17

Abi baru saja keluar dari kelasnya bersamaan dengan sebuah tangan yang melambai-lambai di seberang koridor. Lelaki itu tersenyum kala jarak di antara keduanya semakin terkikis.

"Abi!" panggil gadis itu dengan antusias.

"Loh, Bilqish nggak pulang?"

Bilqish menggeleng. Ia kemudian menarik Abi menuju sebuah bangku lalu menyalakan laptopnya. Jari-jarinya bergerak dengan cepat di atas keyboard lalu sebuah laman web universitas muncul di layar. Setelah mengetikkan Nomer Induk Mahasiswa dan password, Bilqish menggeser laptopnya ke arah Abi. "Gimana?"

Abi melihat layar laptop dengan saksama lalu sebuah senyuman terbit di bibirnya. "Wah selamat! Kamu dapat nilai A! Hebat banget!" puji Abi yang refleks mengusap rambut Bilqish dengan lembut.

Namun, beberapa saat kemudian Abi segera menurunkannya dengan perasaan bersalah. "Maaf-maaf, saya kebiasaan begitu sama adik saya."

"It's Okay! Lo punya adik?" tanya Bilqish penasaran.

"Adik sepupu tepatnya."

Bilqish ber-oh ria. Ia membereskan laptopnya lalu menggandeng Abi untuk keluar dari area kampus. "Sebagai tanda terima kasih gue karena lo mau bantu gue plus buat gue dapat nilai A, gue mau traktir lo apapun! Lo mau apa?"

"Saya nggak mau apa-apa, Bil. Liat kamu berhasil atas usahamu aja udah cukup," jawab lelaki itu.

"Tapi gue laper. Temenin gue makan ya?"

Abi menghentikan langkah kakinya. Ia jadi ingat percakapan antara Bilqish dan Aaron tadi pagi. Sepertinya mereka berdua ada janji temu sepulang perkuliahan. Tetapi kini Bilqish malah mengajaknya makan? Aneh sekali.

"Bukannya Bilqish udah ada janji sama Mas Aaron?" tanya Abi hati-hati.

"Gue batalin. Yuk!"

Ingin sekali Abi menanyakan alasannya. Namun, ia tahu batasannya. Ia lebih memilih bungkam dan menurut ketika Bilqish menariknya menuju parkiran. Entah mengapa sikap gadis itu yang demikian membuat hatinya seperti dipenuhi jutaan kupu-kupu. Sangat menggelitik dan aneh.

"Oh ya, lo bawa sepeda?"

Abi menggeleng. Hari ini Entong lagi-lagi harus dibawa ke bengkel karena bannya robek. Ini sudah ketiga kalinya dalam satu bulan ini. Abi tahu bahwa ada unsur kesengajaan di sana. Tetapi sampai sekarang ia belum mengetahui pelaku di balik itu semua dan apa motivasinya melakukan hal tersebut kepadanya. Apakah ada rasa iri? Tetapi iri dengan apa? Abi sendiri tak punya apa-apa yang bisa dibanggakan.

"Kenapa?" tanya Bilqish.

"Biasa, bannya kena paku," ujar Abi berbohong. Tak mungkin kan ia mengatakan bahwa ada seseorang yang jahil kepadanya dengan selalu merobek bannya menggunakan benda tajam. Bahkan robekan itu mencapai 5 cm lebih dan mengenai ban luar dan dalam. Tentu ongkos yang harus ia keluarkan untuk itu semua tidak sedikit.

Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk makan ke tempat yang Abi rekomendasikan. Tempat itu seperti warung sederhana yang ada di pinggiran jalan. Tendanya berwarna hijau dengan banner bertuliskan "Mulai hari-harimu dengan gado-gado Yahuddd!" yang membuat sesesorang akan tertawa ketika membacanya.

"Mbak, gado-gado dua ya," kata Abi kepada ibu-ibu bergaya nyentrik dengan lipstick merah merona. Walaupun dibilang sudah cukup umur, wanita itu pantang disebut ibu. Pelanggan harus memanggilnya dengan sebutan 'Mbak'. Mbak Tyas.

Mbak Tyas mengangkat jempolnya di udara. "Ashiap Akang Gendang!"

"Lo sering ke sini?" Tanya Bilqish kepada Abi sembari melihat-lihat sekeliling tenda yang sempit itu.

"Nggak sering sih, kadang-kadang aja kalo lagi kangen gado-gado buatan ibu," jawab lelaki itu lalu mengambil sebuah basreng yang ada di atas meja. "Basreng. Mau?"

Bilqish mengangguk. Ia segera mengambil basreng itu dan memakannya. Baru satu kali makan saja rasanya ia jatuh cinta dengan cemilan itu. Rasa micinnya sungguh terasa dan membuatnya ketagihan untuk memakannya terus menerus. Apalagi pedasnya sungguh terasa di lidah. "Bi! Gue mau borong basrengnya buat cemilan di rumah!"

