47
"Ish!" Bilqish membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur dengan gusar. Ia menutup wajahnya dengan selimut lalu berguling-guling dengan tidak jelas. Ia juga menendang kakinya di udara seolah-olah di sana ada samsak besar yang menjadi korban kekesalnnya.
"Sialan! Sialan!" umpat Bilqish berkali-kali. Entah mengapa memori beberapa saat yang lalu saat ia dan Vian keluar dari pub kembali terputar. Ia ingat betul plat nomer mobil itu. Mobil milik Aaron. Tapi mengapa kendaraan itu ada di sana? Di sebuah club yang bahkan baru pertama kali Bilqish tahu ada sebuah club di sana. Bilqish sendiri tak berani bertanya. Jujur, ia takut jika apa yang ia lihat adalah sebuah kebenaran. Ia tak siap. Ia tak mau kehilangan Aaron. Ia sudah mencintainya.
Dok dok dok
Sebuah ketukan pintu membuat Bilqish menoleh. "Siapa?" tanyanya bingung karena jam sudah menunjukkan tengah malam. Siapa juga yang mengetuk pintunya di jam segini?
Tak ada sahutan. Tiba-tiba tubuh Bilqish merinding dan meremang. "Siapa?" tanya Bilqish lagi dengan badan yang gemetar.
Lagi-lagi tak ada sahutan. Namun, sebuah ketukan kembali terdengar nyaring di tengah kesunyian yang mematikan. Hawa berubah menjadi semakin mencekam. Bilqish merekatkan dirinya pada selimut dan kembali bertanya dengan gemetar. "Bima? Itu lo kan?"
Dokdokdok dok dok dok...
Sebuah ketukan kembali terdengar dengan tempo yang berbeda. Cepat lalu melambat perlahan-lahan. Bilqish sudah berkomat-kamit membaca doa. Ia akhirnya memilih untuk bersembunyi di balik selimut hingga bunyi pintu yang terbuka terdengar. Sialan, Bilqish lupa mengunci pintunya.
Gadis itu terus berdoa di balik selimutnya. Ia pasrah dengan semuanya. Perlahan pintu terbuka, suara langkah kaki kian mendekat.
Tak tak tak
Sebuah tangan meraih selimut Bilqish lalu membukanya secara perlahan. Gadis itu memejamkan matanya dengan kuat-kuat, tidak sanggup dengan apapun yang ada di hadapannya kini.
"Aaaaaaa!!" Teriak Bilqish ketika sebuah gorila berada di depannya dengan tersenyum lebar. "Pergi lo gorila gila! Pergi! Aaaa! Tolong!" seru Bilqish memukul sang gorila dengan bantal dan guling yang ada di dekatnya.
"Sakit woy sakit!" keluh sang gorila.
"Siapa lo anjer! Iseng banget lo malem-malem!" kata Bilqish sembari terus memukul orang itu tanpa ampun.
"Adek lo sendiri anjer! Udeh udeh... Sakit semua badan gue coyy abis tanding basket nih," kata Bima sembari melepas topeng gorilanya.
Melihat Bima yang ada di balik topeng itu cukup membuat Bilqish bernafas lega. "Iseng banget sih lo!"
"Ya lo kenapa jadi parnoan begini? Lagi banyak pikiran?"
Benar kata Bima. Sebenarnya Bilqish adalah salah satu orang yang tidak terlalu percaya tahayul. Ia akan memikirkan semuanya secara realistis dan logika. Ia bahkan tak takut sama sekali pada apapun. Namun, dikejutkan hal seperti ini dan sudah sangat sering dilakukan Bima tiba-tiba membuat Bilqish takut sungguh seperti bukan Bilqish. Aneh...
"E—Enggak kok! Oiya kenapa malem-malem ke sini?" tanya Bilqish.
"Tuh Bang Aaron ngasih nasi goreng. Bucin banget heran tapi kenapa jadi gue korbannya sih? Suruh pake bukti lagi kalo lo harus udah makan nasi gorengnya. Kalo nggak gitu dia ngga mau jadi sponsor dies natalis sekolah. Hadeh..." jelas Bima panjang lebar namun tidak ditanggapi sama sekali oleh kakaknya itu. Dia malah sibuk senyum-senyum tidak jelas dan berlari menuruni kasur menuju dapur.
Gadis itu segera mengambil keresek berisi nasi goreng langganannya beserta sebuah notes yang tertempel di sana.
