49
"Cheers!" Bilqish mengangkat gelas berisi sodanya ke udara diikuti oleh Aaron, Vian, Drake, Stella, dan Anna sehingga menimbulkan dentingan keras di sana.
Aksi manggung malam ini berlangsung dengan lancar dan sukses. Dari pemilik kafe pun mengatakan sangat puas dengan penampilan dari The Moonkers dan berencana akan mengundang mereka lagi dalam beberapa waktu ke depan. Tentu hal ini menjadi berita yang baik dan patut untuk dirayakan.
"Kamu besok berangkat jam berapa?" tanya Bilqish kepada Aaron.
"Dih, kamu-kamuan," ejek Vian yang masih geli mendengar Bilqish yang biasanya kasar seolah melunak dan mencair di hadapan Aaron. Di hadapan Aaron saja, tandai itu.
Mendengar hal itu Bilqish segera melempar kentang goreng ke arah Vian. "Syirik aja lo!"
"Besok pagi jam 10. Kenapa?" jawab Aaron sembari memakan kentang gorengnya.
"Aku anter ke bandara?"
Seketika Aaron tersedak dengan kentang gorengnya. Bilqish yang melihat itu segera mengambil minuman untuk Aaron. "Kamu gapapa?"
Aaron meneguk air putih yang disodorkan oleh Bilqish lalu mengangguk. "Gapapa gapapa. Aku cuma salah nelan aja," kata lelaki itu. "Tapi bukannya besok kamu ada kelas?"
Bilqish menggaruk kepalanya. "Emang iya?" tanyanya bingung.
"Goblok! Jadwal sendiri aja kaga tau lo!" lagi-lagi Vian mengejek. Jika Riko ada di sini pasti Bilqish akan menerima ejekan dua kali lipat karena mereka berdua sangat bersemangat dalam hal membully Bilqish walaupun kadang masih ketar-ketir menghadapi kemarahan gadis itu. Prinispnya yang penting ngejek dulu, masalah marah belakangan.
"Nggak usah gapapa, aku nanti naik taksi aja," kata Aaron sembari mengusap rambut Bilqish dengan lembut.
Suasana perayaan kali ini terlihat sangat canggung. Selain karena Drake yang masih susah bergaul, Stella dan Anna entah mengapa lebih banyak diam. Mereka terlihat sangat tidak akur dan tidak pernah berbicara barang sekalipun. Aneh...
"Stella sama Anna musuhan apa gimana sih? Daritadi gue perhatiin kok nggak ngobrol sama sekali?" tanya Bilqish membuat Stella dan Anna menoleh satu sama lain dan langsung membuang muka. Canggung. Keduanya juga bingung menjawab apa ditanyai seperti itu. Tetapi tak ada alasan untuk tidak menyangkalnya atau semua orang akan tahu.
"Ng—nggak kok!" Stella melihat arlojinya yang berwarna hitam. "Btw guys, gue balik dulu ya... Biasa, strict parents," kata Stella sembari berdiri dari tempat duduknya untuk bersalaman sebelum pergi.
"Gue anter La," kata Drake. "Gue sekalian mau ambil barang," lanjutnya.
Drake dan Stella akhirnya pulang terlebih dahulu meninggalkan dua pasangan yang masih tengah sibuk berbincang-bincang, lebih tepatnya Vian yang terus menerus mengejek dan menggoda Bilqish. Sedangkan Aaron dan Anna beberapa kali menimpali mereka berdua.
"Oiya btw, lo mau kemana besok Ron?" tanya Vian penasaran.
Aaron tidak langsung menjawab. Lelaki itu memandang sesuatu sebentar lalu berdehem. "Ada pertemuan bisnis di Bali."
Vian langsung menatap Anna yang sedari tadi diam. "Kamu juga bukannya mau ke Bali?"
Mendengar pertanyaan itu refleks Bilqish menoleh. "Loh Anna mau ke Bali juga? Kapan?"
