Epilog - Love You To The Moon And Back

4 tahun kemudian...

"Daddy! Kakak Diego tidak mau mengalah padaku. Lihat dia!"

Anthony yang mendapati putri terkecilnya mengomel seperti tentu saja langsung melihat kearah putranya itu, Diego yang nampak tenang bermain pasir bersama saudaranya yang lain disana.

"Kenapa dengan kakakmu, Sayang? Dia sedang bermain. Apa kau mengganggunya lagi? Aletta jangan nakal, ya," ucap Anthony yang seketika membuat gadis kecil itu mengerucutkan bibirnya kesal.

"Bukan begitu. Lihatlah kakak selalu lebih menyayangi Lily daripada aku. Huaaaaaa!"

Ya, mungkin karena merasa paling kecil didalam keluarga, Aletta memang sangat mudah sekali menangis untuk hal-hal kecil. Jika menurut Lucy itu hal yang merepotkan, Anthony justru menyukai sikap manja berlebihan putrinya itu.

"Hei hei.. jangan menangis, Sayang. Sama seperti kau menyayangi Marvel, Jake, dan Chase, kakakmu juga menyayangi Lily seperti itu. Aletta tidak boleh—"

"Tidak, Daddy! Kakak Diego tidak menyayangiku. Dia hanya menyayangi Lily. Dia jahat. Huaaaaaa!"

"Lihatlah. Penjelasanmu selalu membuatnya menangis dan kau terus memperburuknya. Aletta... kemari Sayang. Mommy akan membacakan sebuah cerita yang mirip sekali dengan kisah Aletta dan kakak ini. Sini," ucap Lucy yang selalu berhasil menenangkan putrinya itu setiap kali kakaknya atau Anthony membuatnya menangis.

Aletta kemudian terlihat menghampiri Lucy dan langsung duduk dipangkuan Mommynya itu sambil terus mengadu dan entah mengatakan hal lainnya apa lagi.

"Lihatlah adikku itu. Kau beruntung sekali memilikinya, 'kan?" ucap Connor sambil mengamati adiknya yang terlihat mulai berusaha membuat gadis kecil mereka yang tengah menangis tadi mulai tenang.

"Ya. Dia milikku yang tak ada duanya di dunia. Tapi yang benar adalah kita semua sama-sama beruntung, kawan. Kau, Aku dan Nathan. Kita semua bisa berkumpul disini bersama keluarga kita, menikmati waktu dan suasana hangat ini dalam keadaan sehat tanpa kurang suatu apapun. Kuharap segalanya akan selalu baik-baik saja seperti ini hingga kita tua nanti," ucap Anthony sambil mengamati semua orang satu persatu disana.

"Kau benar. Kita semua sangat beruntung," ucap Connor membenarkan.

Ya, saat ini mereka semua sedang berlibur bersama di pantai. Dan tentu saja itu semua atas keinginan terutama Gaby yang mengajak mereka semua kesana.

Connor dan Catherine juga sudah memiliki 2 anak lagi setelah Bora. Marvel dan Lily.

Nathan dan Adelle juga ikut disana bersama kedua putra mereka. Chase dan Jacob.

Dan ya, Lily adalah yang paling kecil diantara semuanya karenanya gadis imut itu menjadi pusat perhatian disaat mereka tengah berkumpul bersama seperti ini. Dan itu membuat Aletta cemburu.

Putri terkecil Anthony itu tidak suka jika orang-orang mengalihkan perhatian darinya. Ia ingin semua oranag melihatnya saja. Ya.. mungkin itu adalah sifat Lucy saat masih kecil dulu dan sekarang menurun kepada putrinya yang menggemaskan dan super bawel itu.

Semua anak laki-laki dan Lily tengah bermain pasir bersama begitu juga Aletta sebelum dia tadi pergi mengadu pada Daddynya.

Sedangkan Gaby, Bora dan Catherine terlihat sedang berbincang bersama tidak jauh dari posisi Anthony, Lucy dan Connor yang saat ini tengah bersantai bersama dengan Anthony yang sebelumnya menikmati suapan demi suapan anggur yang diberikan istrinya, hingga akhirnya malaikat kecilnya tadi datang.

Sedangkan Nathan dan Adelle, kedua sejoli itu memilih menyendiri dan menikmati waktu mereka berdua saja seperti pasangan yang baru menikah. Padahal tidak.

"Bukankah sudah lama kau tidak menghabiskan waktu berdua bersama adikku itu? Jika kau ingin pergi berdua saja pergilah. Aku yang akan menjaga anak-anak disini. Tenang saja, Catherine sangat bisa mengendalikan segala kondisi," ucap Connor membuat Anthony terlihat bingung disana.

