02

Selama kuliah berlangsung, Bilqish tak bisa berkonsentrasi sama sekali. Bahkan ia sama sekali tak tau apa yang dosennya sedari tadi bicarakan. Inflasi, Deflasi, makanan jenis apa itu?

Yang ia lakukan sedari tadi hanyalah menatap jendela yang menyuguhkan langit biru yang begitu indah. Tangannya yang sedari tadi diam mulai bergerak mengambil pulpen yang ia pinjam—ralat ambil tanpa izin dari teman sebelahnya. Lalu tangannya merogoh loker meja dan akhirnya menemukan secarik kertas bekas yang masih kosong di beberapa bagian tempat. Maklum, ia tak bawa apa-apa di dalam tasnya selain kunci mobil dan dompet.

Tangan lentiknya mulai sibuk menorehkan tinta. Dengan cepat dan tangkas ia menggambar sesuatu yang tiba-tiba terlintas di benaknya. Yap, sebuah bulan. Ia sangat menyukai bulan karena begitu indah di kegelapan malam. Pada saat ia masih kecil, ia bercita-cita pergi ke bulan bersama keluarganya. Menjadi astronot juga cukup menyenangkan sepertinya, mengapung dan bergerak begitu ringan di udara seperti tanpa beban.

"Sekian untuk hari ini. Good morning!" Dosen itu menutup mata kuliahnya dan bergerak keluar ruangan. Beberapa orang ikut keluar namun banyak juga yang masih duduk berbincang-bincang dengan teman lainnya. Namun, tak ada yang mau berbicara dengan Bilqish. Bahkan gadis itu seolah tak dirasakan kehadirannya.

Krucuk krucuk!

Suara perut Bilqish menggema, sepertinya suara cacing-cacing di perutnya yang meminta untuk diisi makanan. Maklum, sedari pagi ia hanya mencomot roti milik adiknya, Alex. Itupun hanya satu lembar roti. Pantas saja ia merasa lapar sekarang.

Bilqish bergerak keluar. Tangannya mengetik sesuatu di hp berlogo apel kroak miliknya.

Bilqish
"Kalian dimana?"

Vian
"Latihan drum sama Riko"

Stella

"Bobo cantik. Kenapa? "

Bilqish
"Ada yang mau nemenin gue makan?"

Stella
"Kita udah makan tadi setelah lo pergi. Kita kira lo udah pulang."

"Hmm lapar," gumam Bilqish mengelus perutnya dengan malang.

Tiba-tiba seseorang datang tepat di sebelah Bilqish. "Oalah lagi laper to? Yuk makan!"

Bilqish berhenti berjalan. Ia menatap ke sampingnya. Oh my lord! Kenapa lelaki ini bisa muncul lagi sih? Bisa gila ia lama-lama.

"Ayo Mbak Bilqish, kebetulan saya bawa bekal. Yuk!" Abi memimpin jalan di depan, tetapi Bilqish sangat malas bergerak. Apalagi bersama cowok udik ini.

"Ayooo! Katanya tadi lapar," teriak Abi lagi.

Haruskah ia makan bersama orang ini? Tetapi Bilqish tak bisa jika makan seorang diri. Haish! Baiklah, mungkin hari ini untuk pertama dan terakhir kalinya ia melakukan ini. Janji!

Abi membawa Bilqish menuju taman kampus yang dekat dengan gedung mereka tadi. Setelah duduk di salah satu bangku taman, Abi mulai mengeluarkan sebuah kotak bekal yang ada di dalam tas.

"Nih, makan dulu. Saya yang masak tadi pagi,"

"Trus lo?"

"Gapapa, liat Mbak Bilqish makan saya udah kenyang," cengirnya senang.

Dengan terpaksa karena perut yang sudah meronta-ronta, Bilqish membuka kotak bekal milik Abi. Hanya ada nasi, terong balado, dan tahu saja. Seketika Bilqish menutup kembali bekal tersebut.

"Ngga usah deh, buat lo aja!"

Abi tak merasa tersinggung jika Bilqish tak mau memakan bekalnya. Ia kembali membuka bekalnya. "Jangan lihat dari covernya Mbak, ini emang sederhana tapi rasanya pasti enak. Saya jamin!"

"Apa jaminan lo?"

"Sa—saya ngga punya apa-apa untuk dijadikan jaminan, tapi percaya sama saya sekali aja."

Dan benar. Bilqish mencoba mempercayai lelaki ini untuk pertama dan akan menjadi yang terakhir kalinya.

Gadis itu mulai memasukkan sesuap sendok berisi nasi dan terong balado ke dalam mulutnya. Matanya kemudian membelalak kaget. Benar-benar enak!

"Gimana Mbak?" tanya Abi antusias.

"Nggak enak! Kurang krupuk!" ujar gadis itu gengsi.

