15
"Gimana? Suka?"
Pertanyaan itu hanya dijawab anggukan oleh Bilqish. Tentu ia sangat senang dengan hari ini. Bertemu Drake membuka matanya bahwa ia perlu berhati-hati dalam pergaulan. Kita harus pintar-pintar mencari teman agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang buruk, apalagi sampai terjerumus dalam lingkaran setan. Jangan sampai itu terjadi.
Walaupun pada jaman sekarang mencari teman yang begitu tulus sangatlah susah, itu tak membuat kita harus berhenti berteman dan menyendiri. Percaya atau tidak, dalam berjalannya waktu, kita pasti akan menemukan teman yang satu frekuensi dan tulus dalam hati.
"Lapar?"
Bilqish memegang perutnya yang sedikit keroncongan. Gadis itu mengangguk. "Laper banget dari tadi! Pengen makan sate ayam!"
Aaron tersenyum. Jika gadis lain akan bertele-tele jika ditanyai soal makanan, Bilqish akan mengatakan apa yang ia inginkan. Ia cenderung sangat blak-blakkan dalam hal apapun. Itulah yang membuat Bilqish terasa begitu berbeda.
"Sate ayam deketnya toko buku Kukukakikakakku gimana?"
Mata Bilqish langsung berbinar. "Ah, warungnya Pak Ateng? Mau mau!"
Mobil Aaron lantas melesat dengan cepat menuju warung sate yang tak pernah sepi itu. Walaupun hari sudah sore, pengunjung makin banyak yang dating. Apalagi banyak pekerja kantor yang sengaja mampir mengisi perut sebelum pulang ke rumah.
"Pak Ateng!"
Pria paruh baya bernama Ateng yang sedang mengipasi satenya menoleh katika Bilqish dating. "Loh, Mbak Bilqish! Lama nggak ke sini!" ucap Pak Ateng tak kalah senangnya bertemu Bilqish yang sudah langganan di sini. "Sama siapa Mbak? Mas Bima?"
Bilqish menggeleng. "Sama temen Pak. Sate kayak biasa dua porsi ya Pak! GPL!"
"Siap! GPL! Gak Pake Lontong!"
Bilqish berseru. "Seratus buat Pak Ateng!"
Aaron yang melihat itu tertawa sendiri melihat kelakuan Bilqish yang ternyata sangat akrab dengan siapa saja, bahkan kepada pedagang sate sekalipun. Mata Aaron benar-benar terbuka sekarang. Bilqish yang dikata orang sosok yang cuek, jutek, dan dingin hanyalah gossip belaka. Ia cuma belum diberi penglihatan atas sikap Bilqish yang sebenarnya dan ia yakin hanya orang-orang spesial lah yang dapat mendapatkan kesempatan tersebut.
"Emang tadi ngomongin apa sama Drake?" tanya Aaron ketika Bilqish sudah duduk di hadapannya.
"Ngomongin tentang Stefanni. Lo kenal dia?"
Aaron mengernyitkan dahinya sebentar. Nampaknya ia tak asing dengan nama itu, namun ia sendiri lupa dimana nama itu pernah disebutkan. "Hmm, Stefanni?"
"Iya, Stefanni. Vokalis band nya Drake dulu."
Mendengar penjelasan Bilqish itu membuat beberapa ingatan masuk ke dalam pikiran Aaron. "Ah, namanya Stefanni? Yang meninggal gara-gara overdosis obat itu kan? Drake dulu pernah cerita, tapi nggak pernah bilang kalo namanya Stefanni."
Bilqish mengangguk paham atas penjelasan yang Aaron buat bersamaan dengan dua piring sate serta nasi yang masih mengepul datang di hadapan mereka. Langsung saja mata gadis itu berbinar bukan main. Memang sudah lama sekali ia tak kemari, mungkin sekitar satu bulanan mengingat padatnya jadwal konser yang ia lakukan apalagi warung ini hanya buka saat sore menjelang malam.
