MFG 14 - We ?

"Bagaimana keadaannya ? Apa yang sedang dilakukannya sekarang ?" ucap Anthony pada seseorang yang tengah ditelfonnya saat ini.

"Nona itu tidak melakukan hal khusus Bos ? Dia hanya berkeliling sambil melihat-lihat bunga dan juga sesekali berfoto. Hanya itu."

"Bagus. Terus awasi dia dan berikan laporan padaku. Dan ya, jangan sampai ketahuan jika kau sedang mengikutinya saat ini." ucap Anthony yang sebenarnya hendak dijawab oleh orang bayarannya yang sengaja disuruhnya untuk mengikuti kemanapun Lucy pergi hari ini tapi,

"Baik, Bos. Aku akan______"

Tut tut tut.

Anthony lebih dulu memutuskan sambungan telfonnya dan memilih kembali sibuk dengan kegiatannya.

"Tidak. Letakkan itu disana. Ini seharusnya tidak seperti ini. Tidak bukan seperti itu !!! Bukankah kalian sudah kuberi tahu caranya tadi ?!" begitulah ucap Anthony yang nampaknya kelimpungan menyiapkan sesuatu atau bisa dibilang sebuah kejutan untuk Lucy.

Ya.. anggap saja itu bentuk permintaan maafnya tentang kejadian kemarin. Kira-kira bagaimana reaksi Lucy nanti ? Kita lihat saja.

• • • • •

'Kuberi kau satu kesempatan untuk berkeliling pulau ini sendiri dan lakukan apapun sesuka hatimu. Sementara aku akan memikirkan ide yang bagus tentang penginapan ini.'

Alih-alih bisa berjalan-jalan dengan senang dan santai, Lucy justru tak bisa berhenti memikirkan bisikan Anthony padanya itu sedari ia keluar dari penginapan.

Ya, menurut Lucy ada yang aneh saja dengan bisikan Anthony itu. Memang ia merasa senang sekali awalnya mengetahui jika dia bisa bebas dari Anthony meski hanya untuk beberapa jam kedepan, tapi semakin memikirkannya, Lucy yakin ada sesuatu yang direncakan Anthony saat ini. Entah apa itu. Jangan-jangan ??!!

"Apa ini hanya tipuan agar dia bisa pergi dan benar-benar meninggalkanku kali ini ?! Tidak. Itu tidak mungkin, 'kan ? Tapi bagaimana kalau si menyebalkan itu kali ini benar-benar melakukannya ???" ucap Lucy sendiri dengan sedikit keras membuat beberapa orang yang ada didekatnya melihat kearahnya.

Tapi sebelum bisa memikirkan hal itu lebih jauh, Lucy mendapati ponselnya berdering tanda ada telfon masuk.

My Cool Daddy is calling...

Melihat ID caller Daddynya dilayar pinselnya, tanpa berfikir dua kali Lucy langsung mengangkat panggilan masuk itu.

"Halo Daddy ! I miss you so bad. Rasanya aku ingin segera pulang dan______"

"Daddy menelfon karena ingin mengingatkanmu jika waktumu kurang dari satu bulan lagi. Kau masih ingat, 'kan ?"

Deg.

Mendengar itu Lucy langsung terdiam sebentar dan memikirkan apa yang dikatakan Daddynya barusan.

'Tinggal 1 bulan ?? Benarkah sudah berlalu secepat itu ?' batin Lucy dalam hati.

"Sayang ? Kau masih disana, 'kan ? Atau jika kau sedang sibuk saat ini Daddy akan menelfonmu nanti saja. Kalau begitu_____"

"Tidak, Daddy. Aku masih disini. Hanya saja aku tidak menyangka waktuku berlalu begitu cepat. Tapi tentu saja aku berjanji akan menepati janjiku. Daddy tenang saja. Dan aku pastikan hal ini masih diantara kita saja." ucap Lucy yang sebenarnya sedikit berat mengatakan semua itu.

