20
Abi segera mencari baju-baju yang ada di almarinya yang akan berderit ketika dibuka. Matanya dengan teliti melihat satu demi satu baju yang ada di sana. Kebanyakan dari baju itu adalah pemberian orang, baik saudaranya ataupun tetangga sekitar. Bahkan untuk membeli baju pun tidak pernah terlintas di pikiran Abi. Ia harus berhemat agar bisa makan keesokan harinya.
Seingatnya, dulu bosnya memberikan setelan kemeja dan juga jas berwarna hitam kepadanya. Namun, sudah berjam-jam ia mencari, setelan itu tak juga ditemukan. Tak mau menyerah, lelaki itu segera mengangkat semua pakaiannya dan menaruhnya di lantai. Dengan telaten ia memilah satu per satu pakaian itu agar tidak terlewatkan satupun. Sebenarnya Adit tadi sudah berniat meminjaminya jas, tetapi setelah ia pakai, jasnya terlalu kecil di tubuhnya. Maklum, jas milik Adit pun bekas wisuda SMA dulu.
"Alhamdulillah ketemu!" ucap Abi dengan senang. Ia segera memasangkannya di tubuhnya. Pas dan terlihat masih bagus. Ia hanya perlu menyucinya dan berharap besok pakaian itu sudah kering.
Abi merebahkan tubuhnya di kursi yang berada di luar rumahnya. Ia melihat ke atas langit malam yang memperlihatkan bulan yang sangat cantik. Suara jangkrik saling sahut bersahutan, membuat suasana malam itu begitu tenang. Jika di malam hari, lingkungan rumahnya sangat sepi. Semuanya sudah masuk ke rumah masing-masing kecuali ibu-ibu yang akan berangkat ke pengajian.
Abi menyalakan MP3 playernya. Ia mendengarkan lagu itu sembari menutup matanya. Sebuah kalimat dari Aaron kembali terbesit di pikiran. Ya Tuhan, Abi harus apa? Bukankah dia hanya bisa mengangguk ketika seseorang meminta bantuannya.
Abi adalah tipikal orang yang tak enakan. Ia paling sungkan menolak ajakan atau bantuan yang diminta orang. Ia tahu kadang ajakan atau bantuan itu sangat sulit untuknya. Tetapi selama ia bisa melakukannya dan membantunya, Abi pasti bantu. Oleh karena itu, ketika Aaron meminta bantuannya, Abi spontan mengangguk. Ia sudah terbiasa melakukannya, melukai perasaannya untuk orang lain.
"Memangnya saya siapa? Memangnya saya berhak? Tidak! Mas Aaron lebih pantas. Mas Aaron adalah orang yang tepat. Saya harap dia bisa membahagiakan Bilqish. Semoga..."
***
Ellie memperhatikan Givan yang menerangkan laporan makalahnya kepada gadis itu. Namun, sepanjang penjelasan itu, Ellie benar-benar tidak bisa fokus dan menangkan bahasan yang Givan berikan. Aneh, padahal jika Abi yang menerangkan materi-materi itu akan langsung terserap di otak dan dalam hitungan detik saja ia sudah paham.
Sudah hampir dua puluh menit Givan menjelaskan, tetapi Ellie hanya garuk-garuk kepala saja. Givan yang notabene adalah teman sekelas Ellie hanya tersenyum maklum. Menjelaskan bukanlah keahliannya.
Tiba-tiba seseorang berjalan ke arah mereka. Dia adalah Abi. Lelaki itu terlihat santai dengan kemeja kotak-kotak yang menjadi identitasnya.
"Abi!" Givan segera memanggil. Sontak saja Ellie berpaling dan ikut ke arah mata Givan. Benar saja, ada Abi di ujung jalan. Hal ini membuat senyum Ellie terbit.
"Ada apa Van?" tanya Abi yang mendatangi Givan.
"Ini Ellie minta jelasin makalah gue. Tapi gue nggak bisa jelasinnya. Tolong dong jelasin, gue ada urusan bentar lagi," pinta Givan yang segera mengemasi barang-barangnya.