Dengan cepat Bilqish segera mengambil satu tusuk satu dan melahapnya bulat-bulat. "Phak Atheng ngghak pernah ngecewain gue," kata gadis itu dengan mulut penuh dengan daging ayam dan juga nasi. Bahkan Aaron yang melihatnya pun tertawa. Ya Tuhan, gadis ini makan seperti anak kecil saja...
Aaron memajukan tubuhnya lalu mengusap sudut bibir Bilqish yang belepotan saus kacang menggunakan jari jempolnya dengan lembut. Tindakan itu membuat Bilqish membeku seketika. Ia menatap Aaron dengan tatapan tak percaya seolah kejadian itu pertama kali ia dapatkan di dunia ini. Ia kira adegan seperti itu hanya ada di drama-drama saja, namun nyatanya malam ini ia mendapatkan perlakuan seperti itu di kehidupan nyata. "Belepotan tadi," ujar lelaki itu dengan sedikit canggung.
"Thanks." Bilqish buru-buru memalingkan wajahnya sembari mengusap sudut bibirnya menggunakan tisu. Hell, mengapa detak jantungnya menggila seperti ini? Ia bahkan gugup sekarang. Suatu perasaan yang tak pernah Bilqish rasakan bahkan saat ia melakukan konser pertamanya. Benar-benar gila.
Setelah kejadian itu, suasana berubah menjadi hening. Keduanya sangat canggung ditambah lagu Terpesona tiba-tiba terdengar melalui speaker. Sungguh mendukung suasana awkward ini.
Bilqish menyelesaikan satenya dengan cepat. Ia ingin segera pergi dari hadapan Aaron untuk menyembunyikan wajahnya yang terasa panas.
"Kok buru-buru amat kenapa?" tanya Aaron heran.
"Gue pengen cepet pulang anjir!" pekik Bilqish, namun segera ia urungkan dan hanya tersimpan di dalam hati. Akhirnya yang keluar adalah kalimat bahwa ia sedang kelaparan. Miris sekali.
Aaron tertawa dalam hati. Sebenarnya gadis yang di hadapannya ini terlihat ketara sekali sedang salah tingkah dengan wajah yang merah padam. Namun, ia mencoba untuk tidak membahasnya agar suasana tidak semakin canggung dan usahanya kali ini akan sia-sia.
"Kita pulang sekarang?" tanya Aaron ketika mereka berdua sudah berada di mobil.
Bilqish mengangguk dengan tatapan tetap tertuju pada jendela mobil, tak mau menatap Aaron sedikitpun yang akan membuatnya lebih salah tingkah lagi.
"Mau pasang seatbelt sendiri atau dipasangin?" goda Aaron dengan sedikit terkekeh.
"Ha? Eh pasang sendiri lah!" gadis itu memasang sabuk pengamannya dengan gelabakan. Bahkan ia sendiri tak menyadari bahwa sabuk pengaman belum ia pasang. Ya Ampun Bilqish ada apa denganmu hari ini?
"Good girl!" tangan kekar Aaron mengusap rambut Bilqish dengan pelan membuat gadis itu benar-benar kebakaran saking terkejutnya mendapat perlakuan ini. Sedangkan lelaki itu mengendarai mobilnya seolah-olah tak ada kejadian apapun yang terjadi.
***
"Gila ya! Kenapa badan gue panas gini sih anying!" pekik Bilqish mengibaskan kaosnya dengan keringat yang membanjiri. Namun, tak urung gadis itu tersenyum kala membayangkan sikap Aaron malam ini yang benar-benar manly dan berbeda dari dulu. Aaron yang sekarang jelas terlihat lebih dewasa dan matang.
Jujur, Bilqish adalah tipe cewek yang tak suka hal menye-menye. Ia paling benci dimanja karena memang sifatnya yang sudah mandiri sejak lahir, mungkin ini keturunan langsung dari bundanya yang sangat-sangat mandiri. Ia juga tipe tomboy yang bahkan ditakuti oleh semua cowok karena sifatnya yang galak, jutek, dan judes. Oleh karena itu, banyak lelaki yang takut mendekati Bilqish. Dulu, ada beberapa cowok yang mendekatinya, namun beberapa saat kabur entah kemana. Ghosting. Mungkin mereka hanya penasaran. Oleh karena itu, Bilqish pula jadi malas meladeni cowok-cowok yang secara terang-terangan menyukainya. Apalagi ia memiliki pawang sejenis Riko dan Vian yang bisa saja menghabisi lelaki manapun yang menyakitinya. Jadi, memang hanya orang-orang bermental baja saja yang dapat mendekati gadis itu.
