42

"Joanna?" Aaron langsung berdiri menyalami sedangkan Bilqish mengernyit bingung. Sepertinya ia pernah melihat gadis ini, tapi dimana?

"Hallo Bilqish!" Kini Joanna atau yang biasa dipanggil Anna itu menyapa Bilqish. "Kita pernah ketemu di kantornya Pak Aaron."

Sekarang Bilqish ingat. Mereka bertemu saat Bilqish ke kantornya Aaron bersama Stella. Dia klien Aaron saat itu.

"Ah, iya. Sama siapa ke sini?" tanya Bilqish basa-basi.

Joanna menatap ke belakang. Di sana sudah ada seseorang dengan kemejanya, nampak tengah memainkan ponselnya sebentar sebelum menatap ke depan.

"Vian?"

Lelaki bertubuh jakung itu tak kalah terkejutnya dengan keberadaan Bilqish di sini, apalagi bersama kekasihnya, Aaron.

"Bilqish?"

"Kalian?" Bilqish menatap Joanna dan Vian bergantian. Gadis itu tahu maksud dari perkataan Bilqish dan langsung mengangguk sebagai jawaban.

Tentu jawaban itu membuat Bilqish geram. Ia segera mantap Vian dengan tatapan nyalang lalu menarik leher lelaki itu untuk diapit di ketiaknya. "Bener-bener ya lo! Kaga cerita apa-apa main jadian aja! Gila ya lo, lo anggep gue apa coy?" kata Bilqish dengan kesal.

"Ampun Bil, ampun... Gue bisa jelasin kok... Lepasin dulu..." Vian menepuk-nepuk lengan Bilqish untuk meminta ampun, namun tentu tak semudah itu untuk melepaskan jeratan dari kekesalan Bilqish.

"Sakit woyy! Heh pencitraan, ada pacar lo tuh!"

Sontak saja Bilqish melepas kaitan leher Vian di ketiaknya. Ia mengusap bajunya yang sedikit kusut lalu tersenyum penuh manis ke arah Aaron. "Maaf aku tadi mode hulk," katanya membuat Aaron tertawa. Ia segera mencubit pipi Bilqish dengan gemas.

"Haduh, kalo sama ayangbeb aja kaya hello kitty. Kalo sama gue..."

"Diem lo! Urusan kita belom selesai ya!" ucap Bilqish berusaha tenang ketika makanan mereka sudah sampai dan telah dihidangkan di mejanya.

"Yaudah Pak, Bil, saya ke sana dulu ya... Cari tempat duduk sama Vian."

Bilqish dan Aaron mengangguk bersamaan. Vian yang melihat kemesraan kedua insan itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Sekarang iya tahu bahwa cinta memang mengubah segalanya, termasuk sifat buas seseorang.

Setelah makan siang, Aaron dan Bilqish kembali ke kampus karena mobil Bilqish ada di sana. Mereka berdua akhirnya berpisah dengan urusan masing-masing. Aaron dengan pekerjaan kantornya, sedangkan Bilqish tak tahu. Ia tak tahu harus berbuat apa. Bingung.

Gadis itu menatap kosong ke depan. Lagu berjudul Butterfly karangan michaelachel memasuki indra pendengarannya. Senyumnya yang terangkat lantaran mendengar lirik lagu harus segera pudar mengingat kejadian semalam.

Ya, mengenai telepon Abi yang tiba-tiba saja putus tanpa sebab. Ia juga baru sadar bahwa semenjak itu Abi belum menghubunginya sama sekali. Aneh, perasaan khawatir dan cemas menyeruak di rongga dada Bilqish hingga gadis itu sesak.

Buru-buru gadis itu menyalakan mobilnya dan bergerak cepat keluar area kampus untuk pergi ke rumah Abi, memastikan bahwa lelaki itu baik-baik saja atau harinya tidak akan tenang.

Jalanan Kota Jakarta sungguh macet hari ini. Selain karena jam makan siang, banyak sekali kendaraan yang berlalu-lalang tanpa henti.

Bilqish melihat arlojinya yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah hampir lima belas menit ia terjebak di jalanan ini, membuatnya hampir frustrasi.