"Tapi Aletta hanya bisa diam jika Lucy yang menenangkannya. Kau yakin ingin mengambil tanggung jawab itu?" ucap Anthony sekali lagi membuat Connor terlihat berfikir sebentar disana.

"Selain pada Diego dia juga sangat menurut pada Marvel. Tenang saja. Lagipula, anak-anak memang sering kali bertengkar karena hanya itu keahlian mereka, 'kan?" ucap Connor membuat kedua pria itu tertawa bersama disana.

"Kau benar. Mereka akan merindukan masa-masa ini saat sudah besar nanti. Baiklah aku akan membuat rencana untuk menyenangkan Lucy nanti," ucap Anthony terlihat tersenyum saat beberapa ide muncul dibenaknya untuk menyenangkan Lucy disana.

"Tapi tidak heran jika tuan putrimu itu cemburu pada Diego dan Lily. Lihatlah betapa posesifnya dia pada putriku itu," ucap Connor membuat Anthony langsung melihat kearah putranya itu.

"Ya, saat usia Aletta sekecil itu Diego juga bersikap posesif dan perhatian sebesar itu pada adiknya. Bahkan sampai sekarang pun dia juga diam-diam masih memperhatikan Ale. Hanya saja kurasa Diego tidak ingin menunjukkannya langsung. Dia tidak mau adiknya menjadi over manja padanya seperti yang kau tahu bagaimana manjanya Aletta padaku selama ini. Bahkan setiap malam dialah yang membenarkan selimut adiknya dan tak lupa juga dia selalu mengucapkan selamat tidur sambil mencium pipi adiknya itu. Dia sama sepertiku. Dia ingin menunjukkan kasih sayangnya dengan gaya yang keren," ucap Anthony yang langsung saja mengundang tawa Connor disana.

"Keren katamu? Sungguh, kurasa Lucy harus melihat sisi diri menyedihkanmu ini," ucap Connor yang memang hobi sekali mengolok saudara iparnya itu.

"Beruntung kau adalah kakaknya jadi aku bisa memaafkan ucapanmu tadi. Jika orang lain yang mengatakannya maka akan berbeda akhirnya," ucap Anthony membuat Connor menatapnya penasaran.

"Apanya yang berbeda? Seperti kau bisa membunuh orang yang sudah menjelekkanmu itu secara langsung saja. Kau pikir kau adalah seorang mafia menyeramkan dan berbahaya begitu? Oh, yang benar saja. Hahaha..." ucap Connor yang diakhiri tertawa membuat Anthony menatapnya malas.

"Aku memang mafia. Karenanya berhati-hatilah padaku karena aku bisa kapan saja menyelinap kedalam rumahmu dan menikammu saat kau tidur tanpa kau sadari. Tenang saja, aku akan membuatnya tidak sakit sama sekali hingga kau—"

"Catherine! Jangan jauh-jauh dariku, Sayang. Aku merindukanmu!"

Anthony tertawa kecil melihat Connor berlari ketakutan menghampiri istrinya dan terlihat bersembunyi dibalik Catherine untuk menghindar dari pandangannya.

Ia tak menyangka kakak dari istrinya itu bisa takut juga ternyata.

Karena sudah tidak memiliki teman mengobrol akhirnya Anthony menggeser duduknya lebih dekat dengan istrinya disana.

"Jadi Ale tidak boleh marah pada kakak Diego. Aletta sudah mengerti sekarang ?" ucap Lucy pada putrinya itu membuat Anthony tersenyum melihat kesabaran istrinya itu.

"Tapi kakak Diego—"

"Aletta balas saja kakak Diego dengan menempel pada kakak Marvel. Nanti kakak Diego akan cemburu melihat Aletta mengacuhkannya," ucap Anthony berniat membantu istrinya itu mengatasi ratu kecil mereka itu tapi,

"Awww! Sakit, Sayang. Apa salahku?" ucap Anthony mengadu kesakitan saat istrinya mencubit lengannya membuat Aletta tertawa kecil disana.

"Jangan mengajari putriku hal-hal yang jahat. Apa katamu tadi? Kau mengajarkan cara balas dendam pada putriku? Kau minta kupukul dimana lagi? Kemarilah!" ucap Lucy kemudian terlihat menyerang suaminya itu dengan cubitan-cubitan kecil diberbagai tempat.

"Maafkan aku, Sayang. Kumohon. Aletta selamatkan Daddy!"