Abi yang mendengar itu hanya diam, lalu duduk di samping Ellie. "Trus makalahnya gimana?"
"Udah bawa dulu aja. Gue cabut dulu ya!" Givan mengerling ke arah Ellie. Sebelum lelaki itu pergi, ia sempat berbisik ke arah gadis itu. "Thanks me later," ucapnya membuat Ellie hanya bisa tersenyum.
Sebelum menjelaskan kepada Ellie, Abi nampak membaca makalah itu dan memahaminya perlahan-lahan. Setidaknya ia paham dengan konteks bacaannya agar Ellie pun bisa paham dengan apa yang akan ia jelaskan nanti.
Sembari menunggu Abi membaca, mata Ellie tak luput pemandangi Abi. Gadis itu terlewat kagum dengan pesona Abi yang menarik dengan cara lain. Lelaki itu begitu serius membaca, menambah kadar kegantengan dalam diri Abi.
"Bi, ikut gue yuk!" Ellie segera menarik Abi hingga lelaki itu kebingungan.
"Kemana?" tanya Abi yang terburu-buru merapikan makalah milik Givan.
"Make over," ucap Ellie dengan senyum ramah.
Abi dan Ellie sudah sampai di salah satu toko pakaian yang menjadi toko langganan Ellie. Toko itu tidak besar, semacam distro yang mempunyai beragam pakaian wanita dan pria dengan motif yang tidak pasaran. Seperti limited edition dan motifnya mendesain sendiri.
Ellie segera menjelajahi area itu. Ia memilih baju-baju yang ada di sana sembari sesekali menatap Abi. Gadis itu begitu sibuk mengambil beberapa kemeja, kaos, dan juga celana. Dengan bakat mode yang ia lihat di fyp tiktik, Ellie mulai memberikan beberapa set outfit agar Abi coba.
Pada set outfit pertama Abi menggunakan hoodie maroon oversize dengan celana jeans berwarna light blue, namun Ellie nampak menggelengkan kepalanya. "Ganti," lanjutnya.
Abi mendesah, kembali ke ruang ganti untuk mencoba outfit selanjutnya. Kali ini ia memakai jaket jeans robek dengan dalaman kaos garis-garis hitam serta memakai celana jeans hitam ketat. Melihat hal itu membuat Ellie terpana. Sosok Abi benar-benar berbeda. Tetapi tetap saja ada yang kurang. Hmm, jika dilihat lagi outfit itu terlalu ekstrem bagi Abi yang sedang melakukan perubahan penampilan.
Lelaki itu kembali ke ruang ganti lalu mencoba outfit terakhir. Ellie memilihkan ini karena Abi terlihat suka dan cocok sekali dengan kemeja kotak-kotak. Akhirnya, ia mamadupadankan kemeja kotak-kotak berwarna hitam dengan kaos berwarna putih. Tak lupa celana jeans berwarna hitam. Setelah lelaki itu keluar, Ellie nampak berdiri, bertepuk tangan meriah. "Waw! Ini bener-bener kayak bukan lo, Bi!" gadis itu menghampiri Abi lalu sedikit melipat lengan kemeja kotak-kotak itu. Tangannya juga nampak mengacak-acak rambut Abi yang selalu rapi. Perubahan ini membuat Ellie terkesima.
"Emangnya saya pantes pake baju begini?" tanya Abi yang melihat dirinya di kaca dengan tatapan aneh.
Ellie menggeleng. "Lo cakep parah! Bangga gue sama hasilnya," ucap gadis itu dengan takjub.
"Udah? Saya mau ganti baju dulu aja. Sebentar lagi ada kelas," kata Abi yang hendak melepas kemejanya itu.
"Heh, siapa suruh lepas? Pake aja, udah gue beli kok tadi..."
Mendengar perkataan Ellie membuat Abi memandang gadis itu tak percaya. Apa katanya tadi? Membeli outfit ini? Hey, yang benar saja... ini kan mahal, apalagi Ellie membeli seluruhnya untuk dirinya?
"Loh, Mboten usah El... Saya nggak punya uang buat gantinya nanti." Abi melepas kemejanya lalu menggantungkannya lagi ke rak baju. Ia merasa tak enak hati jika Ellie memperlakukannya demikian. Apalagi membeli baju yang tentu harganya tidak murah. Abi akan sangat merasa terbebani dengan hal ini.