"Boleh," Abi tertawa. "Saya juga bisa buat kok!"

Mendengar hal itu membuat mata Bilqish berbinar. "Lo yakin?"

"Mau diajarin?"

Bilqish mengangguk. Tentu saja ia mau. Ia sungguh terkagum-kagum dengan sifat Abi yang serba bisa. Ya Tuhan, lelaki ini sangat pandai sekali memasak. Dibanding dengan dirinya yang kodratnya seorang perempuan, sifatnya benar-benar terbalik. Rasanya ia sangat insecure melihat itu semua.

"Bi, gue heran deh. Kok bisa-bisanya ya lo bisa semua hal? Lo pinter, nilai lo bagus, attitude lo bagus, bahkan lo pinter masak. Kekurangan lo apa ya? Kayaknya ngga ada deh!"

Mendengar pujian itu membuat Abi tersenyum. Ia memandang Bilqish dengan tatapan penuh arti. "Nggak ada yang sempurna, Bil. Pasti dibalik itu ada yang nggak bisa saya miliki atau yang saya kuasai."

"Contohnya?"

Abi terdiam cukup lama. Lelaki itu memandang sekilas ke arah kerumunan orang-orang yang saling bercakap-cakap ria bersama kawan-kawannya. Terlihat senyum getir di bibirnya. "Pertemanan dan percintaan. Itu kelemahan saya."

***

Abi mengehempskan tubuhnya di atas kasur yang sudah reot. Matanya menerawang jauh ke dinding-dinding atap yang sudah mengelupas. Tiba-tiba sebuah khayalan masuk ke pikirannya. Bagaimana jika ia menjadi orang yang mampu? Apakah hidupnya akan berjalan dengan normal? Apakah ia akan mendapatkan banyak teman dan bisa nongkrong bersama? Atau mungkin ia bisa mendapatkan seorang gadis?

Sejak ayahnya meninggal, Abi tak pernah punya waktu untuk itu semua. Ia hanya belajar dan bekerja. Pertemannya pun hanya sekedar teman. Ia tak pernah punya sahabat yang dekat dengannya, yang bisa diajak berkeluh kesah. Sahabatnya hanya dirinya sendiri dan buku diary lusuh yang menemani.

Kadang ia iri dengan orang-orang normal. Kadang ia ingin menghabiskan waktunya untuk hura-hura. Tetapi entah mengapa ia selalu ingat kepada perjuangan ibunya yang selalu banting tulang menghidupi keluarga. Melihat itu semua ia jadi tak tega dan semua keinginan itu hanya akan menjadi angan-angan saja.

Abi mulai bangkit dari tidurnya, mangambil diary lusuh di tasnya lalu mulai menorehkan sesuatu di atas sana.

"Yang bisa saya lakukan hanyalah berangan-angan. Berangan-angan menjadi orang lain dan berangan-angan untuk memilikimu. -ab"

Setelah menuliskan itu sebuah pesan masuk ke dalam ponsel milik Abi. Ia sempat bingung, siapa gerangan yang mengiriminya sms di malam-malam begini?

Ternyata sms itu berasal dari nomor Bilqish. Tak ayal hal itu membuat sebuah senyuman muncul di bibir Abi.

Mbak Bilqish
Besok naik apa?

Abimanyu
Mungkin naik bis. Ada apa Bil?

Bilqish
Gue ikut ya! See u tomorrow!

Ha? Kenapa tiba-tiba Bilqish jadi ikutan naik bis? Apa dia nggak salah? Apa dia sedang salah minum obat? Aneh sekali...

Abimanyu
Kenapa tiba-tiba?

Bilqish
Gue mau kasih sesuatu. Bukan gue  juga sih, tapi bokap hehe

Abimanyu
Maksudnya ayahnya Bilqish?

Abi menunggu balasan Bilqish yang tiba-tiba terasa sangat begitu lama. Ia ingin sekali menelpon gadis itu untuk segera menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Jujur, jantungnya berdetak sangat kencang sekarang. Perasaan gugup dan cemas menyelimuti hatinya. Mengapa ayahnya Bilqish memberikan sesuatu kepadany? Memang apa yang terjadi?

Bilqish
Liat aja besok

Kenapa harus menunggu besok jika bisa mengatakan hari ini? Kenapa? Kenapa membuat orang lain penasaran dan kepo? Mungkin Abi tak akan bisa tidur malam ini memikirkan itu semua.

Hayolooo Pak Keylan mau ngasi apa tuuu wkwkw

Maaf ya pendek bangett inspirasi lagi buntuuu semoga aja ini bisa membantu mengurangi kangen kalian sama Abi Bilqish hehe thank youuu

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top