MFG 11 - Seriously ?

"Kau menjadi pendiam sejak tidur dipesawat hingga kita sudah sampai sekarang. Ada apa sebenarnya ? Kau mengalami mimpi buruk ? Atau mungkin kau merasa menyesal sudah ikut bersamaku ?" ucap Anthony pada Lucy yang duduk didalam mobil bersamanya.

"Tidak apa. Mungkin ini karena Jetlag. Biasanya aku bisa menanganinya dengan martini. Tapi aku lupa membawanya. Sudahlah. Aku baik-baik saja." ucap Lucy yang sepenuhnya adalah BOHONG.

Ya, wanita cantik itu sebenarnya tengah menyembunyikan kekesalan dalam hatinya karena sesuatu. Sesuatu itu seharusnya tidak diketahuinya tapi, mungkin Tuhan memberikan peringatan untuk berhati-hati dengan Anthony dari sana. Kalian ingin tahu apa hal yang diketahui Lucy tanpa sepengetahuan Anthony itu ?

Tadi malam saat ia tidur, Lucy tidak sengaja bangun karena merasa haus dan ingin meminta minum pada pramugari. Tapi sebelum bisa melakukan itu, wanita cantik itu justru mengetahui hal lainnya yang entah ia harus merasa bagaimana karenanya.

Lucy tidak sengaja mendengar desahan Anthony dan juga seorang pramugari dikamar mandi pesawat saat itu. Sungguh Lucy ingin terjun dari pesawat saat itu juga ketika tahu jika Anthony tak ubahnya seperti pria bejat lainnya diluar sana. Ia akan mulai memasang sikap waspada dan juga berhati-hati pada pria itu setelah ini dan juga kedepannya.

"Begitukah ? Kenapa kau tidak bilang sejak tadi. Aku bisa menyuruh seseorang membelikannya untukmu jika kau bilang tadi. Sebentar lagi kita akan sampai dipenginapan dan mungkin saja disana ada minuman yang kau cari itu. Bersabarlah sedikit lagi." ucap Anthony yang tidak mendapat respon apapun dari Lucy. Karena jauh dalam lubuk hatinya, Lucy merasa amat menyesal sudah ikut bersama Anthony saat ini. Sungguh.

"Kau tahu kenapa aku menginvestasikan banyak uangku disini ? Karena satu-satunya negara yang paling tidak terikat oleh peraturan dan hukum adalah disini. Selamat datang di Monaco." ucap Anthony yang hanya dianggap angin lalu saja oleh Lucy karena wanita cantik itu sedang dalam emosi yang kacau sekali saat ini.

Skip saat di penginapan...

"Kau mau kemana dengan pakaian bikini seperti itu ? Kau lupa jika disini kau adalah seorang asisten yang sedang menemani perjalanan bisnis bosnya ? Kau bisa berenang sepuasmu saat di Santorini nanti. Cepat ganti bikinimu itu sekarang." ucap Anthony santai sambil memeriksa berkas-berkasnya disofa ruang santai dipenginapan itu.

"Kau tahu jika aku sulit sekali menerima perintah dari orang, 'kan ? Jadi aku akan tetap berenang, tidak peduli kau suka atau tidak. Lagipula untuk apa memesan penginapan dengan kolam renang besar yang menyuguhi pemandangan indah jika tidak digunakan ? Buang-buang uang sekali." ucap Lucy yang kemudian berlalu begitu saja dengan santai tanpa peduli jika mungkin saja Anthony bisa marah padanya nanti.

Sebenarnya Lucy ingin pergi berenang hanya karena berniat untuk menjernihkan pikirannya saja. Ya, ia masih tidak bisa melupakan apa yang diketahuinya tentang Anthony sampai sekarang. Dan itu buruk. Biasanya ia akan melampiaskan rasa pening kepalanya itu pada minum-minuman tapi, mengetahui jika Anthony adalah pria berbahaya menurutnya, jadi Lucy mencari pelampiasannya yang lain. Dengan berenang.