Gadis manis dipangkuan Lucy itu terlihat menikmati kelakuan kekanakan Mommy dan Daddynya disana. Ia tertawa lepas membuat semua orang disana ikut tersenyum melihatnya.

"Lain kali, jika kau mengajarkan hal-hal buruk pada putriku aku akan melakukan hal yang akan kau selali sendiri tuan Anthony. Kau mengerti?" ucap Lucy mengancam suaminya itu.

"Yaya, baiklah. Aku kan hanya—"

"Ale, ayo ikut bermain bersama yang lain."

Anthony dan Lucy langsung terlihat saling memandang satu sama lain saat tiba-tiba Diego datang dan mengajak adiknya itu untuk bergabung bersamanya.

"Tidak mau! Kakak jahat. Main saja sana bersama Lily. Aku mau disini saja bersama Daddy dan Mommy," ucap Aletta sambil terlihat menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Membuat Anthony gemas dan mencubit pipi putrinya itu.

"Ale.. apa yang Mommy katakan tadi? Ayo sekarang minta maaf pada kakak. Bukankah Ale juga_____"

"Tidak mau, Mommy! Kakak Diego yang mengacuhkan Ale tadi. Kakak yang harus minta maaf dulu. Aku mau permen," ucap gadis kecil itu terlihat kesal sambil sesekali melirik kakaknya.

"Ini. Aku membawanya dari rumah untuk berjaga-jaga jika mungkin saja kau marah padaku disini. Ini untukmu," ucap Diego sambil menyodorkan lolipop ukuran sedang kepada adiknya itu.

Anthony dan Lucy saling melemparkan senyum kepada satu sama lain melihat tingkah putra mereka itu.

Aletta terlihat diam sebentar dan menatap kakaknya disana.

"Berjanjilah didepan Daddy dan Mommy kalo kakak tidak akan nakal padaku lagi." ucap Aletta lucu sambil terlihat fokus menatap lolipop yang dipegang kakaknya itu.

"Iya iya aku berjanji. Tapi—"

"Aku sayang kakak!" ucap Aletta yang tanpa aba-aba langsung berdiri dan memeluk kakaknya itu.

Diego tersenyum senang dan membawa adiknya itu pergi bersamanya untuk kembali bermain bersama saudaranya yang lain.

"Mereka manis sekali, 'kan? Tapi pangeran kecil itu memiliki kebiasaan buruk selalu memotong ucapanku. Kurasa dia akan menjadi pembangkang saat besar nanti." ucap Anthony membuat Lucy menatapnya tajam disana.

"Kau mendoakannya dan berharap dia menjadi seperti itu atau—"

"Tentu saja aku hanya mengatakannya saja, Sayang. Mana mungkin aku mendoakannya. Hehehe.." ucap Anthony terlihat tersenyum lebar berusaha memperbaiki suasana hati istrinya itu.

"Baiklah. Sekarang biarkan aku berbaring dipangkuanmu sebentar. Aku lelah. Bisa kau pijat kepalaku juga? Sebentar saja," ucap Lucy yang kemudian langsung berbaring dipaha Anthony tanpa menunggu jawaban suaminya itu terlebih dahulu.

Anthony terlihat tersenyum manis mendapati sikap manja istrinya itu dan tentu saja ia akan melakukan apapun yang diminta Lucy.

"Apa begini cukup?"

"Lebih keras sedikit,"

Anthony terlihat dengan sabar memijat kepala istrinya itu dengan sepenuh hati dan harapan jika usahanya itu akan membuat rasa lelah istrinya menjadi berkurang setelah ini.

"An.."

"Ya, Sayang?"

"Terima kasih untuk segalanya. Kau adalah ayah dan suami terbaik di dunia. Aku mencintaimu,"

Anthony tersenyum lebar mendengar istrinya mengucapkan itu dengan mata yang masih tertutup menikmati pijatannya.

"Aku memiliki hadiah kecil yang ingin kuberikan padamu. Harapanku adalah ingin membuat hatimu senang meski sebentar saja," ucap Anthony membuat Lucy lantas membuka matanya dan menatap suaminya yang tengah menatapnya dengan mata kesukaannya itu. Mata berbinar dengan kilat bahagia setiap kali memandangnya.

"Cukup dengan kau ada disampingku, aku sudah sangat bahagia, An. Aku tidak mau apapun lagi," ucap Lucy kemudian terlihat memejamkan matanya lagi dan kali ini akhirnya Anthony mencari sebuah ide hadiah yang dimaksudkannya tadi menjadi sebuah kejutan yang akan membuat istrinya itu tak menyangka sama sekali.

