34

Bilqish mengendarai mobilnya untuk pulang ke rumah. Tubuhnya terasa sangat remuk sekarang mengingat sedari pagi ada banyak hal yang harus ia urus, mulai dari ujian hingga kondisi Riko.

Gadis itu ingin segera menyegarkan tubuhnya lalu bergegas tidur. Mungkin kasur queen sizenya sedang menantinya sekarang. Namun, ekspektasinya tak seindah itu ketika ia memasuki rumah, ada Aaron yang sudah duduk manis menunggunya di ruang tamu bersama Dara.

"Itu anaknya sudah pulang." Dara bangkit dari duduknya padahal Bilqish sudah memberikan tanda-tanda bahwa ia sedang tidak ingin berbicara dengan Aaron sekarang. Namun, Dara malah berbisik. "Kalau ada masalah lebih baik dikomunikasikan, dicari jalan keluarnya, jangan menghindar," katanya lalu pergi.

Suasana ruang tamu tiba-tiba mencekam. Bilqish sibuk bermain ponselnya padahal ia hanya melakukan scroll tanpa jelas sedangkan Aaron masih diam mengamati kekasihnya yang sedang marah. Tiba-tiba lelaki itu tersenyum.

"Kamu lucu deh," kata Aaron.

Bilqish menghentikan scroll randomnya lalu menatap Aaron sebentar. "What?"

"Bilqish..."

Bilqish kembali menggulir layar ponselnya. Tak berniat untuk menanggapi Aaron sedikitpun. Tak kehabisan akal, Aaron mulai pindah tempat duduk mendekati Bilqish. Bilqish yang merasakan Aaron semakin mendekat segera menjauh perlahan-lahan.

"Bil... Udah ya marahannya," kata Aaron kembali mendekati Bilqish. Namun, gadis itu masih tetap cuek dan jutek.

"Sayang..." panggil Aaron dengan lembut. "Aku salah. Aku terlalu emosi saat itu. Maafin aku ya," lanjutnya.

Mendengar nada tulus dari Aaron membuat Bilqish sedikit luruh. Jika diingat-ingat masalah mereka sepele hanya saja kondisi keduanya yang tidak mendukung membuat emosi mereka saling meluap-luap.

"Oh ya, tadi aku mampir beli kebab." Aaron mengambil sebungkus kresek berisi puluhan kebab dengan topping yang berbeda-beda. Ada yang topping daging sapi dan ayam dengan variasi saus yang berbeda-beda pula. Sangat lengkap. "Kamu mau?"

Bilqish menggeleng. Masih sok jual mahal.

"Yakin nggak mau?"

Lagi-lagi Bilqish menggeleng.

Aaron yang melihat itu hanya tersenyum. Ia mengambil sebungkus kebab lalu memakannya dengan lahap. "Yaudah kalo nggak mau. Aku makan ya..."

Suara kulit kebab yang crunchy dengan aroma daging sapi yang menguar membuat Bilqish menelan salivanya dengan susah payah. Ia melirik Aaron yang tampak menikmati kebabnya dengan sungguh nikmat. Ya Tuhan ujian apa kali ini. Apa yang harus Bilqish lakukan? Luruh saja demi sebuah kebab?

"Enak banget! Makanya kata Bima kamu suka banget sama kebab ini. Tapi sayang ya, kamu sekarang lagi nggak mau kebab," kata Aaron menggoda.

Bilqish meneguk salivanya sekali lagi. Ia benar-benar mendambakan kebab itu sekarang. Apalagi perutnya yang belum terisi ini meronta-ronta.

"Oh iya, aku mau ke toilet dulu ya..." Aaron mengusap bibirnya dengan tisu lalu pergi menuju toilet di dalam rumah. Saat itulah Bilqish celingak-celinguk melihat kepergian Aaron. Gadis itu langsung beraksi menatap kumpulan bungkusan kebab di hadapannya. Dengan sigap, ia mengambil satu bungkus lalu membukanya perlahan.

"Aaa! Enak!!" Pekiknya dengan pelan kemudian terus memasukkan suapan-suapan kebab itu ke dalam mulut.

"Kamu ngapain?"

Tiba-tiba suara itu datang membuat Bilqish segera terbatuk, tersedak dengan kebab yang penuh di mulutnya.