Sedikit demi sedikit mobil mulai maju. Bilqish dengan kesabaran ekstra yang entah datangnya dari mana hanya bisa menghela nafas ketika banyak di sana sedang menekan klaksonnya demi menyalurkan kekesalan ini. Baginya hal itu tidak berguna, hanya menambah kekesalan saja hingga sampai membuat mood hancur. Ia memilih untuk menyalakan musik. Sebuah lagu dari Lorde berjudul Team tiba-tiba mengalun, membawanya ke sebuah kenangan bersama Abi di sini. Di dalam mobil ini.

"Aish, gue pengen cepet-cepet jambak si Abi gara-gara bikin gue penasaran!" gerutu Bilqish dengan kesal tetapi tersenyum.

Mobil itu akhirnya tiba di sebuah perkampungan yang nampak asri. Kontrakan dengan sepetak tanah di depan sebagai taman bunga terlihat. Bilqish dengan segera keluar dari mobil dan menggedor pintu.

"Siapa?" tanya seseorang dari dalam.

"Bilqish. Ini gue Bi," jawab Bilqish dengan sedikit kerutan di dahinya. Tak biasanya lelaki itu menanyakan siapa tamu di rumahnya. Biasanya ia akan langsung membukakan pintu.

"Masuk aja Bil..." kata Abi.

Bilqish membuka pintu rumah yang ternyata tidak dikunci. Di dalam rumah juga sepi, tak ada tanda-tanda keberadaan Abi di sana.

"Aku di dalam kamar," teriak Abi lagi.

Gadis itu mengikuti sumber suara dan masuk ke dalam kamar Abi yang super rapi. Ini sudah beberapa kalinya ia masuk ke sini mengingat dulu Riko pernah tidur di atas ranjang Abi.

Satu pemandangan yang membuat Bilqish terkejut adalah wajah Abi yang penuh lebam. Gadis itu segera berlari ke arah Abi, menatap wajah lelaki itu dengan saksama sembari berkaca-kaca. "Lo kenapa? Kenapa bisa gini? Ada apa? Kok ngga cerita kenapa?"

Abi tersenyum. Ia menatap Bilqish dengan tatapan haru. Ini rasa khawatir yang ia butuhkan. Jika seperti ini, rasanya segala sakit yang ia dapatkan begitu setimpal.

"Duduk dulu Bil... Tenang ya, tenang..." kata Abi sembari menepuk celah di kasurnya agar Bilqish bisa duduk di sana.

"Gimana gue bisa tenang kalo keadaan lo begini?" Bilqish nyaris frustrasi, emosinya tak terkendali.

"Aku gapapa Bilqish... Ini cuma luka ringan kok. Jangan khawatir, okay?"

Gadis itu menggeleng, ia mengusap air matanya yang menetes. Di balik sikap baja Bilqish, gadis itu sangat lemah jika orang yang ia sayangi terluka. Apalagi itu seorang teman yang berarti. Ya, seorang teman.

"Siapa yang bikin lo kaya gini ha? Siapa si brengsek itu?"

"Maaf yaa..."

"Maaf buat?"

"Matiin telepon tanpa ada alasan yang jelas dan nggak bisa ngabarin. Hpku rusak."

Bilqish menganga. Gadis itu memukul lengan Abi dengan sekuat tenaga. Di saat kondisinya seperti ini, bisa-bisanya ia malah mempermasalahkan hal sesepele itu? Hey, yang benar saja...

"Are you fuck kidding me? Bi, keadaan lo begini dan yang lo khawatirin malah masalah itu?"

Abi mengangguk.

"Shit! Trus siapa yang bikin lo kaya gini? I mean, gimana kronologinya?"

Abi akhirnya menceritakan semuanya yang terjadi pada malam itu ketika dua orang tak dikenal tiba-tiba datang dan menghajarnya tanpa alasan yang jelas, tanpa ada aba-aba. Abi yang tidak siap dan sigap tentu kalah. Apalagi badan mereka tentu tidak sebanding dengan badan Abi. Hanya ada satu petunjuk, tato mawar yang ada di salah satu lengan pelaku.

"Okey, bakal gue cari pelaku itu sampai ketemu," kata Bilqish dengan emosi.



Hallo hallo akhirnya update nih hehehehe

Nungguin yakk? Maaf yaaa hiatus lamaa. Maaf juga jadi kurang konsisten. Makasii udah menunggu cerita inii. Luvvv

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top