50
"Bilqish! Vian!" panggil Denny kepada seorang gadis beserta tiga rekannya itu memasuki area pub dengan berbagai alat musik yang mereka bawa.
"Denny!" sapa Bilqish dan Vian sembari mengajaknya tos ala-ala persahabatan.
"Oiya Den, kenalin ini Stella dan Drake," kata Bilqish memperkenalkan kedua personil bandnya yang lain. Denny terpaku sebentar melihat Stella lalu kemudian ia mengangguk. "Denny," katanya sembari menjabat tangan gadis itu dan Drake secara bergiliran.
"Duduk dulu. Kalian mau minum apa?" tanya Denny.
"Menunya?" Stella berbicara. Ia sudah mengedarkan pandangannya ke seluruh pub tetapi tidak ada daftar menu satupun terpajang di sana.
Dennya tersenyum maklum. Ini hari pertama Stella datang kemari. Walaupun harus menjelaskan ulang, sebenarnya Dennya cukup menikmatinya apalagi ketika pelanggan tersebut sangat antusias dan tertarik dengan sistem pub ini. "Hmm... Untuk menunya nggak ada. Jadi kita membuat by request," jelas Denny.
"By request? Apapun itu?"
"Apapun itu," kata Denny yakin sembari tersenyum.
Drake yang sedari tadi diam langsung menyambar. "Gue pesen campuran bir sama soda aja."
"Gue soda aja deh Den," tambah Bilqish.
"Gue mocktail tapi ada rasa-rasa melonnya gitu bisa nggak?"
Denny mengangguk. "Bisa dong! Kalo lo Vi?"
Vian mengusap dagunya pelan lalu menatap Denny. "Yang paling best seller apa?"
"Vodka? Soju? Anggur?"
"Yang non-alkohol. Kita kan mau manggung jadi ya kalo bisa ngehindarin mabuk dulu lah," kata Vian.
"Mocktail aja gimana?"
Vian menjentikkan jarinya. "Boleh!"
Sebelum menyiapkan minuman yang telah dipesan oleh The Moonkerz, lelaki itu menjelaskan sedikit mengenai waktu dan tempat untuk manggung mereka. Manggung dimulai jam 7 malam dan berakhir jam 10 malam. Biasanya di saat itu banyak pengunjung datang untuk sekedar minum. Sedangkan untuk jam 10 ke atas, mereka lebih banyak melakukannya untuk mabuk. Jadi, agar acara berjalan kondusif, penampilan band diletakkan di awal.
Semua anggota band mulai melakukan tes pada alat musiknya masing-masing. Mereka juga melakukan gladi bersih agar semuanya berjalan dengan pas.
Tak sampai lima belas menit minuman mereka akhirnya datang. Aktivitas gladi dihentikan sementara dan mereka berkumpul untuk minum dan berbincang-bincang.
"Gimana Den? Udah ketemu belum?" tanya Bilqish pada Denny.
Lelaki itu menggeleng. "Belum Bil. Dia nggak pernah muncul lagi setelah hari itu."
Semuanya langsung menghela nafasnya berat kecuali Drake. Lelaki itu menyenggol lengan Stella lalu berbisik. "Lagi ngomongin apa?"
"Tempat bandar narkobanya Riko itu ada di sini. Tapi akhir-akhir ini dia nggak keliatan makanya semua kecewa," kata Stella. "Bahkan kita semua percaya orang yang ngasih narkoba itu juga mencoba mencelakakan Abi beberapa waktu lalu."
"Emang ada ciri khusus dari orang itu?" tanya Drake.
Bilqish yang mendengar hal itu langsung menjawab. "Tato mawar di lengannya. Lo pernah liat Drake?"
Drake terdiam. Lelaki itu mencoba berpikir apakah seseorang di sekitarnya ada yang memiliki tato mawar atau tidak. "Gue nggak pernah liat," kata Drake.
"Yaudah, semoga aja dengan adanya acara ini orang itu bisa muncul di hadapan kita. Berdoa saja..." ungkap Vian penuh harap.
Jam sudah menunjukkan angka tujuh malam. Beberapa orang sudah mulai berdatangan dan duduk di kursi yang telah disediakan. Walaupun belum terlalu penuh, Bilqish sudah diperbolehkan untuk memulai acara musiknya.
"Hallo semuanya!" sapa Bilqish dengan ramah. "Kalian benar-benar luar biasa bisa menemukan pub ini. Tempatnya artistik, konsepnya unik, bahkan bartendernya sangat luar biasa."
Denny yang mendengar itu langsung tersenyum malu.
