Bab 6
Tak usah bertanya pada Anthony, besoknya Ranulf Hamilton, Earl of Wichester mengunjungi ayah Francesca, William Hartley secara langsung. Ia mengumumkan keras-keras kunjungannya agar Earl Lecester segera turun. Ada banyak hal yang perlu mereka bicarakan terutama tentang Francesca.
“Ranulf...kau sudah pulang dari grand tour? “William sudah seperti ayahnya. Memeluknya ketika ia pulang. Yah memang secara tak langsung William akan menjadi ayah mertuanya l, itu yang akan bahas tapi nanti. “Francesca pasti senang sekali mengetahui kau pulang. “
“Ada yang ingin ku bicarakan “
“OOh tentu saja. Kau ingin melanjutkan perjanjian kita kan? Francesca tumbuh menjadi gadis yang cantik dan sehat. Kau tidak ingin menemuinya? “
“Itu... “Ranulf tak mampu menjawab. Ini sebuah rasa tak enak hati. Francesca Hartley adalah tunangannya namun setelah semalam ia berpikir. Pertunangan ini tak adil untuk Francesca yang mungkin bisa memilih calon suaminya sendiri.
“Oh kita bisa membicarakan ini di ruang kerjaku. “William tersenyum penuh kepuasan sebelum menggiring Ranulf ke ruangannya ia menyuruh pelayan membawakan kue dan teh. Sebentar lagi sebuah peristirahatan dan lahan di Norfolk aka menjadi miliknya. Mas kawin Ibu Francesca terikat dengan sang putri, jika Francesca menikah mas kawin itu akan menjadi miliknya sesuai perjanjiannya dengan kakek Francesca, Duke of Norfolk.
Namun semua yang direncanakan tak seindah kenyataannya. Ranulf membicarakan hal yang tidak terduga serta momok menakutkan. Pembatalan pertunangan.
“Kenapa kau melakukannya? “
“Grand tour membuat pandanganku tentang hidup menjadi lain. “tentu saja ucapannya Cuma omong kosong. “Tidak adil bagi putrimu kalai menikah dengan pria yang baru saja ia kenal. “
William mengibaskan tangan. “Di kalangan bangsawan itu sudah biasa terjadi. Apa saat grand tour kau bertemu seorang wanita yang menarik? “ Ranulf tak menjawab namun earl of Lecester malah tersenyum penuh arti. “bagi pria wajar memiliki selingan. Putriku cukup paham dengan hal itu. “
Ranulf yang menjadi tak paham. Bagaimana seorang ayah bisa melihat putrinya diperlakukan tak adil seperti ini. “Aku peduli dengan nama baik Francesca. “
“Tapi dengan batalnya pertunangan maka Francesca akan terjerat skandal. “
“Masalah itu aku sudah memikirkan. Biarlah kalian yang terlihat seolah memutuskan pertunangan sebab aku akyang kurang layak.”
William menyatukan tangan di belakang badan, wajahnya yang dihiasi kerutan mendongak seolah menahan gejolak amarah. “itu juga akan berakibat pada Francesca. Kami akan dinilai ingkar janji. Kau terlihat cukup pantas. “
Earl Lecester susah dibujuk. Ranulf ingin mengangkat beban ini dengan segera. Bagaimana ia bisa membayangkan jika akan hidup tak tentu arah dan melihat istrinya marah-marah karena kepergiannya yang tiba-tiba dan tak tentu kapan pulang.
“Begini saja, “semoga Earl of Lecester punya solusi lain. “Kita memang akan mempertimbangkan ulang pertunangan kalian. Kau bisa memutuskan setelah melihat Francesca, bagusnya kalian bercakap-cakap juga untuk membahas ini. Kau bisa datang lagi lusa. “
“Baiklah kalau itu keputusan yang paling baik dan bijak. “
Ranulf tahu lusa atau sekarang keputusan tak akan berubah. Ia tetap akan memutuskan pertunangan ini. Melihat berbagai sudut rumah Marquess of Camden, ia merasa was-was jika tidak akan bisa ke luar dari sana hidup-hidup. Jika Francesca tetap menjadi tunangannya bukannya gadis itu akan terhanyut dalam pusaran skandal yang lebih besar. Bagaimana jika nanti Hidup Francesca yang malah akan hancur.
