenzo santai membuat Lucy disana hanya mengangguk pelan tanda mengerti.
"Tunggu, lalu kenapa tidak ada yang membangunkanku ?" tanya Lucy dengan ekspresi yang siap marah apapun jawaban yang akan didengarnya dari kakaknya disana.
"Tanyakan itu pada Anthony. Dia yang memintaku untuk tetap membiarkanmu tidur hingga kau terbangun sendiri." ucap Kenzo yang tentu saja membuat Lucy mengurungkan niatnya untuk marah dan malah sekarang wanita itu terlihat berfikir keras ditempatnya.
'Baik sekali dia ? Sudahlah.' batin Lucy dalam hati.
"Kalau begitu ayo kita pulang saja. Apa kakak membawa makanan kesini ? Aku merasa lapar sekali. Kemarin Anthony tega membuatku_______"
"Kau tidak lihat bungkusan ini ? Dia memintaku memberikan makanan ini padamu. Dia bilang maaf soal kemarin. Tapi entah mengapa aku merasa perhatian Anthony padamu itu terlalu berlebihan, Luc. Apa kau tidak merasa seperti itu ? Atau jangan-jangan kau dan dia memiliki hubungan yang_______"
"Apasih ?! Aku dan Anthony tidak ada hubungan apa-apa, kak. Sudahlah ayo kita pergi saja, sekarang." ucap Lucy yang kemudian dengan cepat mengambil ponsel miliknya yang dilihatnya ada dinakas sebelah ranjang.
Kemudian ia berdiri dan berjalan menghampiri kakaknya yang sudah berdiri menunggunya disana.
"Terima kasih karena kakak sudah baik sekali mau menjemputku, ya. Biasanya, 'kan kakak beralasan harus pergi ke kantor pagi-pagi sekali." ucap Lucy sesaat setelah berhasil merangkul kakaknya dan berjalan bersama keluar dari ruang rawat Anthony.
"Aku juga sebenarnya tidak mau. Hanya saja Connor sudah harus kembali pada pekerjaannya dan Nathan, aku tidak mau mengganggunya dulu. Patah hati itu menyakitkan bagi kami para pria, kau tahu ? Jadi jangan merepotkannya dulu seharian ini. Bisa, 'kan ?" ucap Kenzo mengingatkan adiknya disana.
"Iya-iya." ucap Lucy dengan bibirnya yang berakhir mengerucut kesal.
"Oh, astaga ?! Aku lupa. Makanan yang harus kuberikan pada Anthony, masih ada didalam mobil. Bagaimana ini ?" ucap Kenzo panik dan Lucy justru malah bersikap sebaliknya.
"Ya, kita bawa pulang lagi lah. Biar aku saja nanti yang akan beralasan pada Mommy. Tenang saja. Ayo cepat." ucap Lucy yang kemudian masuk begitu saja kedalam mobil.
Meski tidak senang saat mendengar Lucy akan berbohong pada Mommynya, tapi kali ini Kenzo harus terpaksa menyetujui ide adiknya itu karena ia juga sedikit terburu-buru saat ini.
"Hei ! Awas saja jika mobilku menjadi bau dan kotor karenamu, nanti. Kenapa kau makan didalam mobil, Luc ? Oh, astaga ! Lihat ini." ucap Kenzo yang heboh sambil menunjuk beberapa remah roti yang jatuh didekatnya dan Lucy sudah mengira hal itu akan terjadi.
Ya, kakaknya itu terlalu merepotkan dirinya sendiri. Kenzo paling menjunjung tinggi kebersihan diantara kakak-kakaknya yang lain.
"Santailah saja, kak. Aku tidak seberantakan kakak Connor saat makan." ucap Lucy yang sama sekali tidak membantu disana.
"Kau dan Connor itu tidak berbeda. Kalian termasuk dalam golongan orang-orang yang berantakan menurutku. Jadi pembelaanmu itu tidak masuk akal, Luc. Ahh... sudahlah." ucap Kenzo yang kemudian langsung menjalankan mobilnya dengan cepat karena kesal.
Lucy terkikik geli melihat sikap kakaknya itu. Tapi ya, memang ia dan Connor suka sekali membuat Kenzo kesal dengan hal-hal kecil seperti itu. Mereka menganggap itu menyenangkan. Dan juga itu merupakan salah satu cara mereka untuk tetap dekat satu sama lain.