"Baiklah. Jika itu maumu, Sayang. Kau bisa tidur jika memang terlalu lelah. Aku akan menjagamu disini." ucap Anthony membuat Lucy tersenyum disela kegiatannya menikmati pijatan suaminya itu.

"Terima kasih. Aku ingin tidur sebentar. Bangunkan aku jika kita sudah akan kembali ke Villa, ya. Turunkan sedikit wajahmu," ucap Lucy yang entah mengapa tiba-tiba membuka matanya dan menatap suaminya dengan pancaran mata penuh kebahagiaan.

"Ada apa memangnya? Apa ada sesuatu diwajahku? Sebelah ma—"

"My Big Teddy Bear..." ucap Lucy sambil mencubit pipi suaminya itu dengan gemas.

Dan Anthony? Tentu saja pria itu tersenyum senang karena apa yang diperbuat istrinya itu padanya.

Lucy adalah wanita hebat.

Ya, istrinya tak ada duanya didunia. Bagaimana bisa wanita sebaik dan setangguh Lucy mau menerimanya dan melengkapi dirinya, itu adalah hal yang masih menjadi sebuah tanda tanya besar bagi Anthony.

Masa lalu memang tidak seharusnya diungkit lagi tapi mengingat betapa brengseknya dirinya memperlakukan Lucy dulu dan apa niat sebenarnya menikahi wanita cantik itu, Anthony merasa bersyukur sekali jika Lucy mau menerimanya apapun kondisi dan keadaannya sekarang.

Anthony terlihat menyingkirkan beberapa rambut nakal yang tertiup angin milik istrinya itu dengan sabar disana. Seolah ingin memastikan Lucy yang baru saja tertidur itu tidak terganggu sama sekali.

'Tidurlah Sayang, sudah dua hari kau sibuk mengurus Aletta yang demam tanpa istirahat sedikitpun. Sekarang aku yang akan menjagamu,'

• • • • •

"Enghhh... sudah berapa lama aku tidur?" ucap Lucy saat terbangun dari tidurnya.

Tapi ada yang berbeda.

"An... kau ada dimana? Dimana ini?" Lucy terlihat kebingungan saat melihat sekelilingnya yang tampak terlihat asing.

"Sudah sore, ya? Hoam... aku masih mengantuk," Lucy sebenarnya merasa penasaran dan sangat ingin tahu dimana dia sekarang tapi, rasa kantuknya lebih dominan membuatnya merasa malas untuk bangun.

"Tunggu?! Aletta?! Dimana putriku? Bagaimana jika—"

"Tenang saja, Sayang. Putri kita sudah tidak demam lagi. Dia sudah benar-benar sembuh, sekarang. Ini minumlah obat ini dulu. Kaulah yang justru demam sekarang. Kau kelelahan,"

Bukannya menjawab, Lucy terlihat bingung dan menatapi suaminya itu bingung dan penuh tanya disana.

"Sebenarnya kita dimana? Dimana anak-anak dan yang lainnya?" tanya Lucy penasaran membuat Anthony tersenyum disana.

"Bukankah sudah kubilang tadi jika aku memiliki hadiah kecil untukmu. Hanya malam inj sayang. Biarkan aku membahagiakanmu. Setiap hari kau selalu disibukkan oleh anak-anak, 'kan. Setelah makan malam, kita akan kembali. Aku berjanji. Sekarang minum ini dulu," jelas Anthony membuat Lucy akhirnya tak bertanya lebih jauh lagi dan langsung menuruti ucapan suaminya untuk minum obat.

"Berapa kau menyewa Yacht mewah ini hanya demi untukku?" ucap Lucy sambil terlihat mencoba turun dari tempat tidurnya disana.

"Tidak ada harga yang pantas disebutkan jika itu demi dirimu, Sayang," ucap Anthony kemudian tersenyum lebar membuat Lucy menggeleng tak percaya dengan tingkah suaminya itu.

"Astaga?! Jangan bilang kau—"

"Tidak, Sayang. Kali ini aku tidak membelinya. Sungguh. Aku hanya menyewanya. Meski sebenarnya aku ingin sekali membelinya untukmu tapi mengingat kau sangat marah padaku waktu itu karena membeli villa, jadi aku lebih berhati-hati lagi," ucap Anthony menyengir lucu disana.

Lucy terlihat menghela nafas panjang melihat itu.

"Tunggu? Kau memberiku obat tanpa makan dulu tadi? Apakah obatnya akan bekerja?" tanya Lucy sambil melihat-lihat isi kamar Yacht mewah itu.

