MFG 19 - Takeaway

"Pasien tadi menolak untuk diberikan obat penahan rasa sakit, karena itu kami memberikannya obat bius. Jadi butuh waktu untuknya sadar nanti. Dan juga, cedera yang dialaminya mengharuskannya untuk mengistirahatkan lengan kirinya beberapa hari kedepan. Kalian bisa menjenguknya setelah dia dipindahkan keruang rawat nanti. Sementara itu kalian bisa mengurus administrasinya dulu sekarang." ucap Dokter yang baru saja selesai mengobati luka Anthony disana.

"Terima kasih, dokter." ucap Lucy sebelum akhirnya dokter itu pergi darisana.

"Kau tunggu disini dulu, ya. Biar kakak yang mengurus administrasinya." ucap Kenzo yang entah mengapa tidak disetujui Lucy disana.

"Biar aku saja yang mengurus administrasinya. Kakak saja yang disini dan_________"

"Aku hanya pergi sebentar. Sudahlah, jangan kekanakan begitu. Ada apa denganmu ini sebenarnya ? Duduk diam dan jadilah gadis yang baik." ucap Kenzo yang kemudian dengan santainya berjalan pergi meninggalkan Lucy yang terlihat menampilkan wajah cemberutnya.

"Diantara kakak-kakakku, dialah orang yang tidak bisa kubantah dan tidak mau mengalah." ucap Lucy kesal lalu memilih untuk duduk tenang disana sambil memainkan ponselnya.

Tak lama kemudian terlihat beberapa perawat mendorong ranjang Anthony keluar dari IGD menuju ruang rawat, mungkin.

Mau tak mau Lucy pun akhirnya langsung mengikuti mereka dari belakang.

Tapi tiba-tiba telfonnya berdering dan menunjukkan nomor kakakmya terpampang dilayar ponselnya.

Sungguh, Lucy merasa jika kakaknya akan mengatakan sesuatu yang buruk dan mengesalkan padanya disana.

"Apa ?" begitulah ucap Lucy kesal pada kakaknya disebrang sana.

"Kakak harus pulang dulu, sekarang. Karena tadi siang kakak pulang awal, pekerjaan kakak menjadi banyak yang tertunda. Apa kau tidak papa kakak tinggal sendirian ? Nanti kakak akan coba minta Nathan untuk datang menemanimu kalau dia mau."

"Tentu saja aku tidak mau ditinggal sendiri disini. Kenapa masih tanya ? Kalau kakak mau pulang aku juga ikut. Memangnya apa yang membuatku harus_________"

"Dia itu bossmu di kantor, 'kan ? Jika dia masih sakit mungkin besok kau juga tidak perlu datang bekerja. Tidak akan menjadi masalah jika kau menemaninya disini malam ini. Lagipula kau sudah janji pada Mommy tadi. Kau ingat ?"

"Tapi kak_________"

"Sudahlah. Temani dan jaga Anthony disana dengan baik. Kakak percaya kau pasti bisa melakukannya. Besok pagi kakak akan mampir untuk membawakan sarapanmu. Kakak menyayangimu. Dah..."

Tut tut tut.

'Lihatlah. Aku benar, 'kan ? Sekarang aku hanya sendiri disini. Pasti akan membosankan sekali.' batin Lucy dalam hati.

Setelahnya dengan perasaan yang masih kesal ia akhirnya mencari dimana para perawat tadi membawa Anthony.

"Permisi, bukankah kau tadi membawa temanku dari ruang IGD. Dimana dia sekarang ?" ucap Lucy saat melihat salah seorang perawat yang tadi juga ikut mendorong ranjang Anthony keluar dari IGD.

"Ruangan pasien yang tadi ada dibangsal VIP, nona. Dari sini anda lurus lalu belok kiri." ucap perawat itu ramah.

"Oh, baiklah. Terima kasih." ucap Lucy yang kemudian pergi mengikuti arahan dari perawat tadi.

'Semoga saja obat bius itu bekerja sampai pagi. Aku malas sekali jika harus bertengkar lagi dengannya malam-malam begini.' batin Lucy dalam hati.

Cklek..

Dengan sangat perlahan dan hati-hati Lucy masuk keruangan itu. Dan ya, benar saja setelah Lucy masuk kesana, wanita itu melihat Anthony yang sedang tertidur menyamping dengan posisi tangannya yang diperban diatas. Mungkin Dokter yang menyarankannya seperti itu.