Ellie meraih kembali kemeja itu, memasangkannya ke tubuh Abi dengan pelan. "Gapapa, anggap aja ini hadiah dari gue atas tutor lo selama ini. Ya?"
"Tapi..."
"Hust! Nggak ada tapi-tapian! Udah terima aja, lo pantes banget pake baju ini. Oh ya, bentar lagi ada kelas kan? Yuk balik ke kampus," ajak Ellie tanpa memberikan kesempatan kepada Abi untuk mengelak.
Lelaki itu mengangguk pasrah. "Matur suwun ya Ellie..." katanya membuat Ellie tersenyum. "Sama-sama Abi..."
***
Selama perjalanan menuju koridor, semua mata nampak tertuju pada Abi dan Ellie. Apalagi kaum hawa yang terang-terangan nampak menatap Abi dengan sorot mata tertarik. Beberapa di antaranya langsung berbisik dan memekik. Ini aneh, seumur hidup Abi tak pernah dipandang seperti ini. Memang apa yang salah dengannya?
"El, kenapa semua orang mandang saya seperti itu?"
Ellie menatap Abi yang merasa penasaran, gadis itu hanya terkikik geli. "Udah nikmatin aja... Lama-lama pasti terbiasa kok!" ujarnya.
Bukan ini jawaban yang Abi pinta. Ia hanya ingin mengetahui apa yang orang-orang lihat dari dirinya? Apakah penampilannya aneh? Apakah ia terlihat berbeda? Entahlah...
Tiba-tiba saat Abi hendak berbelok ke koridor selanjutnya, seseorang nampak menabrak lelaki itu.
"Jalan tuh pake mat— Loh? Abi?" teriak seorang gadis tepat di hadapan Abi. Gadis itu nampak terkejut melihat seseorang yang ada di hadapannya ini. Sepertinya Abi, tetapi sepertinya juga bukan.
"Assalamualaikum Bilqish!" sapa Abi dengan senyum.
Bilqish langsung membekap mulutnya tak percaya. "I—ini beneran Abi? Abimanyu kan?"
Abi mengangguk, tersenyum melihat reaksi Bilqish yang tak terduga.
Bilqish langsung melihat-lihat oufit Abi hari ini. Ia bahkan memutari tubuh Abi dengan leluasa, menghiraukan tatapan tajam dari Ellie. "Waw!" katanya sembari tersenyum.
"Wadaw, si cupu glow up nih!" Sambung Vito dengan tertawa meledek.
"To! Diem deh," timpal Stella yang tak ingin membuat keributan karena perkataan Vito yang dapat memancing emosi.
Keren banget anjir!
"Bi, katanya mau masuk kelas?" Ellie mengintrupsi membuat Abi mengangguk. Ia segera berpamitan kepada Bilqish dan berjalan memasuki kelas.
"Jangan lupa ntar malem!" Teriak Bilqish diikuti anggukan oleh Abi.
Gadis itu menatap kepergian Abi sampai lelaki itu menghilang di balik kelas. Tiba-tiba senyum terbit di bibirnya. "Anjir, kok dia makin keren sih!"
***
Rumah megah keluarga Keylan kini disulap menjadi taman horor dengan nuansa dark yang menawan. Karena konsep ulang tahun putri sulungnya, rumah ini didekorasi sedemikian rupa untuk menjadikannya pesta halloween. Berbagai pernak-pernik seperti labu, hantu, laba-laba, kelelawar, dan berbagai hal mistis lainnya terpasang memenuhi ruangan. Sajian makanannya pun dibuat dengan bentuk aneh-aneh, seperti mata, gigi, tengkorak, dan lain-lain.
Bilqish sudah siap dengan gaun hitamnya yang menawan ala putri vampir. Ayah dan Bundanya juga sudah memakai kostum yang sama ala keluarga Cullen di film Twilight. Mereka nampak serasi dibalutan gaun dan jas hitam kecuali Bima. Lelaki itu beda sendiri daripada anggota keluarga lainnya.