"Untuk Serenity Pubs here we go!" teriak Bilqish lalu mulai membawakan lagi yang lagi trend sekarang berjudul Atlantis yang dipopulerkan oleh Seafret.
Iringan bass mengiringi intro hingga Bilqish masuk kepada bait pertama lagu tersebut.
The birds have left their trees
[Burung-burung telah meninggalkan pohonnya]
The light pours onto me
[Cahaya mengalir ke aku]
I can feel you lying there all on your own
[Aku bisa merasakan kamu berbaring di sana sendirian]
We got here the hard way
[Kita sampai di sini dengan cara yang sulit]
All those words that we exchange
[Semua kata yang kita tukarkan]
Is it any wonder things get broke?
[Apakah mengherankan hal-hal bisa pecah?]
Cause in my heart and in my head
[Karena di hatiku dan di kepalaku]
I'll never take back the things I said
[Aku tidak akan pernah mengambil kembali hal-hal yang aku katakan]
Semua penonton langsung terkesima hanya dengan intro dan verse lagu tersebut. Denny yang berada di meja bar nampak tersenyum sembari melambaikan tangannya seolah menikmati lagu yang dibawakan The Moonkerz.
So high above, I feel it coming down
[Begitu tinggi di atas, aku merasakannya turun]
She said, in my heart and in my head
[Dia berkata, di hatiku dan di kepalaku]
Tell me why this has to end
[Katakan padaku mengapa ini harus berakhir]
Oh, no
[Oh tidak]
Oh, no
[Oh tidak]
I can't save us, my Atlantis, we fall
[Aku tidak bisa menyelamatkan kita, atlantis aku, kita jatuh]
We built this town on shaky ground
[Kita membangun kota ini di atas tanah yang goyah]
I can't save us, my Atlantis, oh no
[Aku tidak bisa menyelamatkan kita, atlantis aku, oh, tidak]
We built it up to pull it down
[Kita membangunnya untuk menariknya ke bawah]
Semakin larut semakin banyak pula pengunjung yang berdatangan. Sembari menyanyikan lagu, mata setiap anggota dengan jeli menatap pengunjung yang hadir malam itu, tak terkecuali Denny yang juga ikut membantu mencari. Namun, hingga lagu pertama selesai, tak ada tanda-tanda pria bertato mawar hadir malam itu. Tentu hal ini membuat Bilqish sedikit frustrasi.
"Bil, fokus nyanyi aja. Masalah itu bisa dipikirin nanti. Ya?" kata Vian menenangkan Bilqish yang beberapa kali salah nada karena kurang fokus.
Bilqish mengangguk. Gadis itu meminta break sekitar lima menit untuk menenangkan pikirannya.
"Minum dulu Bil," kata Stella sembari menyodorkan air putih kepada Bilqish.
"Bil, lo gapapa?" tanya Drake yang sedikit khawatir dengan keadaan gadis itu.
"Gapapa... Gue cuma kurang fokus aja tadi. Sorry ya guys," ucap Bilqish menyesal.
Stella menepuk punggung Bilqish pelan. "Gapapa Bil... Kalau masih butuh istirahat gapapa kok. Kita istirahat dulu aja."
Akhirnya penampilan The Moonkerz jeda sekitar sepuluh menit untuk istirahat. Baru setelah suasana hati Bilqish membaik, gadis itu kembali ke atas panggung.
"Hallo, sebelumnya kami memohon maaf atas ketidaknyamannya. Untuk lagu kedua, Memories by Conan Gray here we go!" kata Bilqish yang langsung diiringi tepuk tangan penonton yang kian padat di pub itu.
One, two
[Satu dua]
It's been a couple months
[Sudah beberapa bulan]
That's just about enough time
[Hanya tentang cukup waktu]
For me to stop cryin' when I look at all the pictures
[Bagiku tuk berhenti menangis saat melihat semua fotomu]
Now I kinda smile, I haven't felt that in a while
[Sekarang aku sedikit tersenyum, sudah lama aku tak merasakannya]
It's late, I hear the door
[Ini sudah larut, aku mendengar dari pintu]
Bell ringin' and it's pourin'
[Bell berbunyi kencang]
I open up that door, see your brown eyes at the entrance
[Ku buka pintunya, melihat mata cokelatmu di pintu masuk]
You just wanna talk and
[Kau hanya ingin bicara dan]
I can't turn away a wet dog
[Aku tak bisa menolak orang yang basah kuyup]
Bilqish terus menyanyikan lagu favoritnya tersebut. Lagu yang bercerita mengenai seseorang yang tidak bisa move on dari mantan kekasih cukup membuat lagu ini penuh dengan emosional. Bahkan Bilqish dapat melihat beberapa penonton bernyanyi bersama dan mendalami setiap lirik tersebut seperti sangat sesuai dengan kehidupannya apalagi ketika lagu mencapai klimaksnya.