'Apa lukanya seburuk itu hingga ia tangannya sudah terlihat seperti mummy begitu ?' batin Lucy dalam hati.

Karena ingin melihat lebih dekat, akhirnya Lucy memberanikan diri untuk melangkah mendekat kearah ranjang Anthony disana.

Melihat selimut Anthony yang kurang rapi, dengan penuh perhatian Lucy menata dan menyelimuti Anthony dengan hati-hati disana.

"Bisakah kau ambilkan aku minum ?"

"Sial !! Kau mengejutkanku, bodoh ! Kau sudah bangun ? Sejak kapan ?" ucap Lucy setelah tadi ia berjingkat dan mundur beberapa langkah kebelakang karena terkejut.

"Ambilkan aku minum dulu. Aku haus." ucap Anthony dengan suaranya yang terdengar kering membuat Lucy kasihan dan akhirnya mau membantunya minum.

"Apa aku perlu menghubungi orang tuamu untuk memberi tahu kondisimu sekarang ini ?" ucap Lucy setelah selesai membantu Anthony minum.

"Silahkan saja. Tapi biasanya dijam seperti ini mereka berdua sedang... kau tahu ? Itu... melakukan_________"

"Sudah. Jangan dilanjutkan lagi. Ucapanmu itu terlalu vulgar untuk wanita polos dan manis sepertiku. Lalu kapan kau akan memberitahu orang tuamu tentang kondisimu sekarang ini ?" ucap Lucy sambil mengikat rambutnya asal karena merasa gerah.

"Mereka tidak perlu tahu. Lagipula membuat Mommy ku khawatir adalah ide buruk. Aku tidak akan bisa kemana-mana selama berhari-hari karenanya nanti." ucap Anthony sambil sesekali meringis sakit saat berusaha menggerakkan tangannya disana.

Lucy yang melihat itu merasa sedikit tidak tega karenanya.

"Yaya.. terserah padamu sajalah. Aku merasa lelah dan mau tidur saja sekarang. Kau juga sebaiknya tidurlah sana." ucap Lucy yang kemudian berjalan kearah sofa panjang yang mengundangnya untuk berbaring disana sejak tadi.

"Aku tidak bisa tidur jika sedang lapar seperti ini." ucap Anthony membuat langkah Lucy terhenti.

Wanita canti itu berbalik dan,

"Lalu ?" ucap Lucy dengan perasaan yang tiba-tiba saja menjadi buruk disana.

"Pesankan aku makanan. Apa saja yang terpenting bukan makanan cepat saji." ucap Anthony santai dan tanpa beban membuat Lucy disana merasa ingin memukul kepala pria itu saat itu juga.

"Kau gila, ya ? Dijam seperti ini hanya restoran cepat saji saja yang masih buka. Permintaanmu itu tidak masuk akal. Begini saja. Jika memang kau bisa mendapatkan makanan selain yang cepat saji dijam seperti ini, aku sendiri nanti yang akan menyuapimu sampai kau kenyang." ucap Lucy yang entah mengapa membuat Anthony disana menampilkan senyum misterius yang aneh. Entah apa makna senyuman itu.

"Baiklah. Kau akan melihat kehebatan seorang Anthony setelah ini. Ambilkan ponselku." ucap Anthony dengan nada percaya dirinya yang tinggi.

Tapi Lucy masih dengan keyakinannya disana bahwa Anthony pasti tidak akan berhasil.

"Ini. Kau berusahalah sebaik mungkin untuk mendapatkan makanan yang kau maksud itu. Sementara itu aku akan mencoba untuk tidur dulu sekarang. Hoam... aku lelah sekali." begitulah ucap Lucy santai sengaja ingin mengejek Anthony disana.

Tapi ya, memang benar jika dia merasa mengantuk sekarang.

"Bilang saja kalau kau mau melarikan diri dari hukuman karena kekalahanmu sebentar lagi." ucap Anthony yang langsung membuat Lucy menatapnya kesal disana.

Disana Anthony terlihat terus sibuk dengan ponselnya tanpa melihat kearah Lucy sedikitpun.

"Aku ini seorang model, jika kau lupa. Wajah yang terlihat segar adalah tuntutan utama. Jadi tidur lebih awal sangat dianjurkan untuk kami para model ini." ucap Lucy santai lalu berbaring disofa dan mencari posisi yang nyaman untuknya tidur.