Setelahnya tidak ada obrolan lain lagi diantara mereka. Lucy sibuk dengan makannya dan Kenzo lebih memilih fokus menyetir, untuk mengalihkan perhatiannya dari Lucy. Ya, atau dia akan marah lagi nanti.
Ditengah-tengah kegiatan Lucy memakan sarapannya, tiba-tiba ponselnya berdering tanda telfon masuk.
"Siapa sih ? Mengganggu saja." ucap Lucy yang kemudian dengan kesulitan mengambil ponselnya dan kemudian mengangkat telfon masuk itu tanpa melihat dulu siapa itu.
"Apa kau sudah selesai makan ?"
"Kau ? Kenapa menelfon pagi-pagi begini ? Ini aku sedang makan. Kenapa ?" ucap Lucy kesal karena Anthony sudah mengganggu acara makannya disana.
"Datanglah ke rumahku. Aku akan mengirimkan alamatnya, nanti. Datanglah dalam 10 menit. Tidak perlu mandi. Kau mengerti ?"
"Tunggu dulu, ada apa ini ? Dan ya, kau gila ya menyuruhku untuk tidak mandi ? Aku tidak mau !" ucap Lucy kesal dan hendak langsung mematikan panggilan itu begitu saja, tapi...
"Akan kuberikan catatan buruk pada laporan magangmu nanti jika kau tidak mau. Pikirkan baik-baik dan putuskan untuk menurutiku atau tidak. Akan kukirimkan alamatnya."
Tut tut tut.
"Arrgghhhh !!!" geram Lucy kesal membuat Kenzo langsung saya mengutarakan rasa penasarannya disana.
"Ada apa ? Apa itu Anthony ?" tanya Kenzo tidak sabaran.
"Ya. Dan kakak tahu kenapa dia menelfon ? Dia_______"
Ucapan Lucy terhenti saat ponselnya menyala dan menampilkan sebuah pesan masuk disana.
"Berhenti dulu, kak. Bukankah alamat ini tidak jauh dari sini ? Coba lihat." ucap Lucy sambil menunjukkan ponselnya pada kakaknya setelah mobil mereka berhenti ditepi jalan.
"Ya, ini memang tidak jauh dari sini. Kenapa ?" ucap Kenzo yang membuat Lucy terlihat sedikit berfikir disana.
"Emm.. begini saja. Kakak pulang dan pergilah bekerja sekarang, sedangkan aku akan turun disini dan pergi ke rumah Anthony sendiri. Sekalian saja akan kuberikan kotak makanan dari Mommy ini, ya. Jika Daddy dan Mommy mencariku nanti, bilang saja aku ada pemotretan mendadak. Sudah ya, kak. Dah..." ucap Lucy yang kemudian keluar dari mobil dengan tergesa setelah mencium kilat pipi kakaknya disana.
"Hati-hati, ya." ucap Kenzo saat adiknya itu hendak menutup pintu mobilnya.
Sebenarnya Kenzo penasaran tentang apa urusan Anthony dan adiknya itu pagi-pagi begini. Dan ya, tidak biasanya Lucy menurut dengan cepat perkataan seseorang seperti itu.
'Sepertinya sesuatu yang menarik akan terjadi dirumah Anthony. Hahah...'
Skip...
Setelah berhasil mencari alamat rumah Anthony, Lucy akhirnya dapat menghembuskan nafas lega dan ya, begitu sampai disana ia sedikit takjub juga melihat halaman rumah Anthony yang yang terlihat penuh bunga indah dan sepertinya terawat dengan baik disana. Ia sama sekali tidak menyangka jika pria yang dingin dan menyebalkan seperti itu juga menyukai keindahan.
Tapi sudahlah, pasti ada hal mendesak yang terjadi sehingga Anthony menyuruhnya cepat datang.
'Jika bukan karena tangannya masih sakit dan nilai magangku yang bergantung padanya, aku tidak akan mau datang kemari. Sungguh.' batin Lucy dalam hati.
Tok tok..
Dengan percaya diri Lucy mengetuk pintu rumah Anthony dan menunggu si pemilik rumah menyambutnya, tapi...
"Pssstt... Ayo lewat sini saja."
Lucy merasa aneh saat Anthony disana tiba-tiba muncul dari sebelah rumah dan menmberi kode padanya untuk menghampirinya.