"Baiklah kalau begitu, sayang. Daddy akan melanjutkan pekerjaan Daddy yang menumpuk ini. Kau bersenang-senanglah disana dan cepatlah kembali. Daddy sayang padamu. Dah..."

Tut tut tut.

Huft..

Ya, setelah sambungan telepon itu terputus, Lucy langsung menghela nafas panjangnya sebelum akhirnya kemudian memasukkan kembali ponselnya kedalam tas selempang kecilnya itu.

Perjanjian.

Lucy dan Daddynya memang sudah sejak lama membuat perjanjian yang cukup serius dan itu hanya diantara keduanya saja. Mama dan kakak-kakaknya bahkan tidak tahu apapun mengenai itu. Ini memang sedikit banyak bersifat rahasia. Namun tenang saja, ini adalah perjanjian yang biasa antara putri dan Daddynya. Tidak ada sesuatu aneh yang perlu dikhawatirkan disini.

"Lebih baik aku kembali ke penginapan saja sekarang. Rasanya moodku untuk berjalan-jalan sudah hilang sekarang." ucap Lucy pada dirinya sendiri dan kemudian berjalan kembali kearah penginapan.

Namun, ditengah perjalanannya kembali ke penginapan, ia mendapati hal menarik yang membuatnya berhenti berjalan dan menghampiri seorang gadis kecil yang terlihat sedang menjual bunga disana.

"Apa kau menjual bunga ini ?" ucap Lucy pada gadis kecil itu dan betapa terkejutnya saat ia tahu bahwa,

"Maafkan aku, aku tidak tahu jika kau tidak bisa bicara. Ehm.. bagaimana kalau aku membeli semua bungamu, tapi kau harus menemaniku jalan-jalan setelahnya ? Aku tidak punya teman disini. Jadi bosan sekali rasanya jalan-jalan seorang diri. Lagipula aku tidak tahu tempat mana-mana saja yang bagus disini. Mau ya ?? Please !!" ucap Lucy memohon setelah gadis kecil didepannya itu tadi menjawabnya dengan bahasa isyarat.

"Kau mau ? Baguslah. Aku senang sekali rasanya. Menurutmu kita harus kemana dulu sekarang ?" ucap Lucy saat gadis kecil itu menjawabnya dengan anggukkan tanda setuju tadi.

Dan tiba-tiba,

Gadis kecil itu menarik tangan Lucy untuk ikut bersamanya. Tentu saja Lucy menurut kemana gadis kecil itu akan membawanya.

Dalam hati, Lucy sungguh sangat bersyukur akhirnya ia mendapat teman yang bisa menemaninya dan ikut jalan-jalan bersamanya.

"Wah... tadi aku sempat melewatinya dan entah apa yang kupikirkan saat itu hingga tidak tahu ada pantai seindah ini disini." ucap Lucy kagum setelah tahu kemana gadis kecil itu membawanya pergi.

"Lihat ! Ada penjual es krim. Kau mau es krim ? Ayo kita beli." ucap Lucy semangat lalu menggandeng tangan gadis kecil itu agar ikut bersamanya.

Cukup menyenangkan menurut Lucy menghabiskan waktunya bersama gadis kecil itu. Meski tak bisa bicara, entah mengapa Lucy merasa gadis kecil itu menyebarkan aura positif untuknya.

"Ayo lakukan tos. Seperti ini." ucap Lucy lalu mendekatkan es krimnya dengan es krim yang tengah dipegang gadis kecil itu.

Keduanya lalu saling melempar senyum satu sama lain dan kembali menikmati es krim mereka sambil duduk dibangku kecil yang memang disediakan dibeberapa titik disepanjang pinggir pantai.