Anna sempat terkejut sebentar dengan pertanyaan yang tiba-tiba datang bertubi-tubi tersebut. Gadis itu diam sebentar lantas mengangguk. "Iya, ada semacam kerja sama gitu. Ke Bali dulu baru ke Lombok. Lusa kok berangkatnya," jawab Anna.
"Oh, kirain kalian berdua satu proyek," kata Bilqish enteng. "Masih lusa ya? Gue kira besok biar berangkatnya bisa barengan sama Aaron gitu."
Aaron mengangguk. "Bisa tuh. Lo emang udah beli tiket?"
"Belum sih, rencananya malam ini."
"Yaudah, mau gue pesenin tiket aja gimana? Biar sekalian besok berangkat bareng. Lagipula gue juga sendiri kok berangkatnya," tawar Aaron.
Anna yang mendapat tawaran itu lantas melihat ke arah Vian sebentar untuk meminta persetujuan. Walaupun sebenarnya Aaron dan Anna sudah beberapa kali bertemu di rapat, rasanya tetap masih canggung jika di saat seperti ini. Aaron di kantor terkesan penuh wibawa dan sopan. Orang kantor sangat menghormati dan menghargainya. Berbeda jika berada di samping Bilqish. Lelaki itu malah terkesan sangat santai dan peduli. Dari situ Anna merasa bahwa Aaron memiliki dua kepribadian. Maka dari itu, untuk mengubah dari proses formal ke informal sepertinya butuh waktu dan adaptasi.
"Iya gapapa. Aku malah lega kamu bisa bareng Aaron daripada sendirian. Setidaknya ada yang bisa dikenal nanti," kata Vian mengizinkan.
Aaron dan Anna langsung saling menatap sebentar. Kikuk. Keduanya lantas tersenyum. "Mohon bantuannya ya Pak," kata Anna kemudian.
"Iya, mohon bantuannya juga."
***
"Muka kalian pada kenapa dah?" tanya Stella yang tiba-tiba datang membawa snack dan minuman soda di tempat tongkrongan mereka saat di kampus.
Kini Bilqish dan Vian berada di posisi saling membelakangi dengan punggung yang saling menempel. Mereka berdua menatap langit yang siang itu sangat cerah. Namun, wajah mereka sangat gelisah dan lesu. Keduanya bahkan secara bersamaan menghela nafas dengan panjang seolah sedang memikul beban negara.
Kling!
Sebuah suara notifikasi terdengar. Keduanya lantas berdiri dan mengambil ponsel masing-masing yang ada di meja. Wajah mereka yang berseri-seri tiba-tiba langsung lenyap kembali ketika tidak ada satupun pesan masuk. Mereka dibohongi.
"Sorry, chat dari hp gue," kata Stella mengangkat ponselnya dengan menahan tawa.
"Jauh-jauh deh lo dari kita, La..." kata Vian yang kembali lesu.
"Kalian nungguin apa sih?" tanya Stella.
"Hmm Vi! Vian! Gue punya ide cemerlan! Thanks to god gue dikasih otak yang sangat brilian ini. Gimana kalo kita nyusul mereka ke Bali? Sehari? Dua hari?" usul Bilqish tiba-tiba dengan sangat antusias.
Mendengar ide brilian dari Bilqish membuat Vian berseru. "Bener juga! Gue pesenin tiket se—"
"GAK!" ucap Stella cepat. "Gak ada yang nyusul ke Bali atau bepergian!"
"Lah? Kenapa?" tanya Bilqish yang sepertinya sudah sangat hopeless dengan perasaan sangat rindu ini. Masalahnya sedari tadi pesannya belum dibalas oleh Aaron. Bilqish tahu pasti lelaki itu sibuk dengan pekerjaannya, tetapi entah mengapa berpisah dengan Aaron membuat dia sangat-sangat rindu. Katakanlah Bilqish bucin atau alay, tapi ini murni dari diri Bilqish bahwa ia sangat merindukan Aaron. Ia merindukan lelaki itu yang sarapan bersama keluarganya atau mengantarnya ke kampus walaupun sebenarnya ia harus memutar dulu jika mau ke kantornya. Ia seperti tak ingin berpisah dengan lelaki itu barang sedetikpun. Hidupnya sudah dipenuhi dengan Aaron, Aaron, dan Aaron.