"Kak, gue heran deh. Kenapa sih lo pake tema hantu-hantu gini? Ribet banget anjir!" keluh Bima yang tak suka dengan konsep pesta ulang tahun kakaknya itu. Apalagi untuk acara ini Bilqish menyuruh Abi memakai kostum pocong yang membuat setiap orang takut ketika melihatnya. Yang lain mah masih bagus pakai kostum vampir, dracula, joker, dan lain-lain. Hanya dia saja yang menjadi hantu lokal. Kalau bukan atas permintaan Bilqish ia mah ogah-ogahan. Kasian...
"Bunda nggak setuju gue pakai konsep rocker. Yaudah pakai konsep ini aja biar gue tetep bisa pakai baju nggak terlalu girly dan serba hitam!" kata Bilqish menjawab pertanyaan adiknya itu.
"Hitam apaan! Gue putih begini. Mana lusuh anjir! Tega banget ya lo jadiin gue hantu lokal sendiri!"
Bilqish segera memukul kepala adiknya itu. "Yaelah setahun sekali doang! Kemarin pas lo ultah gue jadi dora juga mau-mau aja! Sekarang lo jadi pocong ya harus mau lah!"
"Kakak laknat lo! Gila!" umpat Bima kesal sendiri.
Gadis itu segera pergi dari sana sebelum bertengkar dengan adiknya itu. Ia memberi sapaan kepada teman-temannya yang datang. Kostum mereka juga unik dan beragam. Ada yang memakai kostum dracula, joker, bermake up berdarah-darah, sampai pucat. Karena Bilqish akan memberikan award best kostum, mereka akhirnya niat sekali menggunakan kostum terbaiknya.
"Hai!" Seseorang datang menyapa Bilqish. Lelaki itu adalah Aaron. Malam ini ia menggunakan kostum ala joker dengan warna rambut yang sengaja dicat menggunakan warna hijau.
"Hai!" balas Bilqish.
"Gue kira lo pake kostum Harley, makanya gue pake Joker," terdengar nada sedih di sana. Memang pada awalnya ia ingin menggunakan kostum Harley, pasangan Joker. Tetapi entah mengapa ia ingin menggantinya dengan kostum ala vampir. Akhirnya kostum itu ia berikan kepada...
"Loh, Aaron pake Joker?" Stella datang di antara keduanya. Ia memakai kostum Harley yang sempat ingin Bilqish pakai.
"Nggak couplean sama Bilqish, coupleannya sama lo!" Aaron terkekeh. Ia berusaha menyembunyikan perasaan kecewanya atas kostum yang tidak senada denga Bilqish di hari ulang tahunnya.
"Idih, mana niat banget lagi rambutnya disemir ijo!" Stella tertawa meledek rambut Aaron yang berwarna hijau menyala.
"Daripada elo, kayak ubanan," lanjut Aaron meledek.
Keduanya saling tertawa dan beradu sedangkan Bilqish terus menatap pintu masuk untuk menunggu seseorang. Ia tengah menunggu Abi.
Keylan nampak mendetingkan garpu ke gelasnya sehingga menimbulkan suara yang nyaring. Suara ini diguakan untuk menghimabu tamu yang datang untuk tenang dan berpusat kepadanya yang akan meyampaikan ucapan pembukaan acara. Di acara ini juga dihadiri oleh keluarga dari ibunya, yaitu Riyan, Martha, dan Fadli serta teman-teman ayah dan bundanya, seperti Dino, Doni, Luna, Maya, Davon, serta istrinya Grace. Ia juga mengundang Jihan dan Allura (anak Luna dan Doni).
"Selamat malam semuanya," sapa Keylan sembari melihat satu per satu tamu undangan yang datang. "Perkenalkan, saya Keylan, ayahnya Bilqish. Di sini saya ingin mengucapkan terima kasih banyak atas kehadirannya di acara ulang tahun putri semata wayang kami, Azkeyra Bilqish Farzana yang genap usia 22 tahun. Saya harap di umur ini, Bilqish menjadi putri yang sholehah, tidak petakilan, sehat, berbakti kepada orang tua, dan juga menjadi anak yang membanggakan nusa, bangsa, dan agama. Oh ya, semoga apa yang disemogakan Bilqish tersemogakan Aamiin. Sekian sambutan dari saya, silahkan dilanjutkan kembali pestanya."