"Kau tahu, aku sama sekali belum pernah melihat fotomu yang kau bilang adalah seorang model terkenal itu. Sungguh. Kurasa kau tidak seterkenal itu sampai bisa dipanggil seorang model." ucap Anthony sambil menatap remeh kearah Lucy setelah ia selesai dengan ponselnya.

Lucy yang tadinya sudah merasa nyaman disofa sambil memejamkan matanya langsung bangun dengan rasa kesal menghampiri Anthony.

"Lihat ini ! Semua merek terkenal ini menjadikanku sebagai modelnya. Ini. Ini. Ini. Semuanya ada disini. Lihat saja sendiri semua foto-fotoku ini sampai kau puas. Dan ya, jika kau mengetik namaku dipencarian internet, maka semua artikelku akan muncul disana. Aku rasa semua itu akan cukup untuk memeuaskan rasa penasaranmu itu. Selamat melihat-lihat. Aku mau tidur dan kali ini jangan ganggu aku lagi." ucap Lucy memperlihatkan isi ponselnya pada Anthony. Setelahnya Lucy kembali ke sofa tempatnya berbaring tadi untuk bersiap tidur.

Tapi kali ini, ia benar-benar ingin tidur. Sungguh.

"Lihatlah ini. Kau berfoto dengan pria dengan pakaian seksi seperti ini. Dan kau mau ? Memangnya berapa bayaran seorang model hingga mereka harus mempertontonkan tubuh mereka seperti ini ?" ucap Anthony yang tentu saja kembali membuat Lucy kesal.

"Entah mengapa profesi modelku menjadi menjijikkan saat kau yang mengatakannya. Sungguh Anthony. Kami para model memperlihatkan keindahan, bukan mempertontonkan tubuh. Lihatlah apa yang kupakai dan bukan apa yang ada dibaliknya. Dasar otak mesum bodoh." ucap Lucy kesal dan kemudian berjalan cepat kembali kesofa tapi,

Tok tok tok..

Ketukan dipintu ruang rawat Anthony membuat Lucy berhenti ditempatnya dan berbalik menatap Anthony sebentar disana.

"Buka saja. Itu adalah piala kemenanganku." ucap Anthony santai sambil terus sibuk memainkan ponsel Lucy disana.

'Seperti biasa, rasa percaya dirinya itu selalu melebihi batas.' batin Lucy dalam hati.

Dengan masih tetap mempertahankan ekspresi kesalnya, Lucy berjalan menuju pintu dan membukanya.

"Wow ?!!" begitulah kira-kira seru Lucy dengan mata berbinar senang saat melihat banyak makanan tertata rapi dimeja dorong yang ada didepannya saat ini. 2 meja dorong.

Dengan semangat akhirnya Lucy membawa masuk bergantian meja dorong yang berisi penuh makanan itu.

Sementara Anthony sendiri menahan tawanya saat melihat ekspresi lucu Lucy yang terlihat gembira sekali melihat banyak makanan disana.

"Bagaimana bisa kau membawa semua makanan ini masuk kedalam rumah sakit ? Jika ini bisa sampai didepan pintu ruang rawatmu itu artinya staf rumah sakit tidak menghentikannya saat makanan ini datang, 'kan ? Wah, kau hebat sekali." ucap Lucy senang sambil menatap lapar jejeran makanan yang ada disana.

"Jangan senang dulu. Sayangnya, kau tidak boleh makan."

Seperti kejatuhan bom atom, Lucy yang tadinya terlihat senang sekali langsung mendadak memincingkan matanya dan menatap Anthony tajam.

"Apa ? Kenapa kau melihatku begitu ? Ini semua makananku. Aku memesan semuanya untukku sendiri. Lebih baik sekarang ayo cepat lakukan tugasmu. Kau masih ingat, 'kan ? Atau perlu kuingatkan ?" ucap Anthony lagi yang tentu saja memang disengaja agar Lucy merasa kesal disana.

