Bab 9

Francesca dan Bea sudah berganti pakaian abu dengan topi lebar. Untunglah Marry cerdas mengirim gaunnya penyamarannya dulu setelah tahu jika Francesca ada kunjungan. Sebelumnya mereka mengambil bertumpuk-tumpuk roti gandum di rumah Anne. Bea tertawa lepas saat memakai gaun jelek ini. Dia seperti menjadi orang lain. Menjadi wanita bebas, tanpa gelar kebangsawanan.
Kereta mereka berhenti di sebuah pemukiman kumuh, di sudut kecil kota London. Bea menarik nafas mengambil udara bersih tapi ia malah mencium bau yang tidak sedap.

“Kau berkenan turun atau tetap di kereta? “

“Aku turun, “jawabnya tegas. Ia menyiapkan mata dan batin. Rumah yang Francesca kunjungi jauh dari kata layak. Lebih tepatnya kotor, sempit dan kumuh.

“Inilah kehidupan yang tidak pernah kita ketahui. Setiap detiknya nyawa mereka berharga. Mereka harus bekerja keras sejak usia dini untuk mendapatkan makanan. “

Bea pernah tahu, pernah mendengar namun belum pernah melihatnya secara langsung.

“Tapi tenang saja, temanku Jack akan membelikan mereka rumah yang layak. “ ucap Francesca sambil tersenyum padahal hatinya was-was memikirkan dapat dari mana Jack uang untuk membeli rumah. Apa yang kawannya curi? Sebuah kapal palayaran atau kereta seorang bangsawan.

Begitu Marry membawa tumpukan roti. Anak-anak mulai berlarian ke arahnya berebut takut jika tak kebagian. Bea memegangi lengan Francesca karena membayangkan akan terjatuh menerima terjangan anak-anak.

“Mereka sudah tidak makan roti berapa lama? “

“Kalau beruntung mereka bisa mendapatkan roti dua hari sekali “

Bea melongok gaunnya, selama ini ia terlalu banyak makan dan dimanjakan. Padahal di tempat lain ada yang lebih butuh karena kelaparan. Anak-anak ini pun melihatnya seolah takjub. Takjub dengan badannya yang subur berbeda dengan para anak yang kurus tinggal tulang belulang dan pakaiannya lusuh.

“Kita bisa mengadakan penggalangan dana. Ibuku pasti mau membantu, aku akan bicara padanya. “

“Lalu bagaimana kau nanti menjelaskan kenapa kau bisa mengenal anak-anak ini. Lagi pula ibumu dan komunitasnya belum tentu mau berkunjung di tempat kotor. Panti asuhan yang para lady datangi adalah panti bersih, dengan anak yang terdidik dan berpakaian rapi. Kenyataannya ada banyak anak yang lebih mengenaskan di luaran sana. “

Francesca menerawang jauh saat tinggal di pemukiman kumuh. Memang rumah yang ibunya tempati cukup layak karena bagaimanapun pun ibunya di sokong oleh seorang Earl. Tapi Francesca banyak bergaul dengan anak jalanan, pencuri, pencopet yang sering ia beri makan. Ibunya selalu marah jika Francesca menyelundupkan makanan. Dari sana ia belajar, memakai pedang, memakai ketapel yang sekarang ia ganti dengan busur, atau belajar mencopet walau ia mendapatkan pukulan yang keras dari ibunya ketika ketahuan.

Itu hari yang cukup menyenangkan dan indah sebelum ia dibawa ke rumah Lecester menggantikan putri sah pria itu yang meninggal karena berfisik lemah. Francesca dididik menjadi lady baik, bangsawan teladan, ini tak boleh, itu jangan. Ia diubah menjadi orang lain tanpa ayahnya tahu jika kadang ia menyelinap pergi, melakukan hal yang disukainya.

“Red! “panggil Jack yang baru saja tiba.

“Kau selalu terlambat. “

Jack tersenyum tapi bibirnya terpaksa ia turunkan ketika melihat satu orang lady datang menggunakan gaun abu.