Sebenarnya Lucy juga merasa sedikit iba dengan gadis kecil itu semakin lama ia mengamatinya. Pakaian gadis kecil itu nampak sangat sederhana dan terkesan lusuh. Dan ya, untuk seukuran gadis sekecil itu, berjualan bunga dibawah terik matahari siang seperti ini tidaklah mudah. Diumurnya sekarang, bukankah gadis kecil itu seharusnya bermain dengan teman-temannya. Pasti faktor ekonomi keluarga memaksanya bekerja diusia sekecil itu.

'Kira-kira apa yang bisa kulakukan untuk membantu gadis kecil ini ya ?' batin Lucy dalam hati.

"Ada apa ? Apa kau ingin buang air kecil ? Atau mungkin kau ingin sesuatu yang lain ? Katakan saja ?" ucap Lucy saat gadis kecil itu tiba-tiba menarik-narik kecil baju yang dipakainya.

"Baiklah-baiklah. Ayo. Kau ingin membawaku kemana sebenarnya ?" ucap Lucy yang kemudian berdiri dari duduknya dan mengikuti kemana gadis kecil itu akan mengajaknya pergi.

Lari gadis kecil itu cukup cepat dan Lucy akui cukup kewalahan mengikuti gadis kecil itu. Enrah kemana tujuan gadis kecil itu membawanya, yang pasti Lucy menjadi pusing karena sudah melewati banyak belokan gang sejak tadi.

Hingga...

Lucy dan gadis kecil itu sampai disebuah tempat yang diyakini Lucy sebagai jantung desa karena banyak sekali orang-orang yang berkumpul disana. Sepertinya ada acara penting yang akan diadakan sebentar lagi.

"Apa yang akan kita_________"

Ucapan Lucy terhenti saat mendengar pinselnya berbunyi dan tentu saja ia langsung mengangkatnya meski tak sempat melihat ID callernya dulu tadi.

"Halo..."

"Astaga ! Kau membuatku takut !! Kenapa kau lari tadi ? Dimana kau sekarang ?! Kau venar-benar wanita yang merepotkan. Sungguh."

Lucy yang mendengar itu tentu saja mengernyit bingung seketika dan langsung melihat siapa yang menelfonnya saat itu karena bagaimana bisa orang itu tahu kalau dirinya berlari tadi dan, tentu saja. Seharusnya Lucy tahu sejak awal siapa penelfonnya itu karena hanya satu orang saja yang berani bicara sekasar itu padanya.

"Kau ??!!!! Bukankah kau berjanji akan membiarkanku menghabiskan waktuku sendirian seharian ini ??! Apa kau menyuruh seseorang memata-matai kegiatanku ? Kau sungguh keterlaluan An !!!!! Bagus jika kau kehilangan jejak ku. Jangan telfon aku lagi !!!!"

Tut tut tut...

Ya. Tentu saja Lucy marah kengetahui fakta bahwa ternyata Anthony membohonginya. Karena awalnya bukan itu yang dikatakan Anthony padanya tadi.

"Ayo kita berkeliling. Aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi." ucap Lucy lalu menggenggam erat tangan gadis kecil disampingnya itu dengan yakin dan mantap.

• • • • •

"Bagaimana ? Kau sudah tahu dimana lokasinya ?" ucap Anthony pada seseorang yang saat ini tengah ditelfonnya.

"Sudah bos. Nona itu ada dibalai raya desa. Kau harus berjalan melewati beberapa belokan gang dari tempatmu berada saat ini. Dan ya, kau beruntung sekali datang bersama nona hari ini karena ada ritual spesial yang diadakan setiap tahunnya hari ini. Ritual itu untuk________"

"Sudahlah. Aku tidak mau mendengar omong kosong tentang ritual apapun itu. Sekarang tunjukkan aku harus kemana ?" ucap Anthony kesal pada orang yang ditelfonnya itu.

"Jalan lurus saja dan belok kiri."

Anthony tentu saja langsung mengikuti setiap arahan dari orang IT yang sengaja ditelfonnya itu karena orang yang disuruhnya tadi bilang kehipangan jejak Lucy karrna saat mengikutinya Lucy berlari cepat sekali masuk kedalam keramaian.