"Itu obat khusus, Sayang. Setelah bertahun-tahun aku menjadi suamimu, aku tahu benar jika kau sulit sekali untuk disuruh makan jika sedang tidak enak badan. Karenanya aku meminta seseorang yang kukenal untuk membuatkan obat yang bisa diminum sebelum makan. Dan lihatlah, kau bahkan langsung merasa sehat setelah menelan obat itu. Menurutku kita harus berinvestasi didalam bidang farmasi seperti ini. Untungnya pasti—"

"Tidak boleh! Bisnismu sudah banyak, An. Sekarang saja kau sudah jarang sekali berada di rumah. Kau harus kesana kesini untuk menandatangani dokumen dan memantau. Memang benar meski jika membuka bisnis baru kau akan menunjuk orang untuk mengurusnya tapi tetap saja kau adalah penanggung jawab semua bisnis itu. Jadi sudahlah. Tidak ada lagi bisnis," tegas Lucy tak menyetujui ide suaminya itu.

Anthony tersenyum melihat reaksi istrinya yang menurutnya menggemaskan itu. Ia lantas berdiri dan berjalan mendekati istrinya disana.

"Baiklah, Sayang. Aku 'kan hanya bercanda tadi. Jika kau memang merasa kesepian di Rumah tanpaku, kenapa saat aku berpamitan kau tidak mencegahku pergi saja? Aku akan tetap tinggak di Rumah dengan begitu. Sungguh. Aku akan menuruti semua ucapanmu saat itu juga," ucap Anthony setelah berhasil memeluk istrinya itu dari belakang.

"Kau bekerja juga untuk kami yang ada di Rumah. Bagaimana aku bisa mencegahmu pergi, An? Sudahlah lepaskan aku. Aku mau mandi. Bantu aku turunkan risleting belakang ini," ucap Lucy membuat Anthony tersenyum penuh arti disana seolah tengah memikirkan sesuatu.

"Kenapa diam saja? Kau tidak mau membantuku? Baiklah, aku akan meminta bantuan orang lain saja," ucap Lucy kesal karena merasa suaminya itu lambat kemudian terlihat berjalan ingin pergi dan,

"Aku akan memotong jari orang yang sudah berani menyentuh bahkan hanya sebatas risleting bajumu sekalipun," ucap Anthony terdengar sekali tidak suka disana membuat Lucy tersenyum kecil disana.

"Ayolah, An. Aku hanya bercanda. Lagipula aku memang gerah dan ingin cepat-cepat mandi. Jadi cepat bantu aku," ucap Lucy menenangkan suaminya itu dengan mengalungkan tangannya dileher suaminya itu juga memberikan ciuman singkat dipipi.

"Oh.. mengapa kau selalu berhasil mengalahkanku. Kenapa aku tidak bisa marah ataupun kesal dalam waktu yang lama padamu? Itu menyebalkan," ucap Anthony kemudian menarik tubuh istrinya itu untuk lebih dekat dengannya.

"Kau tahu kenapa aku diam sebentar tadi saat kau memintaku menurunkan risleting ini?" tanya Anthony sambil terlihat mulai menurunkan risleting gaun selutut istrinya itu.

"Tidak. Dan ya, terima kasih, Sayang," ucap Lucy kemudian pergi melarikan diri dari sana dengan masuk ke dalam kamar mandi.

Anthony terlihat tersenyum kecil melihat tingkah istrinya itu dan ya, setelah menikah ia merasa kalah dalam segala hal dari Lucy. Salah satunya adalah itu. Ia selalu digoda oleh istrinya itu duluan sebelum godaan yang diberikannya itu berhasil. Dan menurutnya itu lucu.

'Oh ya, persiapanku! Aku melupakannya. Mereka sudah selesai belum ya?'

• • • •

"Tumben sekali kau memperbolehkan aku memakai baju seperti ini. Selalunya kau akan marah jika—"

"Perhatikan langkahmu, Sayang. Kau hampir jatuh. Dan ya, hanya aku di sini yang akan melihatmu jadi, tentu saja aku membiarkan kau memakainya. Lagi pula kau terlihat manis dengan baju itu," ucap Anthony sambil terlihat memperhatikan jalan istrinya itu agar tidak jatuh.

"Entah kenapa aku merasa aneh saat kau mengatakan semua itu. Seolah ada hal tersembunyi di balik semua itu," ucap Lucy yang kemudian merangkul lengan suaminya itu lebih erat.