“Kau mengajak teman Red? “teman yang Jack juga kenal namun enggan terlalu dekat. Merka bertemu menggunakan topeng tanpa tahu kehidupan Jack yang sebenarnya . Apakah kali ini lady Beatrice akan memperlakukannya berbeda.

“Kenalkan ini Lady Beatrice, temanku. “
Jack lebih dulu mengangkat topi lalu membungkuk, memperlihatkan posisi mereka yang tidak sama. Ia bukan golongan bangsawan, dan Jack bukan seorang gentleman.

“Saya Jack, Lady. “

“Kau teman Francesca yang ingin membelikan anak-anak ini rumah? “ Jack terkesima, sang lady tak ragu mendekat dan berkenalan lebih jauh dengannya.

“Akan ku usahakan itu. “

“Kau baik sekali. Aku tersanjung bisa berkenalan denganmu. “tak ada kebohongan, tak ada kepura-puraan. Bea memang baik dan lembut hatinya. Wanita ini tak jijik atau menganggap Jack mahluk dari dunia yang lebih rendah. “Aku juga mau menyumbangkan uang untuk membelikan anak-anak ini rumah yang layak tapi uang yang ku sumbang tak banyak. “

“Terima kasih My Lady. “

“Jangan panggil aku Lady. Kau memanggil Francesca red. Apa ada panggilan khusus untukku juga? “

Mata Jack membelalak. Tak akan ia sia-siakan keakraban ini. Lady Beatrice berbeda dengan Lady pada umumnya. Suaranya begitu renyah tanpa sarat kesombongan. “Itu akan ku pikirkan dulu “

Beatrice sangat antusias bertanya banyak hal pada Jack. Sampai membuat kawan Francesca kewalahan. Beruntung Jhony datang membawa pedang kayu dan sepotong roti yang ia dapatkan dari sumbangan.

“Lady Francesca. “panggil anak itu riang.

“Kenapa Jhony. Apa hari ini kau dapat roti juga? “

“Iya rotinya sangat enak. “Bagaimana tak enak kalau gandumnya didapat dari pertanian Lecester yang terawat. “Tuan Jack tadi juga membawa beberapa potong daging My lady. Tapi aku tidak mendapatkannya. Tak apalah, aku lebih sering makan daging dari pada mereka. “

Sering dalam arti kata seminggu sekali atau bahkan sebulan sekali. Francesca menatap getir ke arah Jhony tapi anak itu mendengus, seperti tak suka dengan tatapan iba darinya.

“Lalu buat apa pedangmu? “Francesca berusaha mengalihkan perhatian.

“Untuk berlatih My Lady. Kata Tuan Jack, aku masih jauh sepasang dengannya. Dia berkata aku bisa berlatih denganmu. Katanya kemampuanmu hampir sepasang denganku. Anak lain tak ada yang mau main. Mereka selalu kalah. “

Francesca melempar tatapan bengis pada Jack. Beraninya kawannya itu meremehkan cara Francesca bermain pedang. “Itu betul. Tapi itu terjadi saat aku mengenakan rok. Apa tak masalah bagimu melawan seorang Lady yang mengenakan Gaun? “

Jhony berpikir lagi. Ia ingin menjadi gentleman. Gentleman tak melawan seorang perempuan. Tapi dia kan masih anak-anak bukan pria dewasa.

“Lawanlah dia Jhony. Kalau kau menang darinya, aku mau mengajarimu gerakan baru. “ apalagi Jack mendukung.
Francesca menaikkan dagu. Mereka dulu saat kecil sering bermain pedang namun Jack tumbuh menjadi mahir sedang Francesca banyak menahan diri. Dulu dia sering mengalahkan Jack tapi Kini ia tak yakin bisa melakukannya.

“Baik, mana pedangku? “

Johnny mengambil satu pedang kayu yang tergeletak di sudut ruangan, yang biasanya untuk anak-anak main. Sedang Jack dan Beatrice menyingkir di pinggir, memberikan ruang untuk Francesca dan Jhonny bermain. Anak-anak lain yang semula makan roti kini mendekat. Duduk berjongkok menjadi penonton.