"Jangan lupa makan ya sayang. Kesehatanmu itu penting❤️"
Sebuah senyuman kembali hadir di bibir Bilqish. Gadis itu tersenyum penuh arti lalu mengambil ponselnya untuk mengabadikan momen itu. Ia juga menyimpan notes itu baik-baik di sakunya sebelum terbuang.
"Tau aja kalo gue lagi laper," kata Bilqish sembari memakan nasi goreng dari Aaron. Ia tadi hanya makan kentang goreng yang diberikan Denny dan belum makan apapun setelah itu.
Bima yang melihat Bilqish makan segera mengambil foto dan mengirimnya ke Aaron sebagai bukti. Lelaki itu akhirnya duduk di sebelah Bilqish sembari mengambil sendok. Namun, gadis itu segera menggeser piringnya menjauh. "Enak aja, ini punya gue!"
"Dih, pelit banget sih lo! Gue cuma minta sesuap aja," kata Bima.
"Gak, beli sendiri sono! Ini kan nasi goreng dari kesayangan gue!"
Bima segera menampol Bilqish dengan tangannya, lupa bahwa Bilqish adalah kakaknya sendiri. "Najis!"
Bilqish tak peduli. Ia memilih melanjutkan makan nasi gorengnya dengan sangat lahap. Bima yang melihatnya dibuat iri.
"Emang lo sesayang itu sama Bang Aaron?" tanya Bima tiba-tiba membuat Bilqish yang tidak siap dengan pertanyaan random nan mendadak itu tersedak dengan bulir nasi goreng.
"Ha? Maksud lo?"
"Ya gitu. Lo keliatan bucin banget. Beda dari yang dulu. Tapi menurut gue selama lo seneng, gapapa. Selama lo bahagia, gue dukung. Tapi lo perlu tau satu hal kak. Semakin dalam lo mencintai seseorang, maka semakin besar juga seseorang itu akan melukai lo," kata Bima sembari menyesap susu cokelat yang baru saja ia buat.
Di tengah keheningan akan petuah yang baru saja Bima katakan, seseorang muncul dan bergabung ke arah mereka. Dara dengan piyamanya berjalan ke arah meja makan untuk mengambil air.
"Yang dikatakan Bima itu bener, tapi selama kamu sudah memantapkan hati pada satu orang dan yakin bahwa dia adalah orang yang pantas diperjuangkan, gapapa Nak. Lakukan sesuai kata hatimu, luka pun akan terasa menyenangkan jika orang itu adalah orang yang kamu pilih. Luka akan memberikan pembelajaran di masa depan. Setiap tindakan pasti ada hikmahnya, maka dari itu, nikmati semuanya selagi bisa. Jangan takut. Dirimu tau kapan harus berjuang dan kapan harus berhenti kok. Percaya aja," kata Dara lalu mencium pipi Bilqish dan Bima sebelum masuk ke dalam kamar lagi. Memang apa yang dikatakan ibunya benar. Dara sendiri tidak pernah memaksakan keinginan anaknya. Ia memberikan nasihat secara terbuka sehingga segala keputusan akan tetap menjadi pilihan penuh anaknya.
Bilqish memandang Bima dengan tatapan penuh arti. "Emang Sena gimana Bim?" tanya Bilqish membuat Bima langsung berpaling.
"Keputusan gue udah bulat buat pergi ke Jerman Kak. Demi kakek, demi keluarga kita. Itu prioritas gue saat ini..." kata Bima mantap lalu segera menuju kamarnya lagi dengan perasaan hancur. Bilqish tahu itu bukan keinginannya, tapi sekuat apapun Bilqish menentang pendapatnya, Bima akan memilih jalan yang sama.
Anyeongg!! Jadi di cerita ini ada side story dari cerita BimaSena yaaa secara mereka kn keluarga gitu dan BimaSena emang pakai Pov di Sena dan ngga terlalu diketarain partnya Bima. Nah sekalian di sini aku mau munculin dari sisi Bima walaupun tipis2 gituu. Jadi buat kalian yang belum terima dengan tindakan Bima yang seakan2 mendadak meninggalkan Sena bakal aku up penjelasannya di sini. Tapi untuk kisah Bilqish bakal tetap jadi main story kokk tenang ajaaa. Semoga kalian tetap suka yaaa see youuu🥰🤗
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top