"Aku tahu kau curang. Mana mungkin semua ini kau pesan dari restoran. Kau pasti menyuruh koki atau pelayan rumahmu untuk__________"

"Tidak ada aturannya kalau aku harus memesan makanan di restoran, 'kan ? Kau tidak mengatakannya tadi. Yang kutahu, aku hanya harus mendatangkan makanan kesini. Jadi apa masalahnya sekarang ? Sudahlah. Kau sudah kalah disini. Alasan apapun tidak akan membuatmu berbalik menjadi pemenangnya sekarang." ucap Anthony sambil berusaha bangun dari posisi berbaringnya disana.

Dan bukannya membantu Anthony yang terlihat kesulitan bangun disana, karena kesal Lucy disana memilih langsung memalingkan wajahnya dan berkomat-kamit tidak jelas.

'Dia adalah perusak mood terbaik yang pernah kutemui. Baiklah, akan kubuat dia memakan semua ini sampai perutnya meletus nanti.' batin Lucy dalam hati.

"Kau tunggu apa lagi. Aku sangat lapar, sekarang. Bawa steak ku kesini." ucap Anthony dengan nada bossynya yang terdengar jelas.

Ya, setelahnya disana akhirnya Lucy dengan sangat terpaksa menjadi pelayan Anthony.

Lucy dengan sangat baik menyuapi Anthony mulai dari makanan pembuka hingga dessert. Tentu saja dengan omelan kekesalannya karena Anthony lama sekali mengunyah makanannya.

Selama itu, Lucy menyemangati dirinya sendiri untuk tahan dengan semua permintaan dan perintah Anthony yang menurutnya malam itu menjadi sangat cerewet sekali.

"Ayolah, Anthony. Kau sudah makan banyak sekali. Tidakkah kau ingin tidur sekarang ? Sungguh aku sudah mengantuk sekali." ucap Lucy sesekali menguap sambil menopang kepalanya dengan satu tangannya yang terbebas.

Anthony sendiri terlihat dengan santai memakan buah anggur yang disuapkan Lucy padanya. Meski merasa sedikit kasihan melihat wanita cantik itu terlihat mengantuk, tapi Anthony menahan dirinya untuk bersikap baik dengan memperbolehkan Lucy beristirahat saat itu.

Ya, itu karena ia masih ingin menggoda Lucy lebih lama lagi.

"Kau tahu, baru kali ini aku melihat begitu banyak sekali foto didalam ponsel seseorang seperti ini. Isi ponsel sepupuku yang kurasa lebih manja dan lebih heboh darimu saja, fotonya tidak sebanyak ini. Apa kau tidak berniat menghapusnya beberapa ?" ucap Anthony sambil terus asyik melihat-lihat foto didalam ponsel Lucy yang terasa tak ada habisnya itu.

Ya, Anthony merasa tenang dan senang saat melihat berbagai macam ekpresi Lucy didalam foto-foto itu. Entahlah. Anthony sendiri mulai merasa gila karena merasakan perasaan aneh seperti itu.

"Hei, didalam foto ini, kau sedang bersama siapa sih ? Kenapa aku seperti pernah melihat pria ini di________"

Ucapan Anthony terhenti saat ia melihat ternyata Lucy sudah terlelap didekatmya dengan tangan yang menopang wajahnya.

'Oh, tidak !' batin Anthony panik.

Ya, saat melihat jika kepala Lucy akan terjatuh karena tangannya terlihat sudah lemas dan tidak cukup kuat untuk menopangnya, akhirnya dengan sigap Anthony mendekatkan kakinya, atau lebih tepatnya pahanya untuk menjadi bantalan Lucy tidur disana.

'Cantik...' gumam Anthony dalam hati.

Karena tak ingin menyia-nyiakan momen berharga ini, akhirnya dengan cepat Anthony mengambil ponselnya dan mengabadikan potret Lucy yang tengah terlelap itu.

"Sial." umpat Anthony kesal pada dirinya sendiri karena sudah membuat kesalahan tanpa disadarinya.

Ya, posisi kepala Lucy saat ini terasa sangat dekat dengan..... ya, kalian tahu, 'kan ? Tentu saja melihat wajah seksi dan manis Lucy yang tengah tertidur saat ini membuat Anthony merasa sedikit tegang dibawah sana.

Masalahnya adalah bagaimana jika Lucy nanti tiba-tiba bangun dan menangkap kejadian memalukan itu ?

'Tidak. Itu tidak akan terjadi.'

Bersambung.....

• • • • •

Cieee.. kurang nih 😊
Sabar ya.

Comment and Vote Guys ❤

Thanks for reading

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top