29

"Jadi lo suka sama Ellie?" tanya Bilqish dengan tak percaya.

Abi mengangguk dengan lamban. "Dia gadis yang baik."

"Tapi apa nggak ada cewek lain gitu Bi? Kenapa harus Ellie?"

Kenapa harus Aaron?

"Ya karena dia Ellie."

"Kalo gue minta lo buat nggak sama Ellie, lo mau?"

Kalau aku minta kamu jangan sama Aaron, kamu mau?

Abi menggeleng. "Kalau aku nggak sama Ellie, trus sama siapa?"

Bilqish menghela nafasnya. "Cewek lain kan banyak. Jangan Ellie dong!"

Cowok kan banyak, kenapa harus sama Aaron. Kenapa bukan aku?

Sedetik kemudian mereka berdua saling bungkam, membiarkan gemericik air yang mendominasi. Perdebatan yang tak kunjung habisnya itu nampak menguras emosi keduanya. Sebenarnya Bilqish sendiri tak punya hak untuk melarang Abi memilih tambatan hatinya. Tetapi entah mengapa, Bilqish perlu melakukannya untuk Abi. Bilqish tak mau jika Abi akan terluka dan kecewa. Apalagi pada seseorang yang kelak menjadi kekasih pertamanya itu. Ya, seumur hidup Abi belum pernah berpacaran. Itulah mengapa Bilqish mencoba menjaga hati Abi yang masih polos dan suci itu.

"Bil..."

"Hmm?"

Abi tahu. Bilqish sedang marah sekarang. Ia tahu bahwa gadis itu melakukannya untuk kebaikan dirinya sendiri. Tapi Abi sendiri juga tahu apa yang terbaik untuknya. Abi tahu mengapa ia memilih jalur ini dan Abi sangat paham betul bagaimana perasaannya sekarang. Perasaan bertepuk sebelah tangan.

Cinta sepihak sudah menjadi hal yang lumrah bagi sosok seperti Abi. Ia tak bisa mengungkapkan apa yang ia rasakan, berakhir pada keputusasaan dan persahabatan. Abi tahu diri. Ia tak layak mendapatkan cinta dan kasih sayang seseorang yang berbeda level dengannya seperti Bilqish. Itu terlalu berlebihan. Abi tidak bisa mengimbanginya. Berbeda dengan Ellie. Ia tahu seluk beluk gadis itu dan tak ada alasan untuk menolak keberadaannya. Walaupun sekarang masih belum ada rasa, tapi Abi ingin mencobanya.

"Bil, aku tahu perasaan cemas dan khawatir kamu itu mendasar. Tapi aku tahu mana yang terbaik untukku. Untuk hatiku dan aku rasa Ellie adalah jawabannya."

Bilqish mengambil tasnya lalu berdiri dari bebatuan. "Gue mau ke kampus."

Sisa perjalanan menuju kampus mereka lalui dengan diam. Bilqish sendiri tak tahu jenis perasaan apa yang ia rasakan sekarang. Entah ia cemburu karena Abi memilih Ellie yang sangat ia benci entah kenapa atau karena Abi sama sekali tidak mau menuruti permintaannya. Bilqish tak tahu.

"Bil..." panggil Abi dengan terus menatap Bilqish sedangkan gadis itu terus fokus pada jalanan.

"Bisa diem nggak!" bentak Bilqish yang sudah kelewat emosi. "Terserah lo deh mau siapa aja. Gue juga nggak peduli Bi. Lo mau sama Ellie kek, mau sama siapa kek. Gue. Enggak. peduli."

Bilqish membanting pintu mobil ketika mereka sudah sampai parkiran. Emosinya meluap-lupa hingga tak terbendung lagi. Rasanya semuanya menjadi menjengkelkan baginya.

Abi yang melihat itu hanya menatap nanar punggung Bilqish yang kian menjauh. "Kalau aku suka kamu, emang aku pantas Bil?"

***

"Bil, kenapa sih? Kusut banget tuh muka. Berantem ya sama Aaron?" tanya Stella ketika mereka berdua di kantin kampus setelah melakukan ujian.

Bilqish menaruh kepalanya di meja. Perasaannya kacau. Bayang-bayang perdebatan tadi dengan Abi sungguh menghantuinya sampai dia tidak fokus dalam ujian. Persetan dengan nilainya tadi, sekarang Bilqish nampak sudah tidak peduli lagi.

"Mau makan tteokbokki?" tanya Stella.

"La gue lagi kesel. Bener-bener kesel sama orang!"

Stella tersenyum. Ia segera menggandeng tangan Bilqish lalu mengajaknya dengan sedikit paksaan. "Cerita sambil makan tteokbokki yuk!" ajak gadis itu.

"Jadi gimana?"

Bilqish memasukkan satu tteokbokki pedas ke mulutnya. "Lo pernah ngga sih benci orang tapi nggak ada alasannya? Kayak ya benci aja gitu? Dia nggak ada salah sebesar itu sih. Tapi setiap liat dia selalu muak, dongkol, kesel."

"Pernah sih. Kenapa?"

"Kalo sahabat lo suka sama orang yang lo benci gimana?"

Stella menatap Bilqish dengan selidik. "Sahabat? Siapa? Vian? Atau Riko?"

"Lo nggak perlu tau siapa orangnya. Gimana dong?"

"Ya pertama gue bakal tanya apa yang buat dia jatuh cinta sama tu orang trus gue jelasin tentang perasaan gue ini kalo gue nggak suka sama pacarnya."

"Trus trus?"

"Kalo dia tetep mau sama pacarnya ya udah. Mau gimana lagi? Dia berhak bahagia dan mungkin kebahagiaan itu dia temukan dari diri orang itu. Peran gue sebagai sahabat udah sampai di tahap menjelaskan dan mengingatkan aja. Setelah itu segala keputusan udah milik dia," jelas Stella lalu meminum sodanya.

Bilqish yang mendengar penjelasan Stella hanya terbengong. Ia kemudian bertanya lagi. "Lo nggak masalah gitu sahabat lo pacaran sama orang yang lo benci?"

"Masalah. Masalah banget. Tapi gue bisa apa? Statusnya kan cuma sahabat, nggak lebih. Ini lo khawatir sama sahabat lo atau cemburu kalo dia deket sama orang lain sih?"

Seketika Bilqish tersedak ludahnya sendiri. Ia mengulurkan tangannya untuk meminum air putih sembari menepuk-nepuk dadanya. Tiba-tiba rasa pedas tteokbokki menyengat indra penciumannya. "Gi–gila apa ya gue cemburu? Nggak mungkin lah!"

"Ya nggak perlu kaget juga kali Bil sampe kesedak gitu," kekeh Stella. "Sekarang gue yang tanya."

"Tanya apa?"

"Menurut lo antara saudara sama sahabat, lo pilih yang mana?" tanya Stella dengan mata penuh harap.

Segini dulu ya guys updatenyaa hehe makasii udah bacaaa

See u next part❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top