“Kau siap Jhony. Jangan menangis kalau kena pukul. “

Francesca membiarkan Jhony menyerang duluan, gerakan anak itu lumayan gesit dan berhasil Francesca halau dengan pedang. Roknya yang lebar memang agak mengganggu, membatasi pergerakannya namun Francesca menang dalam postur dan tinggi badan.

Satu pukulan di bahu kecil Johnny, lumayan keras karena sang Lady sepertinya bermain dengan serius.
Johnny Cuma bisa mengusap sembari meringis. Tak disangka seorang Lady dengan roknya bisa bermain pedang sebagus ini. Francesca menaikkan kedua alisnya berusaha menantang, sekaligus menambah semangat pada si Kecil johnny. “Mau menyerah? “

“Tidak akan My Lady. “

Johnny menyerang lagi kali ini ia menambah kekuatannya, bermain lebih gesit tapi Francesca berhasil menghalau serangan. Ada kalanya Francesca lengah, tapi itu pun tak membuat Jhony menang. Johnny menyerang bagian bawah Francesca yang dirasa paling lemah. Tapi kaki Francesca terlalu lincah hingga bisa menginjak pedang Johnny dan menendang Johnny dengan lututnya. Para anak perempuan bertepuk tangan ketika melihat Johnny tersungkur.

“Aku sudah bilang padamu. Aku serius. “
Jack maju membantu Johnny berdiri.

“Kalau ini pertarungan sesunguhnya, kau memang Johnny. Red, kau menginjak pedang. Pedang itu bisa mengiris telapak kakimu. “

Francesca mendengus, baginya ia tetap menang.

“Jhony aku akan tetap mengajarimu. “

“Terima kasih Tuan. “

Beatrice mendekat, gadis subur itu selalu takjub dengan kemampuan tersembunyi milik Francesca.

Tanpa keduanya sadari jika Ranulf mengawasi sang tunangan dari atap rumah sebelah. Ranulf bergumam merasa kecewa. Sebegitu kah Francesca tidak menyukainya, hingga meninggalkan Ranulf dan langsung menghampiri Jack. Rasa cemburu menyergap. Francesca sudah lama ditakdirkan untuknya, gadis itu tak bisa terus mengelaknya.

🐢🐢🐢🐢🐢🐢🐢🐢🐢🐢🐢🐢

“Undangan ke opera? “tanya Francesca bingung ketika ayahnya datang menemuinya di ruang duduk.

“Iya, Earl of Wichester mengundangmu ke opera besok malam. “ Francesca mengernyitkan hidung. Ia kira setelah meninggalkan Ranulf. Pria itu akan mundur lebih parahnya mengadu ke ayahnya tapi pria itu malah menawarkan undangan opera.

“Ayah tahu aku tidak menyukai opera. Ayah tahu alasannya kenapa. “opera mengingatkannya dengan sang ibu kandung. Dia seorang aktris dan juga penyanyi, walau Francesca tak menuruni bakatnya.

“Tapi kau tak bisa menolaknya. “Francesca akan menuruti titah sang ayah tapi itu dulu.

“Aku tetap tidak mau. “

“Jadi.. kau tak mau mendapatkan surat ibumu? “

OOh tidak, ayahnya menerima surat itu sebelum Francesca. Di tangan William ada dua lembar surat yang masih tersegel. Ibunya tak lupa padanya, ibunya mengiriminya kabar teratur setiap tahunnya.

“Kalau kau tetap menolak, aku akan membakar surat ibumu. “

Francesca mengerang marah tapi jika ia mengamuk surat ibunya akan ayahnya bakar.

“Baiklah, aku akan menuruti mau ayah. Mana suratnya? “

“Surat ini akan didapat setelah kau pulang dari opera. Aku takut kau ingkar janji. “

Francesca harus memiliki ekstra kesabaran untuk menghadapi ayahnya sekarang.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Francesca takdirnya Ranulf atau Jack?

Next part mereka bakal nonton opera

Jangan lupa vote dan komentarnya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top