Tapi belum sempat masuk kedalam air, tangan Lucy diraih oleh Anthony pria itu menariknya masuk kedalam pelukannya.

"Apa yang kau lakukan ? Lepaskan aku." ronta Lucy saat terasa Anthony mengeratkan pelukannya disana.

"Jika aku bilang tidak, maka kau harus menurutinya. Kau tidak tahu betapa bahayanya para pria disini saat melihat tubuh wanita hampir telanjang sepertimu begini. Aku melarangmu bukan karena aku berusaha bersikap menyebalkan, itu untuk kebaikanmu sendiri. Mengertilah. Nanti malam setelah semua urusan kita selesai disini, aku janji akan membawamu ke Santorini. Sekarang ganti bajumu." ucap Anthony yang tak kunjung melepaskan pelukannya juga meski sudah selesai menasehati Lucy disana.

"Yaya baiklah. Tapi untuk bisa mengganti baju, kau harus melepaskan pelukanmu ini. Sungguh aku merasa sangat tidak nyaman sekarang ini." ucap Lucy yang sebenarnya juga terbayang akan kejadian tadi malam. Ia bertanya-tanya apakah mungkin tadi malam saat melakukannya dengan pramugari itu didalam pesawat, Anthony memeluk pramugari itu seerat ini ? Astaga ? Apa yang sedang dipikirkannya itu ?

"Apa yang membuatmu tidak nyaman dipeluk pria tampan sepertiku ? Berikan aku alasan yang masuk akal, baru aku akan melepaskanmu." ucap Anthony sambil tersenyum jahil membuat Lucy disana mencubit perut pria itu kesal.

"Kau boleh memuji dan melebih-lebihkan wajah standarmu itu, tapi sungguh kau masih sangat jauh dari predikat tampan dalam kamusku. Sangat sangat jauh. Sudahlah, aku mau mengganti bajuku dulu." ucap Lucy yang kemudian berlalu pergi darisana dan berlari kecil menuju kamarnya.

"AKU AKAN MEMESAN MAKANAN UNTUK MAKAN SIANG KITA. CEPATLAH KEMARI SAAT SUDAH SELESAI." begitulah teriak Anthony pada Lucy yang sudah berjalan jauh meninggalkannya disana.

Bukannya tidak tahu, hanya saja Anthony memilih diam saja saat merasa ada yang berbeda dengan Lucy setelah mereka sampai di Monaco. Entah apa alasannya, menurut Anthony, akan lebih baik jika dirinya diam atau mungkin keduanya akan bertengkar dan timbul masalah yang lebih besar lagi nanti. Mungkin saja dengan begitu Lucy akan merasa lebih baik dengan sendirinya. Ya, semoga saja.

'Menaklukkan wanita terasa tak sepayah ini selama seumur hidupku. Dia unik dan sulit. Tapi aku suka tantangan baru seperti ini.' batin Anthony dalam hati.

Setelahnya Anthony kembali melanjutkan pekerjaannya tadi untuk memperlajari dan meneliti lagi berkas-berkas kerjasamanya itu agar tak ada kesalahan saat nanti ia bertemu kolega bisnisnya.

Begitulah Anthony, dia orang yang teliti dan cenderung mendekati sempurna. Ia tidak suka ada kesalahan dalam apapun itu yang sedang dikerjakannya. Apalagi kalah. Anthony tidak akan membiarkan kata hina itu singgah dalam hidupnya meski hanya sebentar saja.

"Saat serius seperti itu kau terlihat lumayan juga." ucap Lucy membuat Anthony langsung menghentikan kegiatannya dan tak percaya melihat Lucy sudah berbaring santai disofa didepannya.

"Sejak kapan kau disana ? Dan apa yang kubilang dengan ganti baju tadi. Apa menurutmu seperti itu sudah ganti baju ?" ucap Anthony yang terdengar kesal melihat apa yang dikenakan Lucy disana.