Stella mendengus, lelah dengan teman-temannya yang dimabuk asmara ini. "Besok kita masih ada jadwal manggung. Katanya kalian mau manggung di pub yang kalian bilang ke gue? Oiya, gimana kelanjutan kasusnya Abi? Kalian mau nyerah?"
Ah, Bilqish terlalu memikirkan Aaron hingga melupakan itu semua. Kasus Abi yang masih belum terpecahkan jujur sangat menghantuinya. Masih belum ada titik terang, sama sekali.
Di saat yang bersamaan Abi dan Ellie muncul di hadapan mereka dengan sebuah rantang makanan. Entah sejak kapan, mereka berlima menjadi sangat akrab. Ellie dan Bilqish juga sudah tidak saling sinis walaupun beberapa kali masih beradu argumen atau berkelahi kecil. Tetapi itu jauh lebih baik daripada dulu.
"Hallo! Pada ngomongin apa nih?" tanya Ellie yang duduk di samping Stella.
"Nih, si duo bucin katanya mau nyusul pacar mereka ke Bali. Gila kan?" tanya Stella dengan nada marah.
"Lo kalo ngerasa jatuh cinta pasti bisa ngelakuin apa aja La. Nyusul ke Bali mah perkara kecil," jawab Vian membela diri.
"Jatuh cinta boleh, goblok jangan!" Stella mengatakannya dengan penuh penekanan sembari menatap Vian tajam hingga membuat lelaki itu bergidik ngeri.
"Pantesan jomblo," serang Vian sembari menjulurkan lidahnya, mengejek.
"Apa lu kata?" Stella sudah siap-siap berdiri. "Sini maju lo! Gue single terhormat kali!"
"Single ke berapa kak? Playlistnya apa aja?"
Asem.
Sebenarnya banyak sekali yang ingin mendekati Stella baik secara terang-terangan atau sekedar pengagum rahasia. Namun, gadis itu sama sekali tidak ada minat dalam hal seperti itu. Standarnya terlalu tinggi. Kai EXO menjadi patokan. Love languagenya harus serasi dan seirama dengannya. Tidak boleh lebih atau kurang. Tak lupa juga yang satu frekuensi dan sabar menghadapi mood Stella yang labil. Selama ini, belum ada lelaki yang masuk kriteria tersebut.
"Lagian gue juga ngga sendiri. Tuh Abi sama Ellie juga masih jomblo kok! Iya ngga?" tanya Stella menatap keduanya yang dibalas hanya senyuman.
Tingkah Abi dan Ellie membuat Stella langsung curiga. Keduanya hanya diam, tak menjawab sama sekali pertanyaannya. Pasti terjadi sesuatu...
"Jangan bilang..."
Ellie mengangguk. "Dua hari yang lalu."
"Kalian berdua?" tanya Vian dengan nada terkejut setengah mati.
Ellie mengangguk lagi dengan senyum yang sangat merekah. Impiannya terwujud. Akhirnya setelah sekian lama masa pendekatan dengan Abi, lelaki itu mau menerimanya. Perjuangannya selama ini tidak sia-sia.
"Dasar pengkhianat!" seru Stella tak terima.
"Sudah-sudah, mari kita makan," kata Abi yang langsung mengalihkan perhatian dengan membuka satu per satu rantang berisi hasil masakannya dengan Ellie. Namun, di balik itu ada salah satu orang yang sedari tadi diam, mencerna sesuatu yang baru saja terjadi.
"Abi dan Ellie pacaran?" tanya Bilqish dalam hati. "Tapi kenapa perasaan gue sesak gini?"
Hayoloooo akhirnya yeahh resmi si Abi dan Ellie sksksks kasi selamat ngga nii?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top