Bilqish segera mengeluarkan ponselnya dari tas lalu mencharge nya karena baterainya lowbatt tadi. Tiba-tiba saja ia teringat sesuatu. Ya Tuhan! Ia punya janji temu dengan Abi! Kenapa ia bisa lupa?
Dengan secepat kilat Bilqish menghubungi lelaki itu sembari menggigiti kukunya, tak peduli jika kabel charge masih terhubung di ponselnya. Ia mondar-mandir bak seterika ketika hanya nada sambung yang terdengar.
Satu menit
Dua menit
Tiga menit
"Hallo? Assalamualaikum."
Hampir saja Bilqish bersorak ketika suara lelaki itu muncul dari sambungan telepon. "Abi! Sorry gue lupa ngehubungin lo," kata gadis itu dengan perasaan menyesal.
"Jawab salam dulu," kekeh lelaki itu,
"Waalaikumsalam," balas Bilqish cepat. "Gimana? Sekarang lo dimana? Di rumah kan? Nggak mungkin kan lo masih di mall jam segini?"
Abi tertawa halus dari seberang. "Gapapa Bil... Saya di rumah sekarang."
"Syukurlah." Bilqsih menghembuskan nafasnya lega. Ia benar-benar akan merasa sangat bersalah jika lelaki itu masih menunggunya sampai selarut ini. Namun, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang menyuruh Abi untuk segera keluar. "Lo beneran di rumah kan?"
"Oh ya, gimana tugasnya?"
'"Mati! Bener juga! Tugas gue besok gimana?"
Abi lagi-lagi tertawa. Mendengar Bilqish yang terkejut membuat kedua sudut bibirnya terangkat seketika. "Bilqish bersih-bersih dulu, kalau udah misscall aja. Nanti biar saya yang telepon."
"Beneran?"
Abi mengangguk walaupun Bilqish tak melihatnya. "Iya beneran. Sampai jumpa nanti. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab Bilqish dan langsung bergegas mandi. Tak mau membuang-buang waktu lagi.
***
"Gimana Mas? Mall nya teh mau tutup," ujar pria dengan seragam security yang bertugas berpatroli di sekitar mall.
Abi mengangguk dengan sopan. "Iya Pak, Saya mau pulang. Yang saya tunggu ternyata nggak jadi datang. Makasih ya Pak udah nemenin saya."
Pria berkumis itu mengangguk dengan perasaan sedikit sendu. Tatapannya seolah mengasihi Abi yang sudah berjam-jam menunggu seseorang yang tak datang itu. "Iya Mas. Hati-hati di jalan."
Dengan langkah kaki yang berat Abi mulai meninggalkan mall yang sudah sepi. Semua ruko nampak sudah tutup. Beberapa lampu juga sudah dimatikan. Tinggal Abi sendirian di sini. Untung saja Pak Satpam tadi memperbolehkan Abi untuk tinggal lebih lama walaupun hasilnya sia-sia. Mungkin Bilqish terlalu menikmati harinya hingga lupa bahwa ada seseorang yang rela tak makan demi menunggunya datang.
"Entong, tinggal kita sendirian," ujar lelaki itu kepada sepeda bututnya yang ia tuntun perlahan sembari menikmati suasana ibukota yang kian sepi. Angin bergerak ke sana ke mari dengan riangnya membawa hawa dingin yang menusuk kulit. Sayang, ia tak membawa jaket hari ini. Semoga saja keesokan harinya ia tak terkena masuk angin karena ada seseorang yang mengandalkannya.
Poor Abi... Dahlah tim Aaron Bilqish aja yahhh wkwkwk
See u next partt guysssss
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top