"Ayolah, disini panas sekali. Lihatlah kulitku saja mudah sekali terbakar meski hanya berjemur sebentar saja." ucap Lucy santai senagaja ingin membuat Anthony semakin kesal padanya.

"Kau ?!! Sudahlah. Terserah padamu saja." ucap Anthony yang tak habis pikir dengan wanita didepannya itu.

"Akhirnya makanan kita datang. Tunggu, bagaimana kau tahu makanan favoritku ini ? Wah.. kau sungguh penuh kejutan pak boss." ucap Lucy saat melihat salad dengan kacang almond seperti yang biasa dimakannya untuk makan siang.

"Kakakmu yang memberitahukannya. Kelihatannya dia begitu khawatir padamu sehingga memberitahuku semua hal yang kau suka dan tidak suka padaku. Termasuk juga alergimu." ucap Anthony santai sambil menyimpan berkasnya dengan rapi didekatnya karena ia akan memulai makannya sebentar lagi.

"Alergiku ? Memangnya apa yang dikatakannya ?" ucap Lucy bingung karena setahunya ia tidak memiliki alergi apapun. Apa kakaknya sengaja membuatnya terlihat seperti seorang wanita yang berpenyakitan sekarang ?

"Katanya kau alergi dengan segala macam bentuk perintah dari orang. Dia menyuruhku bersabar dan jangan sampai membunuhmu disini karena merasa kesal. Begitulah katanya." ucap Anthony sebelum akhirnya ia memulai memakan makan siangnya sambil menikmati wajah Lucy yang terlihat kesal didepannya. Hihi..

"Sungguh ? Kakakku bilang seperti itu ? Dia pasti sangat merindukanku jika begitu. Dan kau ? Kenapa kau masih disini dan melihatku begitu ?" ucap Lucy saat pelayan pria yang tadi membawa makan siang mereka tak kunjung pergi darisana. Anthony pun juga baru menyadarinya saat itu.

"Ya ? Kau bisa pergi. Apa yang kau tunggu ?" ucap Anthony sedikit kesal saat tahu kemana arah pandang pelayan itu.

"Maaf tuan, tapi aku sangat mengidolakan nona ini. Bisakah aku meminta foto denganmu nona. Kau model yang terkenal itu, 'kan ? Senang sekali rasanya bisa bertemu denganmu disini." ucap pelayan itu antusias membuat Lucy disana tersenyum kecil dan,

"Kenapa tidak bilang sejak tadi ? Kemarikan ponselmu." ucap Lucy ramah dan tentu saja dengan cepat pelayan itu memberikan ponselnya pada Lucy.

"Ini. Tolong foto kami berdua." ucap Lucy sambil menyodorkan ponsel milik pelayan itu pada Anthony yang terlihat kesal dari raut wajahnya disana. Sekali lagi, Lucy sengaja melakukan itu.

Meski terlihat kesal dan enggan, Anthony disana terlihat pasrah dan menerima saja permintaan Lucy disana. Tapi raut wajahnya terlihat datar dan dingin sekali saat melakukan itu. Sorot mata tajamnya juga tertuju langsung pada Lucy disana.

"Terima kasih, nona. Anda baik sekali. Selamat menikmati liburan anda dinegara ini. Kalau begitu saya permisi dulu." ucap pelayan itu senang dan kemudian pergi darisana.