"Kenapa kau lama sekali ? Orang tuaku sudah datang sejak 15 menit yang lalu. Bukankah kubilang untuk datang cepat ?!" begitulah ucap Anthony marah dengan suara sedikit pelan saat Lucy sudah berada didekatnya.
"Kau seharusnya berterima kasih karena aku sudah datang. Susah mencari rumahmu ini, kau tahu. Sekarang katakan ada apa sebenarnya ?" ucap Lucy santai.
"Kau tidak lihat ? Kenapa aku memakai jas begini meski tanganku sedang sakit ? Aku tidak ingin orang tuaku tahu tentang hal ini. Jadi tugasmu sekarang membantuku berpura-pura kalau aku baik-baik saja. Kau mengerti ?" ucap Anthony dengan sedikit cemas dan terlihat gusar disana.
"Berpura-pura bagaimana, sih ?! Aku sama sekali tidak mengerti." ucap Lucy yang ya, mungkin sedikit lola karena masih pagi.
"Sudahlah, sekarang masuk saja dulu dan pergi mandi sana. Aku akan minta seseorang mengantarkan pakaianmu nanti." ucap Anthony terlihat kesal karena mungkin Lucy tidak begitu mengerti dengan rencananya.
"Baiklah. Oh ya, ini Mommy menyuruhku memberikan ini padamu. Dia memasak ini dengan penuh kasih sayang jadi, habiskan ya." ucap Lucy yang kemudian berlalu pergi meninggalkan Anthony dengan wadah bekal ditangannya.
Karena penasaran, Anthony kemudian membuka tutup wadah bekal itu dan,
"Tunggu ?! Sungguh ? Apa ini untukku ?"
Ditempat lain...
"Apa semua ini, sayang ?! Apa ini sarapan kita pagi ini ? Imut sekali ?" ucap Adrian saat melihat menu sarapan yang sudah disiapkan oleh istrinya itu tertata rapi dimeja makan.
Sementara Kenzo disana terlihat menahan tawanya melihat menu sarapan keluarganya pagi ini. Ya, itu memang lucu sekali.
"Apa jangan-jangan Mommy berencana memberikan kami adik lagi dengan membuat makanan untuk bekal anak-anak seperti ini ?" ucap Nathan yang kemudian dengan santai memakan sarapannya, meski semua orang disana menatapnya horor.
"Tidak. Bukan begitu. Tadi pagi Mommy membuatkan makanan untuk diantarkan kepada Anthony dan ternyata sisa banyak. Daripada dibuang lebih baik kan untuk sarapan kita saja. Jangan lihat bentuknya. Ini sangat enak. Kalau kalian tidak mau, juga tidak masalah. Tapi hingga sarapan besok pagi, jangan harap aku mau memasak makanan lainnya lagi." ucap Lara dengan nada mengancamnya yang dingin seperti biasa membuat suami dan anak-anaknya disana langsung diam dan memakan menu sarapan dengan tenang.
"Oh ya Ken, dimana adikmu ? Bukankah kau pergi menjemputnya tadi." tanya Lara pada Kenzo.
Tapi bukannya menjawab, Kenzo justru malah terlihat melamun sebentar setelah mendengar pertanyaan Mommynya itu.
'Benar juga. Sedang apa Lucy sekarang, ya ?'
Back to Anthony and Lucy....
"Cepatlah sedikit ! Kau sedang apa sih ? Aku juga harus mengeringkan rambutku, setelah ini." ucap Lucy kesal pada Anthony yang berada dibelakangnya saat ini.
Ya, tadi Lucy memanggil pria itu untuk meminta tolong menaikkan resleting dressnya. Tapi entah apa yang membuat pria itu lama sekali dibelakang sana.
Anthony sendiri sebenarnya saat ini tengah menikmati pemandangan ciptaan Tuhan yang indah didepannya itu. Ya, dari sekian banyak punggung wanita yang sudah dilihatnya selama ini, menurutnya punggung Lucy terlihat paling seksi dimatanya. Sungguh.
"Anthony ?!! Kau bisa tidak sih ? Sudahlah aku akan coba menaikkan resleting ini sendiri. Pergi saja sana !" ucap Lucy kesal lalu berbalik dan terdiam sebentar saat melihat ekspresi konyol Anthony disana sebelum akhirnya ia tertawa kecil sambil memegangi perutnya.