"Ayolah... jangan berprasangka buruk begitu kepadaku, Sayang. Cukup mengertilah jika aku mencintaimu. Sangat mencintaimu," ucap Anthony sambil tersenyum manis membuat Lucy tak tahan untuk mencubit pipi suaminya itu.

"Jangan bersikap sok manis seperti itu. Mungkin dulu aku akan merasa terharu melihatnya, tapi sekarang kau menjadi kalah manis dengan anak-anak. Sebentar aku mau melepaskan sepatu ini," ucap Lucy kemudian terlihat melepas heels hitamnya di sana.

"Kenapa melepasnya, Sayang? Kau terlihat sempurna dengan itu," ucap Anthony yang tentu saja setia menunggu istrinya di sana.

"Agar tanganmu yang satunya tidak menganggur sia-sia, Sayang. Ini. Bawakan ini," ucap Lucy sambil menyerahkan heels-nya yang sudah dilepaskannya tadi pada Anthony.

"Apa yang tidak kulakukan untukmu, Sayang? Jangankan sepatu, aku juga bisa—"

"Wah... apa kau menyiapkan semua ini untukku? Sungguh? Kau manis sekali," ucap Lucy yang kemudian berlari kecil kedepan sana meninggalkan Anthony yang tersenyum bahagia di sana.

'Lihatlah dia, kurasa aku berhasil membuatnya bahagia,' batin Anthony dalam hati.

"Cepatlah! Aku sudah lapar! Wah.. ini terlihat lezat," ucap Lucy terlihat menatap semua hidangan di atas meja itu dengan tidak sabar.

"Kau bisa makan duluan jika memang lapar, Sayang. Semua ini untukmu," ucap Anthony membuat Lucy gembira dan langsung memakan makanannya tanpa menunggu suaminya.

"Bukankah berlayar di lautan seperti ini mengingatkan kita kembali akan sesuatu? Sungguh aku merasa ingin sekali melupakan kenangan itu tapi tidak bisa," ucap Anthony membuat Lucy tersenyum teduh ke arahnya.

"Makanlah dulu. Setelah ini aku ingin kau melakukan sesuatu untukku. Kau harus makan banyak karena ini cukup sulit untuk dilakukan. Makanlah, Sayang," ucap Lucy membuat Anthony terlihat menatapnya dengan pandangan was-was penuh tanya.

"Sulit yang kau maksud itu pasti berbahaya, 'kan? Oh.. aku tidak pernah merasa ketakutan selama hidupku selain karena melakukan semua permintaanmu, Sayang. Kau membuatku menjadi takut,"

• • • • •

"Kau minta aku apa? Melompat ke air? Saat malam begini? Pasti airnya dingin, Sayang. Kau yakin?" ucap Anthony saat kini sudah berada dibagian paling belakang Yacht.

"Ya. Sekarang dan saat ini juga. Melompatlah. Malam itu aku juga melompat ke dalam air yang dingin dan juga ditengah hujan lebat juga badai. Kau mau membandingkan kondisimu sekarang denganku yang—"

Byurrrrr

Lucy tersenyum melihat bagaimana Anthony yang tanpa aba-aba langsung menuruti permintaannya melompat ke laut begitu saja tanpa mengatakan apapun lagi.

"Bagaimana rasanya? Apakah menyenangkan dibawah sana, Sayangku?" tanya Lucy pada Anthony yang saat ini tengah mengambang di laut itu.

"Ya, di sini menyenangkan. Tapi kuakui sedikit dingin juga," ucap Anthony di bawah sana.

"Menyingkirlah. Aku juga ingin bergabung," ucap Lucy kemudian terlihat melepaskan gaunnya, menyisakan pakaian dalamnya saja di sana dan,

"Kau baru saja sembuh dari demam. Jika kau ikut masuk ke dalam sini maka kau nanti akan—"

Byurrrr

"Seharusnya aku tau kau adalah wanita paling keras kepala di dunia ini. Dan karena itulah aku mencintaimu," ucap Anthony saat melihat istrinya itu masuk ke dalam air begitu saja tanpa mengindahkan perkataannya.

"Pegangi aku. Huh.. dingin sekali," ucap Lucy saat akhirnya berhasil meraih tubuh Anthony dan berpegangan pada suaminya itu.

"Kenapa kau ingin berenang malam-malam begini, Sayang? Kau bisa sakit nanti," ucap Anthony yang tetap dalam pendiriannya yang tidak setuju jika Lucy ikut serta masuk ke dalam air bersamanya seperti itu.