"Kau tidak masalah berfoto dengannya dengan bikini seperti itu ? Bagaimana kalau pelayan tadi menyalahgunakannya. Maksudku, mungkin saja dia menjadikan fotonya bersamamu tadi sebagai bahan onaninya di kamar mandi. Apa kau tidak merasa keberatan sedikitpun dengan itu ?" ucap Anthony yang terlihat tak berdampak sedikitpun pada Lucy, terbukti wanita cantik itu mengunyah saladnya dengan santai dan,

"Mau diapakan fotonya bersamaku tadi, itu terserah padanya selagi tidak menyalahi hukum. Lagipula kau dengar sendiri dia penggemarku, 'kan ? Dan ya, jikapun dia menggunakan foto tadi untuk 'Keperluan Pribadi' seperti yang kau katakan, itu haknya. Bahkan aku yakin, dalam hidupmu, mungkin saat masih sekolah dulu, kau juga pernah melihat majalah dewasa sambil melakukan itu, 'kan ? Itu sama saja. Jangan membesarkan masalah yang sebenarnya tidak ada Anthony. Sudahlah. Makan saja." ucap Lucy panjang lebar berharap Anthony tidak mempermasalahkan hal ini lagi dan ya, itu berhasil.

Tapi sebenarnya Lucy tahu jika raut wajah Anthony mengatakan jika pria itu tidak nyaman dengan hal yang baru saja tadi. Apa boleh jika Lucy mengartikan sikap Anthony itu sebagai bentuk cemburu padanya saat ini ?

'Semua pria kurasa tidak berbeda. Dia keberatan wanita yang berada didekatnya dekat dengan pria lain, tapi dilain waktu dia juga memuaskan hasratnya dengan wanita lain juga. Sungguh, hal ini teramat membingungkan dan memuakkan.'

• • • • •

"Selamat datang kembali dinegaraku ini, tuan Anthony. Senang bertemu anda kembali disini. Bagaimana perjalananmu menuju kesini ? Apakah menyenangkan ?" ucap kolega bisnis Anthony menyambut kedatangan mereka berdua saat baru memasuki pintu utama sebuah rumah besar disana.

"Sangat menyenangkan, tuan Dimitri. Kau tentu tahu apa alasannya, bukan." ucap Anthony ramah sambil merangkul mesra pinggang Lucy yang berada didedakatnya itu.

"Ya, berhembus rumor yang mengatakan jika akhirnya kau menunjukkan keseriusanmu dengan seorang wanita cantik. Dan setelah melihatnya sendiri, aku percaya akan hal itu. Mari, silahkan masuk." ucap tuan Dimitri mempersilahkan keduanya masuk.

"Jadi ini alasan kau membawa sertaku bersamamu ? Agar kau bisa menebar kebohongan dimana-mana ? Aku tidak tahu kau selicik itu." bisik Lucy sambil sesekali berusaha melepaskan rangkulan Anthony padanya, tapi pria itu bersikeras tak mau melepaskannya.

"Tidak. Bukan seperti itu. Aku akan menjelaskannya nanti. Sekarang ikuti saja apa kataku." ucap Anthony yang memang tentu saja membuat Lucy berkomat kamit tidak jelas didalam hati karenanya.

"Sementara kita membicarakan bisnis kita, lebih baik tinggalkan saja kekasihmu bersama dengan istri dan putriku, tuan Anthony. Mereka bisa berkeliling dan berbicara hal seputar wanita bersama." ucap tuan Dimitry disana menyarankan.

Anthony sempat menatap sebentar Lucy yang terlihat tidak setuju dengan saran itu, tapi rasa jahil Anthony nyatanya lebih besar dari rasa kasihannya.

"Ya, tentu saja. Aku akan membicarakan bisnisku dengan tuan Dimitri sebentar, ya. Aku akan segera kembali." ucap Anthony yang kemudian mencium kening Lucy mesra disana sebelum akhirnya pergi bersama tuan Dimitri.

Sementara itu Lucy sudah mengeluarkan banyak sekali umpatan dalam hatinya untuk Anthony yang terlihat benar-benar tega berjalan pergi meninggalkannya disana. Lucy bingung apa yang bisa dilakukannya dengan istri dan anak kolega Anthony itu nanti ? Apa itu nanti akan menjadi sesuatu yang sangat canggung, atau mungkin menjadi membingungkan ? Entahlah, Lucy tidak bisa berfikir apapun lagi, sekarang.

