44
"Bilqish!" panggil seseorang membuat gadis berambut panjang itu sontak menoleh ke sumber suara.
Bilqish cukup terkejut ketika melihat Ellie yang memanggilnya. Tak biasanya gadis itu memanggilnya mengingat betapa bermusuhannya mereka berdua.
"Tumben, kenapa?"
"Bisa ngobrol bentar nggak?"
"Soal apa?"
Ellie menghela nafasnya. Gadis di hadapannya ini sangat keras kepala, jadi mau tak mau ia harus mengalah kali ini. "Masalah Abi..."
Setelah nama Abi disebut, Bilqish langsung mengangguk dan mengikuti arah Ellie pergi. Ternyata mereka menuju gazebo kampus yang cukup sepi. Di hadapan gazebo tersebut langsung mengarah pada pancuran pusat fakultas ekonomi dan bisnis, fakultas mereka berdua.
"Ada apa?" tanya Bilqish yang walaupun mau diajak berbicara, ia tak mau berbasa-basi dengan gadis ini. Sikap menyebalkannya masih ia ingat, selalu.
"Sebelumnya gue mau minta maaf masalah kemarin. Gue nggak seharusnya menghakimi dan ngejudge lo seperti itu," kata Ellie dengan tulus. Ia pun merasa tak enak hati setelah mengatakan hal itu. Ia merasa bersalah terhadap Bilqish. Perkataannya tempo hari sungguh keterlaluan.
"Hmm... It's okay. Trus masalah Abi, masalah apa?"
Setelah mengucapkan permintaan maaf, jujur perasaan Ellie lebih lega sekarang. Dari respon yang Bilqish berikan, Ellie sendiri tak tahu apakah gadis itu mau memaafkannya atau tidak. Yang penting niat baiknya untuk meminta maaf sudah terlaksana.
"Lo tau kan beberapa hari yang lalu Abi diserang orang yang ngga jelas?"
Bilqish mengangguk. Orang itu membuat Abi terluka dan lebam di sekujur tubuhnya.
"Gue ngerasa ada yang aneh. Pasti ada orang yang sengaja bikin Abi kaya gitu."
"Atas dasar apa lo bilang kaya gitu?"
Ellie memandang taman yang ada di hadapannya dengan alis yang tertaut, berpikir. "Seperti yang kita tau, kampung Abi waktu itu ada pemadaman listrik. Seharusnya sebelum pemadaman ada himbauan dari PLN, tapi ini enggak. Anehnya, padamnya itu cuma sebentar. Sebelum Abi terluka sampai beberapa menit Abi ditemukan terkapar di halaman rumahnya. Timingnya kaya pas banget gitu. Ditambah kenapa juga tiba-tiba ada orang mukulin Abi tanpa ada alasan yang jelas? Abi juga ngga punya masalah sama orang. Jadi, menurut gue kejadian malam itu udah direncanakan."
"Hmm... masuk akal sih. Tapi balik lagi, kenapa? Kenapa Abi?"
Ellie menggelengkan kepalanya. Kini kepakan sayap kupu-kupu sedikit mencuri fokusnya sebelum beralih menatap Bilqish yang masih berada dalam pikirannya. "Itu yang perlu kita cari tau. Gue harap kita akur dalam masalah ini."
Kata 'akur' agaknya mendapat penekanan dalam kalimat tersebut mengingat hubungan Ellie dan Bilqish yang terbilang tidak cukup baik. Pandangan saling intimidasi selalu menghujam satu sama lain. Bahkan mereka tak segan-segan melontarkan kalimat menyakitkan untuk merasa puas melihat 'musuh'nya tersiksa walau sementara.
Bilqish mengangguk. Menurutnya pendapat Ellie kali ini benar. Pemukulan yang didapatkan Abi tempo lali benar-benar tidak wajar. Aneh.
"Yaudah gue mau ke kelas dulu." Ellie berdiri dari duduknya dan membenarkan tas ransel di punggungnya.
Bilqish masih diam, namun sebuah pertanyaan tiba-tiba terlintas di benaknya. Dengan cepat dan tanpa pikir panjang sebelum Ellie benar-benar pergi, Bilqish mengajukan pertanyaan itu yang akan menjadi pertanyaan yang paling ia sesali seumur hidup. Seharusnya dia tidak menanyakannya dan tidak semua yang abu-abu itu perlu diklarifikasi.