Semua orang nampak bertepuk tangan setelah sapaan singkat itu dilangsungkan. Beberapa di antaranya nampak terkagum-kagum dengan sosok ayah Bilqish yang masih terlihat begitu tampan walaupun usianya sudah menginjak kepala empat. Mereka biasanya hanya mendengar desas-desusnya saja tanpa pernah melihat wajahnya. Namun, setelah melihat sendiri, isu-isu itu benar. Ayah Bilqish sangat tampan dan hot seperti sugar daddy!
Abi datang dengan pakaiannya yang sudah ia siapkan. Ia melihat Bilqish sedang berbicara dengan teman-temannya. Ia hendak mendatangi, tetapi seseorang mencegahnya. Dia adalah Riko.
"Oh, lo diundang juga?" tanyanya kepada Abi.
Lelaki itu mengangguk. "Iya, Bilqish yang bilang."
Riko nampak melihat penampilan Abi. Walaupun ia sudah memakai jas tetap saja lelaki itu terlihat lusuh. Hal inilah yang membut Riko tersenyum meremehkan. "Lo beneran nggak punya baju ya? Lusuh begini lo pake? Apa nggak malu?"
Abi diam, mendengar penghinaan seperti ini sudah biasanya baginya. Mengapa ia harus marah jika apa yang dikatakan Riko benar adanya?
"Oh ya, lo kan nggak punya malu. Mungkin lebih tepatnya Bilqish yang bakalan malu punya tamu kayak elo," sambung Riko dengan tetap menatap Abi dengan tatapan yang jijik. "Mending lo pulang deh, kasian Bilqishnya. Lo nggak pantes di sini."
Riko pergi setelah mengucapkan kata-kata yang menghujam Abi. Bahkan lelaki itu mengatakan hal tersebut tanpa merasa terbebani sedikitpun seolah Abi semenjijikan itu. Mungkin karena Riko adalah anak orang kaya yang serba ada. Ia tak pernah merasakan berada di posisi Abi yang tak sanggup membeli baju hanya untuk makan sehari-hari. Walaupun begitu, ia tetap bersyukur. Masih banyak yang lebih menderita daripada dirinya. Itulah yang selalu ibunya ajarkan.
Abi menyimpan kadonya lalu pergi ke pesta itu. Benar kata Riko, ia tidak pantas di sini. Ia hanya akan membuat Bilqish malu.
"Hmm Bil?" Aaron menyentuh pundak Bilqish ketika gadis itu tengah berbicara dengan teman-temannya yang bekerja sebagai barista tempat ia pernah bernyanyi.
Bilqish menoleh, mendapati Aaron yang tengah mengajaknya ke atas panggung kecil yang ada di depan pesta sehingga mereka menjadi pusat perhatian.
"Ada apa Ron?"
Aaron tersenyum, mengambil microphone yang ada di sana. Ternyata di samping lelaki itu sudah ada Drake yang memangku gitarnya.
"Karena hari ini adalah hari spesial untuk Bilqish. Saya akan menyanyikan lagu untuknya," kata Aaron sembari menatap Bilqish yang tersenyum. Penonton di sana langsung bertepuk tangan dengan meriah, menanti lagu yang akan dinyanyikan oleh Aaron. Bahkan Bilqish pun menantikannya karena ia sendiri tak menyangka bahwa lelaki itu bisa bernyanyi.
"Sikat Bang!" teriak Bima yang penuh semangat dengan kejadian ini.
Lampu ruangan tiba-tiba padam, menyisakan lampu sorot tepat di panggung kecil tersebut. Sebuah genjrengan terdengar, Aaron mulai mendekatkan bibirnya ke arah microphone sembari menatap dalam mata Bilqish.
The best thing 'bout tonight's that we're not fighting
Hal terbaik yang terjadi malam ini adalah bahwa kita tak bertengkar
Could it be that we have been this way before?