Bukan kesal, Anthony hanya merasa khawatir pada wanita itu. Ia takut Lucy diculik atau mungkin disakiti orang asing saat itu. Ya, selama disini dialah yang bertanggung jawab atas keselamatan wanita itu, jadi hal itu tidaklah berlebihan bukan ?

Anthony terus mengikuti arahan dan instruksi dari orang yang tengah berbicara dengannya ditelfon itu. Ya, jalan yang dilaluinya memang cukup sulit ternyata. Tak heran orang disuruhnya mengikuti Lucy tadi kehilangan jejak dengan cepat.

"Kau tinggal berbelok lagi ke kanan dan kau sudah sampai, bos. Oh ya, cobalah untuk mengikuti ritual ini bersama nona nanti. Karena setiap permohonan yang diucapkan seseorang pada ritual itu sebagian besar terwujud. Dan________"

Tut tut tut...

Anthony sungguh malas mendengar ocehan kala itu karenanya ia langsung memutuskan sambungan telfonnya begitu saja. Lagipula apapun tentang ritual, ia tidak peduli tentang itu. Yang akan dilakukannya setelah bertemu Lucy nanti adalah menyeret wanita keras kepala itu pelang ke penginapan bersamanya saat itu juga.

'Apakah ditempat yang ramai itu Lucy bersembunyi ?' batin Anthony dalam hati.

• • • • •

"Jangan menyentuh gadis kecil ini ?!!! Oh, aku tahu. Kau mau uang 'kan ??!! Aku akan memberikan banyak uang padamu. Tunggu." bagitulah ucap Lucy pada seorang pria yang sedari tadi hendak membawa pergi gadis kecil yang sedari tadi bersamanya itu.

Dari yang Lucy lihat, gadis kecil yang saat ini bersembunyi dibelakangnya itu cukup ketakutan mendengar setiap kata yang diucapkan pria itu.

Kegaduhan itu bermula saat tiba-tiba ada seorang pria yang entah datang darimana langsung menarik kasar tangan gadis kecil yang bersamanya itu hingga meninggalkan bekas kemerahan ditangan gadis kecil itu saat Lucy berhasil melepasnya. Tentu saja wanita itu langsung marah dan beradu argumen dengan pria kasar itu hingga menimbulkan keributan dan menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada disana. Sialnya tak ada yang mau membantunya sama sekali disana.

"Ini. Apa ini cukup ?" ucap Lucy sambil menunjukkan satu gepok uang dalam pecahan euro yang sengaja memang ditukarkan olehnya untuk berjalan-jalan selama disini sebelum berangkat saat itu.

Dan sayang sekali Lucy tidak dapat mengerti apa ucapan pria didepannya itu sejak tadi karena Lucy merasa pria itu menggunakan logat lokal.

Tapi yang Lucy tahu pasti, jika pria itu merasa keberatan dengan uang yang diberikannya karena mungkin kurang dan terlalu sedikit.

'Aku harus bagaimana sekarang ? Apa aku harus meminta bantuan pria menyebalkan itu ? Apa dia mau membantuku ? Sudahlah. Aku coba saja.' batin Lucy dalam hati.

Wanita cantik itu kemudian mengeluarkan ponselnya dan menelfon Anthony tanpa pikir panjang. Dan,

"Halo, Ant. Bisakah kau datang kemari, aku sedang________"

"Terlibat masalah atau menimbulkan masalah. Memang itu yang bisa kau lakukan, 'kan ? Dan ya, aku memberimu kebebasan untuk jalan-jalan seharian artinya untuk bersenang-senang. Bukan membuat keributan seperti ini. Sekarang serahkan saja gadis kecil itu pada pria itu. Disini perdagangan manusia dilegalkan kau tahu ?" ucap Anrhony yang langsung menceramahi Lucy begitu pria itu sampai disana.