***
"Okay, ini latihan pertama kita. Jadi semangat semuanya!" Vian mengetuk stik drumnya memberi semangat. Di sampingnya sudah ada Drake sebagai gitaris dan juga Stella memagang keyboard. Di depan juga sudah ada Bilqish dengan gitar dan microphone.
The Moonkers merupakan band yang diawali dari band kampus yang kemudian mengepakkan sayapnya hingga mengikuti berbagai kompetisi di berbagai tempat, salah satunya menjuarai kompetisi yang diadakan oleh televisi nasional. Mereka menyalurkan hobi musiknya dengan manggung dari satu kafe ke kafe lain serta melakukan cover lagu di youtube. Sejauh ini penikmatnya juga banyak. Selain karena vokalistnya yang bisa menyanyikan berbagai genre, musik yang dibawakan oleh band ini selalu kompak dan menyalurkan energi positif.
"Semangat semangat! Untuk pemanasan kita pake lagunya Olivia Rodrigo yang Favorite Crime gimana?" tanya Stella.
Drake dan Vian langsung mengangguk setuju sedangkan Bilqish masih menatap linglung di depannya.
"Bil?"
"Bil?"
Sebuah tepukan di bahu membuat Bilqish terbangun dari lamunannya. "Eh kenapa?"
"Lagu pertama Favorite Crime gimana?"
"Olivia?"
Stella mengangguk.
"Yuk!"
Bunyi keyboard dan gitar masuk mengawali intro lagu yang sedang booming tersebut. Namun, setelah intro selesai, Bilqish tidak masuk ke dalam lagu tersebut membuat seluruh anggota band kebingungan.
"Bil, lo ada masalah apa sih?"
"Dari tadi kok ngga fokus. Kenapa?"
Bilqish menghirup udara banyak-banyak lalu mengusap wajahnya dengan gusar. "Sorry-sorry gue lagi nggak fokus. Gue cuci muka bentar ya."
Gadis itu segera turun dari panggung kecil menuju toilet yang ada di studio. Mereka bertiga yang melihat tingkah Bilqish kebingungan karena sebelumnya Bilqish tak pernah tak sefokus ini dalam latihan. Bahkan dia yang selalu semangat dan ceria.
"Lo tau dia ada masalah apa?" tanya Vian kepada Stella.
Stella menggeleng. "Gue nggak tau. Dia ngga cerita apa-apa. Kemarin juga baik-baik aja."
Sementara itu, Bilqish menatap pantulan wajahnya di depan cermin. Beberapa kali ia menepuk wajahnya dengan keras. "Sadar Bil! Sadar!" gumamnya. Namun, ingatannya saat bersama Ellie tadi sungguh mengusik pikirannya. Pertanyaan itu, pertanyaan bodoh itu, Sial!
"El, lo suka sama Abi?"
Ellie menatap Bilqish dengan senyuman. Perlahan kepala gadis itu mengangguk sebagai jawaban.
Sialan! Sialan!
Kenapa juga gadis itu harus mengangguk? Tidak tidak, kenapa juga Bilqish menanyakan pertanyaan bodoh itu? Dan kenapa ia harus sekesal ini dengan jawaban Ellie? Memang dia siapa? Memang Abi tidak boleh ada menyukainya gitu? Argh! Pikiran dan perasaan Bilqish sangat kacau.
Apalagi ia juga teringat dengan kejadian saat Abi dan Bilqish berada di sungai. Mereka membicarakan mengenai orang yang mereka sukai dan Abi berkata bahwa Ellie orangnya. Jadi, mereka berdua saling suka? Awalnya Bilqish merasa baik-baik saja, tetapi setelah dipikir-pikir, kenapa perasaan kesal ini muncul?
"Bil? Are you okay?" tanya Stella dari balik pintu.
Bilqish menatap dirinya sekali lagi di cermin. "Itu bukan urusan lo Bil. Lagian ya suka-suka mereka lah mau gimana. Fokus! Fokus!" batin gadis itu.
"Gue gapapa La," jawab Bilqish keluar dari kamar mandi dengan perasaan yang lebih baik.
Okeyyy akhirnya update ygy hihi. Ini cerita kapan tamatnya aku juga ngga tau wkwkwk sabar aja yaaa hihi
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top