VIII. TANGIS BUNDA
“Ti....”
Ati cepat-cepat menghapus air matanya dengan ujung facial paper sebelum Tante Yun, penata rias pengantin yang juga adik bundanya, menemukannya di depan meja rias, sibuk mengerjap-ngerjapkan bulu mata palsunya.
Tante Yun mendesah iba
“Ati...” Panggilnya penuh kasih, “Riasan pangantin itu cuma bedak dan gincu biasa, Sayang. Kalau kamu terus-menerus menangis, kamu nggak akan kelihatan cantik. Foundation terbaiknya adalah rasa bahagia; kamu pengantin pertama yang kelihatan paling menyedihkan selama Tante menjadi perias. Kamu kenapa?”
Ati menggeleng lemah. Ia Cuma menunjuk bagian matanya, meminta bulu matanya dibetulkan.
Ia mengenakan baju pengantin adat Solo berwarna hijau menyala untuk acara ijab dan resepsi, sesuai dengan asal orang tuanya. Dia kelihatan mencolok dan cantik sekali, berkali-kali Tante Yun berdecak mengagumi hasil karyanya.
“Bayu juga kelihatan luar biasa, Ti. Dia tidak tampak seperti duda sama sekali.” ujar Tante Yun, setelah memberikan sentuhan terakhir berupa bros bunga berwarna senada di dada calon pengantin hasil riasannya setengah jam yang lalu.
“Jodoh memang tak akan bisa dikalahkan oleh kekhilafan semacam apa pun, ya? Kamu memang gadis berhati besar, Ti. Kalau Tante, Tante tak akan mungkin bisa memaafkan kesalahan sebesar itu. Sejak Sofie dibawa ke rumah kalian dulu, kamu sudah memperlihatkan kebesaran hatimu. Tante tak menyangka kamu masih bisa memuliakan Bayu dengan sebuah pernikahan.”
Tante Yun mengecup pipinya.
Tiba-tiba saja mata Ati terasa panas. Air mata pertamanya tadi membuat panik Tente Yun dan tim periasnya. Sampai yang terakhir ini, dia sudah menghabiskan tiga pasang bulu mata palsu.
“Kalau yang ini rusak lagi, kita coba pake mascara yang agak tebel aja, ya? Kalau terus-terusan ganti gini, mata kamu bisa iritasi.”
Ati tidak bisa melupakan rasa cintanya pada Agung. Rasa cinta itu menggigit setiap kali dia memandang wajahnya yang berias pengantin di cermin. Dua minggu lalu mereka masih window shopping berduaan, menunjuk-nunjuk kebaya Anne Avantie dan membayangkan Agung menanggalkannya di malam pertama mereka. Siapa yang menyangka ia justru bersanding dengan Bayu?
“Tapi, ini konyol, Ti!” Agung berteriak marah di tengah lautan pasangan lain yang sedang berbagi cinta di bawah temaram lampu Miranda Garden Resto.
“Gung...” Ati mencoba menenangkan kekasihnya. Saat itu Agung masih kekasihnya.
“Lalu, apa artinya semua ini? Impian kita? Gaun itu. Semuanya? Nggak ada artinya buat kamu?”
“Besar artinya buat aku, Gung! Aku cinta sama kamu. Aku gak cinta sama Bayu! Tapi, penting buat aku bersamanya sekarang ini.”
“Apa pentingnya?!”
Tangisan Ati yangtak terbendung menahan ledakan emosi sang kekasih membuat Agung iba. Kilat kemarahan di matanya meredup dan menghangat kembali.
“Menikahlah denganku, Ti.”
“Gung, ini seperti urusan di masa lalu yang harus kutuntaskan.”