I wish that you would stay in my memories
[Ku harap kau akan tinggal dalam ingatanku]
But you show up today, just to ruin things
[Tapi kau muncul hari ini, untuk merusak segalanya]
I wanna put you in the past 'cause I'm traumatized
[Aku ingin melupakanmu karena aku trauma]
But you're not lettin' me do that, 'cause tonight
[Tapi kau tak membiarkanku melakukan itu, karena malam ini]
You're all drunk in my kitchen, curled in the fetal position
[Kau mabuk di dapurku, meringkuk seperti janin]
Too busy playin' the victim to be listenin' to me
[Terlalu sibuk bertingkah jadi korban mendengarkanku]
When I say
[Saat aku bicara]
I wish that you would stay in my memories
[Ku harap kau kan tinggal dalam ingatanku]
In my memories, stay in my memories
[Dalam ingatanku, tetaplah dalam ingatanku]
Saat reff berakhir, seseorang berbadan kekar memasuki area pub. Ia memakai kaos hitam ketat hingga mencetak otot-otot yang ada di lengannya. Pria itu mendekati salah satu pengunjung di sana lalu dengan secepat kilat menaruh sebungkus plastik ke tas yang sengaja terbuka lalu berbisik sebentar. Setelah itu, lelaki itu pergi lagi tanpa berniat untuk duduk sebentar melihat penampilan band tersebut.
Bilqish yang tak sengaja melihat hal itu langsung berlari menuruni panggung untuk mengejar pria itu. "Hey! Berhenti!" teriak Bilqish sembari keluar dari area pub.
Stella dan Drake yang melihat perilaku Bilqish yang tiba-tiba saja turun panggung di saat lagu belum selesai langsung mengejar gadis itu keluar. Sementara Vian mengambil alih panggung sembari terus mengucapkan kata maaf karena hal yang baru saja terjadi.
"Bil! Bilqish!" panggil Stella terengah-engah menyusul Bilqish yang terus berlari kesana kemari bak orang tersesat. "Bilqish! Lo kenapa sih?"
Bilqish berjalan mondar-mandir, menatap sekitar dengan saksama bahkan sampai menengok ke dalam kaca mobil. "Dia... Dia tadi di sini La!"
"Dia? Maksud lo pria bertato mawar?"
Bilqish mengangguk. "Iya! Dia tadi ke sini sebentar trus waktu gue kejar udah nggak ada," katanya dengan terus berlari menyusuri gang demi gang yang telah gelap itu. Bahkan pencahayaan sangat minim di sini sehingga mempersulit mencarian mereka. Stella dan Drake pun ikut membantu mencari sosok pria yang Bilqish sebutkan tadi.
Bilqish, Stella, dan Drake akhirnya berpencar untuk mencari pria itu. Bilqish sebelah utara, Stella sebelah selatan, dan Drake sebelah timur. Mereka semua menyusuri gang-gang kecil yang kumuh itu. Mereka juga bertanya kepada pejalan kaki yang ada di sana, tetapi hasilnya nihil. Tak ada pria yang Bilqish maksudkan tadi.
"Lo bener tadi liat Bil? Nggak salah liat kan?" tanya Stella memastikan.
"Gue liat jelas di lengannya ada kelopak mawarnya gitu La... Dia tadi lagi..." Belum saja ucapan Bilqish selesai, gadis itu langsung berlari menuju pub dan masuk ke sana. Di sana Vian masih di atas panggung untuk memberikan penampilan solo sebagai ganti Bilqish yang entah sedang mencari apa.
Bilqish tiba-tiba berhenti di depan seorang gadis yang nampak menikmati alunan lagu yang dibawakan Vian. Melihat Bilqish yang tiba-tiba menghadang di depannya membuat gadis itu bingung.
"Lo nyabu kan?" tanya Bilqish membuat gadis itu membelalakkan matanya terkejut. Bahkan suasana pub tiba-tiba hening karena Vian sama terkejutnya dengan pernyataan Bilqish yang sangat keras itu. Semua orang yang ada di sana nampak memandangi kedua gadis itu secara bersamaan.
"Maksud lo apa ha?" teriak gadis itu dengan marah. Mulai murka dengan apa yang Bilqish katakan.
Dan perkelahian pun tidak bisa dihindarkan lagi.
Allooooo gimana kabarnyaaaa? Maap lagi yaa tiba2 ngilang lagii wkwkwk semoga kalian masih setia di sini walaupun aku suka ilang2an hehe. See youuu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top