"Aku ingin membuat kenangan indah bersamamu hari di sini. Agar suatu hari nanti kau mengingat kenangan yang kita buat hari ini dan bukan kenangan masa lalu itu, An. Dan asal kau tahu, karena malam itu akhirnya pertama kali dalam hidupku, aku bisa berenang. Dan rasanya itu menyenangkan. Bagaimana kau bisa berteman dengan air dan melintasinya? Menurutku itu hal yang luar biasa," ucap Lucy membuat Anthony terlihat menggeleng keras di sana.

"Tidak. Tidak boleh. Ini sudah malam. Kita tidak tahu ada apa saja di lautan ini. Tetaplah didekatku seperti ini, saja," ucap Anthony memeluk istrinya itu lebih dekat untuk memastikan Lucy tidak bisa kemana pun lagi.

Lucy tersenyum kecil dan selalu tak habis pikir kenapa suaminya itu masih tetap saja mencintai dan over protektif kepadanya meski setelah selama ini keduanya menjalin kehidupan rumah tangga. Ia sangat bersyukur cinta suaminya itu seolah semakin bertambah saja setiap harinya.

"Kau mau memberikan adik untuk Aletta, An?" ucap Lucy terlihat menggoda duaminya itu dengan mengelus pelan pundah suaminya yang tak tertutup apa-apa itu dengan gerakan menggoda.

"Oh lihatlah? Bagaimana bisa kau mengatakan kalimat yang seharusnya aku yang mengatakannya? Kau nakal sekali. Dana karenanya aku tidak akan melepaskanmu malam ini," ucap Anthony kemudian mencium istrinya itu dengan cepat dan menggebu seolah setelah penantian panjang ia akhirnya mendapatkan bibir manis istrinya itu kembali.

Lucy pun juga terhanyut di dalam suasana itu dan membalas satu persatu perlakuan manis suaminya itu padanya.

Seolah melupakan waktu dan dinginnya air laut, keduanya menikmati detik demi detik itu dengan penuh cinta dan juga gairah hingga,

"Astaga! Apa kau menyentuh kakiku? Apa itu tadi?" ucap Lucy yang terkejut saat merasa sesuatu menyentuh kakinya.

"Tidak, Sayang. Aku tidak menyentuh kakimu. Ayo kubantu kau naik. Kurasa ada yang tidak beres di sini," ucap Anthony yang kemudian dengan cepat membantu istrinya itu naik kembali ke atas Yacht mereka.

"Kemarikan tanganmu, aku akan membantumu," ucap Lucy setelah berhasil naik sambil mencoba menggapai tangan suaminya di sana.

"Tidak perlu, Sayang. Aku—"

"Ada apa? Kenapa? Cepatlah naik!" ucap Lucy panik saat Anthony trrlihat kebingungan melihat air seperti tengah mencari sesuatu.

"Kurasa kau akan senang melihat apa yang mengganggu kita sebenarnya, Sayang," ucap Anthony kemudian terlihat bersiul dan menepuk air beberapa kali di sana.

Tidak lama kemudian muncul seekor lumba-lumba kecil yang tentu saja membuat Lucy memekik senang.

"Wah... lumba-lumba itu lucu sekali. Aku ingin menyentuhnya!" seru Lucy terlihat antusias dan langsung saja kembali masuk ke dalam air.

"Kurasa dia tersesat dari kawanannya. Pasti ibunya mencarinya. Kau merindukan ibumu, 'kan? Tenang saja. Dia akan mencarimu nanti. Dia tidak akan menggigit 'kan, An?" ucap Lucy lagi membuat Anthony tersenyum senang melihat itu.

"Tidak sayang. Dia tidak akan menggigit. Pegang seperti ini?" ucap Anthony kemudian menuntun istrinya untuk menyentuh lumba-lumba itu.

"Kau banyak sekali tahu tentang lumba-lumba, ya. Pasti kau dulu bekerja sebagai pawang lumba-lumba sebelum sukses seperti sekarang, 'kan? Wah.. pengalaman hidupmu banyak sekali," ucap Lucy membuat Anthony yang sudah bersiap menjawab mengurungkan niatnya dan membiarkan pemikiran istrinya itu seperti yang diinginkannya.

Setelahnya Anthony di sana hanya memperhatikan interaksi istrinya itu dengan lumba-lumba yang menurutnya lucu dan menggemaskan itu. Ya, dia rasa setelah malam ini yang diingatnya tentang lautan akan berubah. Lucy memang selalu tahu bagaimana cara menyembuhkan luka.

"Kau dengar itu? Lihat! Itu pasti ibunya," ucap Anthony membuat Lucy melihat ke arah yang ditunjuknya kemudian kembali melihat lumba-lumba yang di dekatnya itu.