"Apakah sopan jika aku langsung meminta foto denganmu sekarang, nona ? Kau sungguh cantik sekali malam ini. Perlu kau tahu jika aku adalah salah satu penggemar terberatmu. Mari kujunjukkan isi kamarku yang sangat penuh dengan koleksi barang-barang yang kau iklankan. Itupun jika kau tidak keberatan." ucap anak remaja yang Lucy tebak masih berada di SHS itu dengan ramah padanya.

Lucy menatap sebentar anak itu dan juga ibunya yang berdiri didekatnya. Sempat ragu untuk mengiyakan ajakan anak remaja itu tapi,

"Ya, baiklah. Lagipula aku ingin ke kamar mandi sebentar. Aku boleh meminjam kamar mandi di kamarmu nanti, 'kan ?" ucap Lucy saat kini ia mulai berjalan mengikuti anak yang mengaku penggemar beratnya itu.

Sementara istri tuan Dimitry tadi sepertinya lebih memilih untuk mengatur kerja para pelayannya disana daripada ikut bersama mereka.

"Tentu saja kau boleh memakainya. Kenapa tidak ? Oh ya, namaku Angela. Kau bisa memanggilku Ella. Dan ya asal kau tahu saja, itu adalah panggilan yang diberikan oleh tuan Anthony sejak pertama kami bertemu. Aku menyukainya dan terus memakainya sampai sekarang." ucap Ella yang Lucy merasa sedikit tidak nyaman dengan nada bicara anak itu saat mendengarnya. Nada suaranya terkesan, menyindir dan menunjukkan ketidaksukaannya disana.

"Oh ya ? Kedengarannya hubungan kalian dekat sekali ya ?" ucap Lucy yang sebenarnya hanya pura-pura agar terdengar ramah disana untuk mengorek informasi dari Ella lebih lanjut.

"Ya. Kami memang dekat. Cukup dekat untuk bisa menghabiskan malam bersama. Karena malam itu juga aku menjadi cukup terkesan, hingga akhirnya aku mau membantunya membujuk Papa untuk bersedia bekerjasama dengannya. Ya.. seperti yang sedang tren saat ini. Win Win Solution." ucap Ella yang Lucy sangat tahu apa maksud dari perkataannya itu.

"Apa kau berharap dengan mengatakan itu semua aku akan menjadi cemburu dan meninggalkan Anthony ? Jika kau benar-benar mencintainya, daripada berusaha membuatku cemburu seperti ini lebih baik kau coba gapai hati Anthony dengan segala kemampuan yang kau miliki. Jika memang setelah menghabiskan malamnya denganmu dia tidak kunjung menjadikanmu kekasihnya juga, mungkin... Anthony merasa tidak puas bersamamu. Dan ya, lebih baik aku menunggu Anthony diluar saja sambil menghirup udara segar. Disini terasa panas sekali seperti ada sesuatu yang terbakar didekatku." ucap Lucy yang kemudian pergi darisana dan berencana untuk kembali ke penginapan duluan. Setidaknya menurutnya itu adalah pilihan terbaik yang ada saat ini.

'Selain Hypersex, kurasa Anthony juga seorang penyuka anak. Dia sungguh gila dan tidak punya otak. Anak kecil yang cerewet dan suka pamer seperti dia juga menjadi korban nafsunya ? Apanya yang menarik dari anak kecil itu ? Astaga ! Setidaknya dia bisa memilih wanita dari kalangan model atau selebritis agar terkesan lebih berkelas. Dasar bajingan bodoh.'

• • • • •

Maaf agak telat UP nya ya. Tapi aku ganti sama bonus Chapter yang lebih panjang kan ? 😁😁

Makasih udah mampir 😉

Comment and Vote Guys ❤

Thanks for reading

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top