Pernahkah kita seperti ini sebelumnya?
I know you don't think that I am trying
Aku tahu kau kira aku tak mencoba
I know you're wearing thin down to the core
Aku tahu kesabaranmu telah habis
Aaron terus menatap mata Bilqish, sedangkan gadis itu tersenyum malu-malu. Ia tak asing dengan lagu ini. Lagu berjudul Fall For You dari Secondhand Serenade memang termasuk lagu favoritnya juga. Lagu ini sungguh membuatnya candu dan memiliki makna yang istimewa.
But hold your breath
Namun tahanlah nafasmu
Because tonight will be the night
Karna malam ini adalah saatnya
That I will fall for you over again
Aku akan jatuh cinta padamu lagi
Don't make me change my mind
Jangan sampai aku berubah pikiran
Or I won't live to see another day
Atau lebih baik aku mati
I swear it's true
Aku bersumpah
Aaron lantas berjalan perlahan-lahan ke arah Bilqish lalu berhenti tepat di hadapannya. Lelaki itu menggenggam tangan Bilqish dengan lembut sembari menatap manik mata gadis itu yang indah.
Because a girl like you is impossible to find
Karena tak mungkin kutemukan gadis sepertimu
You're impossible to find
Tak mungkin kutemukan (gadis seperti) dirimu
Bilqish nampak membungkan mulutnya tak percaya ketika Aaron jongkok di hadapannya. Ia memberikan seikat bunga mawar putih yang besar di hadapan gadis itu. Tentu hal ini membut penonton bersorak-sorak dengan senang.
"Bilqish, aku tau kejadian ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Saat itu aku masih berumur 16 tahun ketika pertama kali menyatakannya padamu. Tetapi entah mengapa perasaan itu tidak pernah hilang. Setiap kali melihatmu jantungku rasanya terus berdebar. Setiap kali melihatmu tersenyum, aku selalu ingin mengabadikannya untuk selamanya. Rasanya aku tidak ingin melewatkan satu momen penting tanpamu. Aku tahu aku belum bisa menjadi lelaki yang sempurna, tetapi maukah kamu menyempurnakannya dengan selalu bersamaku?"
Bilqish tak bisa berkata-kata. Ia hampir menitikan air matanya dengan kejadian yang ada di hadapannya ini. Aaron tengah memintanya untuk menjadi kekasihnya, seseorang yang spesial dalam hidupnya. Dulu lelaki itu pernah melakukannya, tetapi perasaan Bilqish saat itu hanya teman. Tetapi setelah dewasa, setelah Aaron selalu bersama dan menemaninya, tentu menumbukan benih-benih yang Bilqish tak tahu itu apa. Rasanya hanya menggelitik dan menyenangkan.
"Terima! Terima! Terima!" Seisi ruangan bersorak dengan kompak agar Bilqish mau menerima pernyataan cinta dari Aaron.
Bilqish pun mengangguk. Ia mengambil bunga yang ada di tangan Aaron dengan senyuman. Aaron yang melihat itu langsung bersorak senang begitupula para tamu lainnya.
Di ujung panggung, seseorang pria tengah merangkul wanita yang menangis penuh haru melihat pemandangan di panggung. "Keylan, anak kita ternyata benar-benar sudah besar ya..." isak Dara sembari mengusap air matanya yang berair.
"Sayang, Bilqish hanya mendapatkan pernyataan cinta, bukan menikah. Jangan berlebihan deh..." timpal Keylan yang merasa aneh dengan reaksi istrinya yang cenderung berlebihan.
"Aku hanya bahagia melihat Bilqish bisa bersama lelaki yang mencintainya. Semoga saja Aaron adalah orang yang tepat, yang tidak akan menyakiti putri kita..."
Keylan mengusap lengan Dara dengan lembut. "Jika tidak, dia akan tahu akibatnya..."
Yuhuuu akhirnyaa taken nih wkwkwk
Maaf ya kapal Bilqish Aaron berlayar duluuu. Next kapal Ellie Abi aja gimana?
Jangan lupa vote dan komen yaa! 50 komen aku next dehhhh! Semangattt
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top