"Kurasa kita harus berpisah, sekarang. Jaga dirimu ya. Jangan sampai tersesat lagi. Pergilah," ucap Lucy kemudian lumba-lumba itu terlihat berenang pergi menuju ibunya di sana.

"Anak-anak memang seringkali pergi sendiri untuk mencari pengalaman hidup yang menurut mereka harus mereka temukan, Sayang. Berpetualang sendiri itu seru. Apalagi bagi kami para pria," ucap Anthony yang langsung mendapat tatapan tajam dari istrinya di sana.

"Begitukah? Tapi anak-anak ku kelak tidak akan kemana-mana tanpa ijin dariku. Dan kau harus memastikan itu. Sekarang bantu aku naik lagi," ucap Lucy dan tentu saja Anthony langsung saja membantu istrinya itu.

"Oh ya, aku belum pernah mengatakan ini padamu karena aku berharap kau sendiri yang akan mengakuinya. Tapi sudahlah. Biar aku saja yang mengatakannya. Kudengar dari Ibu, maksudku Ibumu, jika sebenarnya dulu kau menikahiku karena kau muak dengan sebutan orang-orang yang menyebutmu Gay. Iya, 'kan? Itu sama seperti aku adalah jaminan bagimu untuk membuktikan pada orang-orang jika mereka salah. Astaga! Aku tidak menyangka itu. Andai saja dulu aku tahu tentang semua itu. Andai aku menyelidiki semuanya tentangmu. Sayangnya aku terlalu sibuk dengan karir modelku. Karenanya aku tidak begitu peduli dengan yang lainnya. Aku merasa sangat beruntung dan bersyukur, kau bukanlah Gay seperti yang dikatakan mereka. Itu melegakan. Setidaknya kau—"

"Pertama, ya baiklah, maafkan aku. Aku memang sengaja tidak ingin memberitahumu tentang itu karena aku sudaha mencintaimu dengan benar sekarang, jadi kurasa itu tidak masalah lagi, sekarang. Kedua, sebenarnya selain karena hal itu, aku juga menikahimu karena merasa tertantang untuk membuat seorang gadis keras kepala dan cantik sepertimu mencintaiku dan menjadi milukku. Ketiga, jika sekarang kau masih meragukan kejantananku maka aku siap dan dengan senang hati menunjukkannya padamu, sekarang juga," ucap Anthony yang kemudian terlihat naik dengan cepat dan berusaha menangkap istrinya itu.

"Apa yang akan kau lakukan? Tidak. Aku tidak mauuuuuu!"

Lucy terlihat langsung saja berlari kabur dari sana saat Anthony terlihat sudah bersiap menangkapnya.

"Aku bahkan masih bisa membuat anak sebanyak apapun yang kau mau sekarang! Kemarilah, Sayang!"

Anthony terlihat senang sekali setelah berhasil mengerjai istrinya itu. Ia berlari kecil mengejar Lucy dengan perasaan bahagia yang tak terkira.

Lucy sendiri yang merasa sudah bersalah telah melukai hati singa jantan itu, tidak memiliki pilihan lain selain melarikan diri atau dirinya akan tamat.

Begitulah kehidupan keduanya sekarang. Ya, semua yang terjadi memang tidak pernah selalu atas rencana yang kita buat didalam hidup ini. Semua rencana itu menjadi lebih baik dan sempurna sekarang. Dan Tuhan lah yang bisa melakukannya.

Karenanya, jalani saja hidupmu sekarang bagaimanapun kau mau. Jika suatu hari jalanmu salah, maka Tuhan yang akan meluruskannya. Dan jika jalanmu sudah benar, maka Tuhan hadir di sana untuk menghiasnya.

Jalan hidup setiap orang memang tidaklah mudah. Dan dari pada mengeluh akan hal itu, coba jalani saja dengan sepenuh jiwa dan pikiranmu. Jangan pikirkan hari esok, lakukan saja yang terbaik untuk hari ini. Dan jika masih ada hari esok, lakukanlah semuanya dengan lebih baik lagi dan lagi.

Mate For Guarantee, kisah cinta yang berawal dengan maksud terselubung dan penuh ego, akhirnya berakhir di sini. Jangan ucapkan selamat tinggal karena tidak lama lagi kita pasti akan bertemu lagi. Sampai jumpa di ekstra part. See you there!

—The End—

Maap lamaaaaaa🙏🙈
Hope you guys enjoy the day...

Thank you,

LailaLk

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top