“Aku jadi tak ngerti. Sebenarnya siapa yang tak punya perasaan di sini? Kamu atau Bayu? Sedingin ini kamu memutuskan hubungan untuk bisa menikahi pria lain atas dasar masa lalu? Kamu sadar sedalam apa sakit hatiku sekarang? Kamu sadar tidak sedalam apa sakit hatiku sekarang? Kalaupun kamu menarik keputusanmu menikahi Bayu dan kembali padaku, aku tak akan mungkin melupakan malam ini.”
“Gung... aku tak bermaksud...”
“Aku memang selalu kalah di matamu, ya? Aku bukan siapa-siapa,” kata Agung, semangatnya untuk meyakinkan sudah pupus. Ia kelihatan patah arang. “Aku tidak tahu apa-apa tentang dirimu di masa lalu. Wanita selalu mengagung-agungkan masa lalu. Mereka pikir, orang-orang yang mereka kenal sejak mereka bukan apa-apa adalah teman terbaik untuk seumur hidup. Mereka pikir, jika seorang pria pernah melihat mereka mandi di kali bertelanjang dada ketika mereka anak-anak, pasti pria itulah jodoh mereka. Aku pikir aku mendebatmu untuk sebuah kekonyolan. Ti, aku bukan pria yang percaya mengenai jodoh. Jika bukan kamu, pasti ada orang lain buat aku. Sayang sekali orang berpendidikan sepertimu masih sepicik itu menilai cinta!”
“Kita pakai mascara saja.” Ujar Tante Yun purus asa. Dia keluar tergopoh-gopoh dari kamar pengantin.
Sejak itu Ati tak lagi pernah melihat Agung. Bintang pernah bilang, Agung mungkin mengurus agen propertinya di Jepara, tapi itupun tidak pasti. Yang jelas, hubungan baik antara orang tua kedua belah pihak sudah hancur berantakan. Ibunda Agung kabarnya marah bukan main, beliau bahkan keluar dari kelompok arisan Bunda. Tentu tak mengherankan.
Paling tidak, pikir Ati, kini apa yang mereka yakin benar memang benar adanya. Ati tak pernah bisa beranjak dari bayang-bayang Bayu Laksmana.
“Ti....”
Ati melirik dengan ekor matanya, cukup menyulitkan baginya untuk memutar kepala dengan gundukan rambut palsu di sana.
Bunda, dalam kebaya anggun membalut tubuhnya yang masih ramping, berjalan berirama mendekati putrinya.
“Bunda harus apa lagi, Ti?”
“Sejak awal seharusnya Bunda tak perlu ngelakuin apa-apa.”
Mereka duduk berhadapan.
Ada rasa sakit mengalir di hati Asmirandah melihat putrinya tak kuasa menahan tangis, justru di hari yang seharusnya menjadi hari yang paling membahagiakan buatnya.
“Bunda nggak ngerti sama kamu.”
“Bunda juga tak perlu ngerti. Bunda cuma perlu dukung aku sejak awal. Nggak perlu maksain diri untuk mengerti.”
Kini wanita tua itu sama menangisnya dengan putrinya. “Bunda harus apa? Bunda selalu salah, Ti. Selama ini Bunda selalu melawan satu hal yang menurut bapakmu selalu benar, bahwa Bayu adalah takdirmu. Kamu juga sepertinya selalu menentang sikap bertahan Bunda terhadap semua hal yang berhubungan dengan Bayu dan keluarganya. Padahal, Bunda sayang banget sama adikmu. Waktu Agung datang dan kamu menerima cintanya, Bunda makin takut. Apakah semua ini benar? Apakah kamu menerima Agung karena mencintainya? Bunda cuma takut kamu tak bahagia, Ti. Bunda takut kamu menerima Agung karena kamu tak ingin terus-menerus kami anggap tak bisa beranjak dari Bayu.”
Hati Ati makin perih mengingat Agung, cinta pertamanya setelah lama ia kehilangan kemampuannya untuk mencintai seorang pria.
“Batalkan saja, Ti. Batalkan saja, ya?” isak sang Bunda, meski ketidakberdayaan menggantung dalam serak suara tangisnya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top