Abi hanya tersenyum. Ia merogoh tasnya dan memberikan sebungkus krupuk kepada Bilqish. Gadis itu bahkan terkejut. Tas Abi bisa mengeluarkan apa saja gitu? Krupuk pun ada loh?! Mantap.

Bilqish memakan makanan Abi dengan lahap. Sedangkan lelaki itu hanya akan berbicara dan menceritakan banyak hal yang Bilqish abaikan begitu saja.

"Mbak Bilqish menjadi perempuan pertama yang makan masakan saya setelah ibu saya, matur suwun nggih!"

Bilqish merasa tersentuh sedikit. Gadis itu bangkit dan memberikan uang kepada Abi.

"Nggak Mbak, saya ikhlas ngasih ini."

Uang itu dimasukkan ke dalam saku kemeja bagian atas. "Buat beli makan, perut lo juga perlu diisi. Thanks," ucapnya lalu pergi meninggalkan Abi sendirian di taman.

"Sudah saya duga, Mbak Bilqish memang orang yang baik," batin Abi sembari melihat punggung gadis itu menghilang di balik gedung.

***

Bilqish menghembaskan tubuhnya pada kasur queen size miliknya yang berwarna abu. Jika biasanya kamar perempuan pada umumnya akan berwarna pink, biru, dan lain-lain, kamar Bilqish mirip seperti kamar adiknya, Alex. Campuran antara abu-abu, putih, dan hitam hingga kesan elegan menguar ketika masuk ke dalamnya.

Gadis itu mulai menatap dinding kamarnya yang sudah ditempel stiker bulan, sama juga seperti kamar Alex, tetapi milik Alex adalah bintang. Pikirannya menerawang jauh pada hari ini, hari yang tak biasa ia lewati.

Bertemu cowok udik yang dengan semena-mena menarik dan memaksanya memasuki kelas hingga memberikan bekal makanan yang rasanya lumayan enak. Aneh tapi menggelitik.

Lalu ia menatap jam dinding di atas pintu miliknya. Ah pasti Alex sudah pulang. Ia harus menemui adiknya itu agar mau menemaninya konser nanti malam. Tentu saja agar ayah dan bundanya menyetujui ia keluar malam jika Alex juga ikut menemaninya. Apalagi ia juga paling malas disuruh menyetir sendirian sehabis konser. Capek. Biarkan itu dilakukan adiknya.

"Bim!" Seperti biasa, tanpa mengetuk Bilqish nyelonong masuk ke kamar Alex atau yang kerap dipanggil Bima di rumahnya.

"Astagfirullah! Kakk! Gue lagi ganti celana ini bego! Ketuk dulu kenapa!" umpat Alex kesal lantaran kebiasaan kakaknya yang begitu menyebalkan.

"Lama! Lagian gue juga udah tau seluruh inci tubuh lo!"

"DASAR TANTE GIRANG LO!"

"Salah sendiri mandi ngga kunci pintu. Yang sering gue buka lah trus liat lo lagi bugil," ngakak Bilqish terang-terangan. Sontak saja sebuah celana abu-abu SMA mendarat tepat di wajah Bilqish. Asem.

"Ngapain? Gue ngga punya duit, jajan gue abis, gue ngga mau disuruh beliin lo pembalut lagi!"

Yap itulah kebiasaan gadis ini jika sudah berada di kamar adiknya. Persis seperti yang Alex katakan. Entah minta uang, minta jajan, atau disuruh beliin pembalut. Emang ya jadi adiknya Bilqish harga diri cowok turun serendah-rendahnya.

"Ih apaan sih, bukan itu kali."

"Trus?" Alex menyambar hpnya yang ada di meja lalu duduk di depan komputernya dan asik bermain Mobile Legend bersama teman-temannya.

"Bimaaaa! Jangan cuekin gueee! Gue masih ngomong kampret!"

"Ya ngomong aja. Kuping gue juga ngga bakal lari kemana-mana!"

"Temenin gue konser nanti,"

"Ogah! Ngantuk!"

"Bimaaaa! Bilang iya atau gue tabok?"

Ya Allah punya kakak kok gini amat.

"Cari pacar sana! Ngerusuhin hidup gue mulu dah kerjaannya."

Bilqish menghampiri Alex lalu menyambar ponselnya. "Bilang iya atau hp lo gue matiin?"

"Anjir lo! Iya dah iya. Siniin hp gue. Lagi mabar juga!"

"Okai jangan lupa jam 8 ya!" ucap Bilqish kabur setelah mematikan hp Alex agar lelaki itu AFK dalam permainannya.

"DASAR MAK LAMPIR!!!" teriak lelaki itu nyaring. sedangkan Bilqish tertawa cekikikan di kamarnya.

Memang menggoda adiknya semenyenangkan itu.

Gimana part ini gaes?

Kasih saran dong ceritanya mau dikemanain. Soalnya aku sendiri masih agak bingung alurnya kudu gimana :(

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top