Meski sedikit bingung bagaimana bisa Anthony sudah berada didekatnya saat ini, Lucy mengesampingkan hal itu dan meemilih fokus kepada permasalahannya saat ini.

"Tidak boleh. Gadis kecil ini ketakutan. Lihatlah. Jika perdagangan manusia memang dibolehkan, beli saja gadis ini dari pria itu. Atau pinjamkan aku uang dan akan kukembalikan nanti." ucap Lucy sambil melindungi gadis kecil dibelakanganya itu.

"Kenapa aku harus melakukannya ? Dan apa untungnya ? Aku seorang pebisnis. Setiap uangku tidak akan keluar hanya untuk berakhir sia-sia." ucap Anthony dengan nada angkuh dan sombongnya lagi membuat Lucy tak habis pikir dalam situasi seperti ini pria itu masih bisa memikirkan soal untung dan rugi.

"Kita bisa bicarakan keuntungan itu nanti saja. Sekarang atasi dulu masalah ini. Kumohon." ucap Lucy yang terpaksa memelas pada Anthony karena ia merasa Anthony mengingkannya melakukannya.

"Baiklah. Tapi setelah ini kau harus menuruti semua perkataanku agar kau terhindar dari masalah semacam ini. Kau mengerti ?" ucap Anthony yang hanya dijawab anggukkkan malas oleh Lucy.

Setelahnya Lucy melihat Anthony berbicara serius dengan pria itu dalam bahasa lokal. Lucy tidak tahu kalau Anthony ternyata bisa bahasa lokal juga.

Sementara itu Lucy menenangkan gadis kecil yang saat ini tengah menangis dibelakangnya.

"Tenang saja ya. Temanku itu akan membantumu. Jangan menangis lagi ya." ucap Lucy lalu mengusap air mata gadis kecil itu. Dan siapa sangka secara tiba-tiba gadis kecil itu memeluknya erat saat itu juga.

"Sudah beres. Gadis kecil itu sudah bebas dari pria tadi. Sekarang apa rencanamu ? Kau tidak bisa membawa gadis kecil itu pulang bersama kita, 'kan ?" ucap Anthony yang tentu saja membuat Lucy memutar bola matanya disana.

"Yaya.. aku tahu. Kalau begitu kau saja yang pikirkan apa hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk menolong gadis kecil ini. Kau, 'kan pintar." ucap Lucy yang kemudian dengan sikap cueknya berjalan bersama gadis kecil itu menghampiri kerumunan orang yang sepertinya siap berkumpul untuk mengikuti ritual tahunan.

Anthony yang melihat itu akhirnya mau tidak mau mengikuti kemana Lucy dan gadis kecil itu pergi.

"Seandainya kau bisa bicara pasti kau bisa menjelaskan ritual apa yang sedang dilakukan orang-orang itu." gumam Lucy sendiri namun nampaknya Anthony mendengarnya sebab,

"Itu adalah ritual tahunan penduduk disini. Mereka meyakini ada satu hari dalam satu tahun dimana Tuhan akan bermurah hati dan mengabulkan apapun permintaan kita asalkan kita memintanya dengan sungguh-sungguh. Dan ya, melempar bunga seperti itu juga bukan asal saja. Jika bunga yang mereka lempar langsung tenggelam, berarti permohonan mereka sayangnya akan sulit terwujud. Kira-kira begitulah." ucap Anthony menjelaskan apa yang tadi dikatakan orang IT nya yang cerewet itu sepanjang menunjukkan jalan padanya.

Ya, menurut Anthony informasi itu berguna juga. Ia menjadi memiliki banyak pengetahuan lebih disini.

"Begitukah ? Oh, itu sebabnya gadis kecil ini menjual mawar. Aku juga mau mengikutinya. Ayo." ucap Lucy lalu mendekat kearah pembatas yang dibawahnya terdapat ombak deras tempat dimana orang-orang berlomba-lomba melempar bunga kesana.