"Jadi, sedari tadi kau menikmati pemandangan punggungku yang indah, hmm ? Jangan-jangan kau sengaja menyiapkan dress ini agar bisa mencari kesempatan seperti ini, ya. Ish, susah sekali sih !" ucap Lucy sambil berusaha sendiri menaikkan resleting dress selututnya itu.
Bukannya menjawab, Anthony malah memutar tubuh Lucy dan kali ini ia benar-benar membantu wanita cantik itu menaikkan resletingnya.
"Tanganku sedang sakit jika kau lupa. Sedari tadi aku sedang mencari akal bagaimana caranya agar bisa menaikkan resletingmu ini. Nah, selesai." ucap Anthony yang ya, tidak sepenuhnya bohong tapi tentu saja Lucy tidak percaya sama sekali disana.
"Sudahlah. Aku harus mengeringkan rambutku, sekarang. Kau keluar saja dulu atau nanti orang tuamu yang akan kemari dan melihat kita berdua bersama seperti ini." ucap Lucy yang kemudian mulai mengeringkan rambutnya disana.
"Biar saja. Itu malah bagus." ucap Anthony pelan yang sengaja agar Lucy tidak bisa mendengarnya.
"Kau mengatakan sesuatu ?" ucap Lucy sedikit berteriak karena suara berisik pengering rambut yang dipengangnya.
Anthony hanya menggelengkan kepalanya singkat dan Lucy yang melihatnya dari pantulan cermin hanya sedikit mengangkat bahunya acuh.
Anehnya, bukannya menuruti perkataan Lucy untuk pergi keluar dari kamar, Anthony malah menikmati waktunya disana mengamati setiap gerak gerik Lucy yang ya, cukup asing baginya. Baru Lucy saja yang berani merias diri didepannya dengan percaya diri seperti itu.
'Dia lucu juga.' batin Anthony dalam hati.
"Anthony !! Ish ! Kau sedang melamunkan apa sih ? Aku memanggilmu sejak tadi." ucap Lucy setelah berhasil menyadarkan Anthony dari lamunanya.
"Tidak. Aku hanya sedang banyak pikiran saja. Kau sudah selesai ?" ucap Anthony beralasan.
"Jangan-jangan karena melihatku cantik seperti ini, kau langsung berpikiran jorok ya ?" ucap Lucy yang langsung membuat Anthony gugup, karena ya, dia tadi memang sedikit membayangkan kearah sana. Ingat ya. Hanya sesikit.
"Kau bicara apa sih ? Sudahlah, ayo kita keluar saja sekarang. Jadi rencananya adalah berpura-puralah menjadi kekasihku seharian ini. Orang tuaku tidak boleh tahu tentang tanganku yang sakit ini hingga mereka pulang nanti. Karena itu aku ingin mereka lebih fokus terhadapmu daripada padaku. Kau mengerti ?" ucap Anthony yang sukses membuat Lucy terdiam mematung ditempatnya.
"Kau gila, ya ? Jadi kau mau membohongi kedua orang tuamu dengan menggunakanku ? Bagaimana kalau mereka berpikir kita benar-benar sepasang kekasih, nanti ?" ucap Lucy bingung sementara Anthony justru terlihat santai disana.
"Ya. Begitu juga malah bagus." ucap Anthony pelan tapi Lucy masih bisa mendengarnya disana.
"Apa kau bilang ?!!" ucap Lucy sedikit berteriak membuat Anthony sedikit terkejut dan mundur kebelakang hingga kehilangan keseimbangan dan meraih tangan Lucy berharap dia tidak akan jatuh tapi,
Keduanya justru jatuh bersama diranjang dengan Lucy yang jatuh atas tubuh Anthony.
Jika sebelumnya keduanya bertengkar, kini terlihat Lucy dan Anthony saling bertukar pandang seolah tengah menyelami kedalam mata satu sama lain.
"Lihatlah apa yang kutemukan disini."
Mendengar suara itu, Anthony dan Lucy spontan langsung melihat kearah sumber suara itu dan ternyata,
"Mama.."
Bersambung.....
• • • • •
Cieee.. kurang nih 😊
Sabar ya.
Comment and Vote Guys ❤
Thanks for reading
LailaLk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top