Aaron yang melihat itu segera mengambil air dan menepuk punggung Bilqish dengan pelan. "Makannya pelan-pelan dong Bil. Minum dulu..." kata lelaki itu.

Setelah meminum segelas air putih itu, Bilqish memukul lengan Aaron dengan keras. "Gara-gara kamu ngangetin aja!"

"Kamu sih makannya kayak mau maling aja. Udah mengendap-endap, rakus pula!" tawa Aaron mengusap rambut Bilqish yang langsung ditepis oleh gadis itu.

"Kita belum damai ya!"

Aaron menggeleng. "Damai dong, masa kamu nggak kangen sama aku?"

"Nggak!" jawab Bilqish tegas. "Ngapain kangen kamu, kayak nggak ada kerjaan lain aja."

Lelaki itu tersenyum, menyodorkan sebungkus kebab lagi yang langsung diterima oleh Bilqish. Sebenarnya meluluhkan hati Bilqish itu gampang, cukup alihkan perhatiannya tentang masalah yang terjadi bukan malah mengungkitnya terus menerus.

"Jadi hari ini ngapain aja? Katanya Stella, kamu udah ketemu Riko ya?" tanya Aaron sambil menyuapkan kebab ke mulut Bilqish. Gadis itu tentu menerimanya. Sembari mengunyah, Bilqish bercerita mengenai kondisi Riko sekarang, mulai dari orangtuanya yang akan bercerai sampai kecanduannya pada narkoba. Aaron mendengarkan segala cerita Bilqish dengan baik dan sesekali menimbali jika diperlukan.

"Menurutmu aku harus gimana?" tanya Bilqish di akhir ceritanya. "Oh iya, kamu nggak beliin minum?"

Aaron tertawa. Ia dengan gemas mencubit pipi Bilqish yang lucu. Entah mengapa vibes Bilqish yang menyeramkan ala rocker seolah luntur di hadapan Aaron. Gadis itu terlihat sangat cute dan menggemaskan. Rasanya sangat ingin ia bawa pulang.

"Ih! Nggak beli ya?"

Aaron mengarahkan dagunya pada kulkas yang ada di dapur. "Ke dapur gih. Ada di kulkas," jawabnya.

Bilqish segera berlari terbirit-birit menuju dapur. Gadis itu memekik kegirangan ketika berbagai macam varian booba memenuhi almari pendingin tersebut. Banyak, banyak sekali sampai Bilqish bingung mau meminum rasa apa.

"Aaron! Boobnya banyak banget!" kata Bilqish dengan tangan yang penuh minuman kenyal itu. "Aku pengen rasa brown sugar tapi juga pengen rasa red velvet. Rasa vanilla juga kayaknya enak! Aaa aku bingung," teriaknya.

"Minum semuanya aja sayang. Kan itu punya kamu." Aaron menarik Bilqish untuk kembali duduk di sampingnya. "Minumnya sambil duduk."

Bilqish mengangguk. Ia tanpa henti meminum boba dengan berbagai macam rasa tersebut, tentu saja tak lupa dengan kebab beraneka macam rasa itu.

"Menurut aku, orang tua Riko harus tau keadaan Riko sekarang. Secara Riko kan anak mereka dan untuk langkah selanjutnya biarkan orang tua Riko yang mengurus, entah nanti harus direhabilitasi atau diapakan, itu sudah menjadi ranah tanggung jawabnya orang tua Riko. Gimana?"

"Setuju sih, tapi gimana cara ngomongnya?"

Aaron mengusap saus kebab yang belepotan di bibir Bilqish. "Orang tua Riko itu temannya orang tua kamu dan orang tua aku Bil. Aku kenal kok sama mereka dan beberapa kali ada project bareng. Gimana kalau besok habis kuliah kita ke perusahaan ibunya? Tante Alisa pasti mau bantu."

"Okay deh! Besok jam 1 siang ya!"

"Iya sayang," jawab Aaron dengan senyuman. Rasanya lega sekali melihat Bilqish tidak marah lagi kepadanya.




Jomblo nyimak aja yaaa wkwkw
Begini amat kalo lagi ngontrak di bumi hahah pindah pluto yuk!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top