"Kau juga mau melakukannya ? Karena aku baik ayo kita lakukan ini bersama." ucap Lucy mengajak Anthony untuk melakukan ritual itu bersamanya.

"Tidak. Aku tidak percaya ritual omong kosong seperti ini." ucap Anthony yang tentu saja dengan sikap sombongnya yang tak pernah ketinggalan. Membuat Lucy berdecih kesal.

"Ritual omong kosong katamu ? Tapi tadi kau menjelaskan tentang ritual ini dengan sangat baik padaku. Dasar pembohong. Kalau begitu aku akan melakukannya sendiri." ucap Lucy yang kemudian bersiap melempar bunga tapi,

Gadis kecil yang sedari tadi melihat interaksi antara Lucy dan Anthony itu tiba-tiba menggandeng tangan Anthony dan langsung menyatukannya dengan tangan Lucy disana.

Lucy yang terkejut dengan tindakan gadis kecil itu langsung saja mencoba untuk melapaskan tautannya tangannya dengan Anthony itu tapi, gadis kecil itu mencegahnya.

"Apa ini ? Kenapa kau melakukan ini ? Kami hanya teman, tidak. Kami bukan siapa-siapa jadi_________"

"Sudahlah. Jangan memusingkan hal yang tidak penting. Kemarikan keranjang bunga itu. Aku berubah pikiran dan ingin membuat sebuah permintaan. Aku ingin lihat apa ritual konyol ini benar ada gunanya atau tidak." ucap Anthony yang kemudian merampas keranjang yang dipegang oleh Lucy ditangannya yang satunya dan,

"Tidak bisa. Aku yang membeli bunga ini. Jadi_________"

"Aku yang membeli gadis itu. Jadi apapun yang menjadi miliknya adalah milikku. Lagipula aku yakin kau pasti belum membayar bunga ini, 'kan ?" ucap Anthony yang tentu saja berhasil membungkam Lucy karena semua ucapan pria itu tidak bisa dibantahnya.

"Yaya.. baiklah. Ayo pegang seperti ini bersama. Ucapkan permohonanmu dalam hati dan kita lempar sekeranjang penuh bunga ini bersama." ucap Lucy yang kemudian menutup matanya dan membuat permohonannya.

'Tuhan... Aku ingin siapapun pria yang sudah dipilihkan Daddy untuk menjadi tuanganku sebenatar lagi, semoga dia bisa mencintaiku dan selamanya akan begitu.'

Berbeda dengan Anthony yang malah memandangi wajah Lucy yang saat ini tengah memejamkan matanya itu dengan pandangan penuh arti. Ia selalu suka melihat wanita itu memejamkan matanya seperti itu sejak pertama kali ia mengenal gadis itu.

Rambut panjang Lucy yang tertiup angin beberapa kali tidak sengaja mengenai wajah Anthony dan ya, Anthony akui ia menyukai aroma dari wanita cantik itu sejak lama.

Dan saat itulah ia permohonannya dengan masih menatap lekat wajah Lucy.

'Aku ingin akulah pria pertama yang bisa memiliki dan menyentuhnya.'

Anthony kemudian merampas keranjang bunga itu dan melemparkannya sekuat tenaga kelaut yang terhampar luas dibawahnya sana.

Dan tanpa keduanya sadari, tautan tangan keduanya tak kunjung juga lepas sejak tadi. Apakah ini pertanda ?

Dan ya, menurut kalian permohonan siapa yang akan terwujud nanti ? Lucy ? Atau Anthony ?

Kita lihat saja nanti.

• • • • •

Luama banget up nya ya.
Maaf ya 😁
Gara-gara pikiran lagi penuh sesak ini.
Tapi udah nggak lagi kok.
Tungguin up selanjutnya ya 😉😉

Comment and Vote Guys ❤

Thanks for reading

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top