🍎🍎🍎🍎🍎🍎🍎
Francesca sedang berada di ruangan biru, bermain piano serta melatih vokalnya untuk bernyanyi. Nafasnya hampir habis ketika guru vokalnya yang berasal dari italia memintanya mengulangi nada-nada yang terdengar sumbang. Sampai Raja Inggris turun tahta pun kemampuan menyanyi Francesca sama buruknya dengan suara burung pelatuk.
Marry meringis tak enak hati padahal telinganya yang merasa tak enak karena kemasukan suara sumbang. Ladynya bukan penyanyi handal, apalagi seorang seniman. Ladynya hampir Lima tahun bermain piano tapi tak sampai mengalami kemajuan signifikan. Untungnya pianoforte itu tak mengalami kehancuran.
“Tak perlu berlatih terlalu keras. “
Itu suara Edwina, Ibu tirinya. Istri kedua Earl of Lecester yang tak pernah akur dengan Francesca. Sang ibu tiri Cuma berjarak sepuluh tahun dari usianya sekarang. Edwina hanya putri seorang Baron tapi perempuan itu merasa tinggi hati dan percaya diri karena telah melahirkan pewaris Earl of Lecester. Adiknya William Jr baru berusia tujuh tahun. William sangat baik dan manis berbeda sekali dengan kedua orang tuanya.
“Wichester ke sini menemui ayahmu. Kau tahu apa yang mereka bicarakan? “
Punggung Francesca menegang. Gagasan tentang pernikahan membuatnya mual. Ia tak siap harus menjalani peran sebagai istri.
“Apa?” tanyanya terbata. Baru kali ini Edwina membuatnya gemetaran.
“Pembatalan pertunangan. “kepala Francesca seperti disiram Air hangat dari pemandian di daerah Bath. Rasa tegangnya berangsur lunak menyisakan rasa lega luar biasa. “Kau memang tidak berguna bahkan tunanganmu membuangmu “
Tak apalah Edwina mau berkata apa asal pernikahannya tak terlaksana. “Kau hidup sendiri Francesca tanpa ibumu, tanpa diinginkan siapa pun dan apa yang tersisa padamu? “
“Aku sangat berharap kalau aku segera berusia 21 tahun lalu bebas mengambil mas kawinku yang ibuku telah tinggalkan. Ku harap juga ayahku tak mendapatkan sepeser pun harta ibuku. “Edwina melotot murka kalau saja Francesca bukan cucu Duke ia akan senang menampar wajah wanita ini. “Bersiaplah hidup sederhana dengan ayahku yang pelit serta perhitungan. Kau bisa pergi Edwina, aku mau belajar bermain Piano. “
“Untuk apa kau belajar kalau kau tidak diinginkan sebagai istri. “
Francisca memicing, “Orang bodoh yang biasanya tak mau belajar. Menjadi countess dari seorang Earl yang kikir termasuk hal yang bodoh. Gelar tak selamanya mendatangkan kemakmuran. “
“Akan ku adukan tingkah lakumu yang kurang sopan ini pada ayahmu! “
Edwina langsung berbalik pergi dengan kasar setelah mengibaskan gaun suteranya. Edwina terlalu dimanja oleh Earl of Lecester jadinya ini tirinya sering semena-mena tapi itu tak berlaku untuk Francesca. Ia paling anti ditindas termasuk oleh ayahnya sendiri.
Gara-gara Edwina yang super menyebalkan ia jadi lupa rasa bahagia serta leganya ketika pertunangannya di batalkan. Semoga saja Edwina membawa kabar yang benar, perempuan culas itu tak menyampaikan berita yang masih diragukan kebenarannya. Ah Edwina kan selalu senang jika dia menderita.
Besok ia akan mengajak Bea dan Katherine untuk piknik dan berkuda di padang ilalang dekat hutan untuk merayakan hari kebebasannya. Francesca tak peduli jika harus terlibat skandal, itu malah bagus karena jika sampai usia 21 tahun ia belum menikah maka ia bisa melaksanakan cita-citanya yaitu mengunjungi tempat-tempat indah di Prancis, Spanyol maupun italia.
🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top