Bab 29
Selama melewati perjalanan menuju Skotlandia. Kuda Katherine berada di dekat Francesca. Mengiringi setiap kida kawannya melangkah. Katherine memang sengaja menimbulkan jarak antara Ranulf dan Francesca setelah memergoki apa yang Ranulf lakukan.
Harusnya Katherine lebih peka kemarin-kemarin. Melihat mata Ranulf yang mematri pada Francesca harusnya Katherine tahu kalau sang Earl tengah dimabuk cinta dan terlena akan nafsu dunia.
"Kau mengacaukan barisan Katherine!" Tegur Ranulf yang merasa jika istri Sebastian memang sengaja memotong jalurnya.
"Mengacaukan barisan atau hatimu?" Balas Katherine telak lalu mensejajari kuda Francesca. Dengan gaya anggun dan angkuh ia seperti menggiring temannya menjauh. Tidak akan Katherine beri kesempatan untuk mereka mendekat. Ia merasa iba pada Francesca yang terbelenggu oleh kekuasaan Ranulf. Ranulf menarik temannya dalam pusaran skandal dan menempatkan masa depan Francesca didekat jurang.
Tiba-tiba serangan anak panah bertebaran datang. Mereka yang bersantai naik kuda, melajukan tali kekang dengan kencang sehingga barisan mereka kacau dan kuda mereka kocar-kacir. Tidak sulit menghindari anak panah untuk yang terlatih menggunakan kuda tanpa pelana tapi bagi Katherine. Ini hal sangat sulit, kudanya sulit dikendalikan. Katherine hampir terpental dari atas pelana.
"Sialan! Ini serangan dadakan."
Rombongan terpecah menjadi tiga bagian. Ranulf melajukan kuda di dekat Katherine yang panik, diikuti Sebastian sedang Ian dan Francesca menuju lembah, ditemani Angus. Sisanya mungkin berkamuflase di antara lebatnya pohon.
"Kita tidak bisa bersembunyi bagai pengecut," Ian seorang pejuang. Bukan gayanya memilih menghindari pertempuran.
"Tapi keadaan kita tidak memungkinkan. Ada para lady yang harus kita lindungi."
"Aku tidak butuh dilindungi My Lord. Kalau perlu mengangkat senjata maka hal itu akan ku lakukan."
Angus dan Ian hanya saling melihat lalu mengamati Francesca yang tengah mengatur nafas. Francesca bukan wanita lemah apalagi cengeng. Terbukti permainan pedang wanita itu yang tidak bisa diremehkan.
"Baik. Kalau begitu kita berburu."
"Jelaskan yang dimaksud berburu padaku?" Pinta Francesca. Karena ia tahu Ian mengkode sesuatu pada Angus.
"Kita tidak tahu berapa jumlah musuh. Kita tidak menunggu untuk diserang tapi kita duluan yang menghabisi mereka. Ku tebak karena kita berpencar. Mereka juga sama."
"Bagaimana kita tidak salah menyerang lawan. Di hutan bukan cuma mereka tapi teman kita juga ada," imbuh Francesca yang kepikiran soal Katherine.
"Para pria bangsaku memakai plaid. Mereka mudah dikenali."
"Lalu bagaimana dengan Anthony maupun Ranulf. Mereka tidak mengenakan plaid. Aku juga." Francesca dapat dikatakan sangat cerdas sebagai seorang wanita.
"Aku akan meminjamkanmu plaidku, kebetulan aku membawa lebih dari satu, " jawab Ian bijak. Angus langsung mengerutkan kening. Plaid digunakan untuk menunjukkan identitas klan dan tidak dapat dipakai orang sembarangan.
"Bila kau memberi seorang wanita plaidmu itu pertanda kau akan mempersuntingnya." Francesca melotot, ia nampak jijik dengan plaid yang Ian sodorkan.
"Kalau Lady Francesca mau, aku tidak masalah tapi aku memberinya secara cuma-cuma. Di saat genting, pengecualian dapat dilakukan. Jangan menatapku galak seperti itu Angus. Kau lebih tahu bagaimana aku."
Angus hanya mengangkat bahu sedang Francesca agak ragu menerima plaid Ian. Tak ada gunanya berprasangka dalam keadaan genting. Nyawa mereka di atas segala tanda tanya dan rasa ragu.
Sedang di tempat lain, Ranulf menggerutu karena khawatir dengan keadaan Francesca. Ia menanggalkan atribut ksatrianya karena harus melindungi Katherine. Sialnya ia terjebak dengan sepasang pengantin baru yang dijadikan target utama.
"Harusnya kau tidak menghalangi berdekatan dengan Francesca. Aku sekarang tidak tahu di mana dia berada. Apa dia selamat atau tidak."
Katherine mendongakkan wajah. Ia tak patut di salahkan. Keadaan mereka tadi sangat genting. Puluhan anak panah terbang. Untung saja mereka masih selamat walau harus bersembunyi sekarang.
"Francesca pasti selamat. Kemampuan berkudanya hebat. Tidak usah sok peduli dengan temanku My Lord. Ku rasa dia lebih aman bila jauh darimu."
"Apa kau kira aku tak bisa melindungi Francesca?"
Katherine membuang nafas jengkel. Ia berkacak pinggang lalu jari telunjuknya ia daratkan di dada Ranulf. "Aku tahu apa yang kalian lakukan semalam. Aku tahu apa yang kau lakukan pada teman baikku. Kau memang tunangannya tapi kau tidak berhak memilikinya My Lord. Aku akan berusaha menjauhkan Francesca darimu. Kau tahu ku kira kau gentleman terhormat tapi ternyata kau tidak ada bedanya dengan lelaki bar-bar yang tidak punya sopan santun."
Ranulf menurunkan jari telunjuk Katherine lalu balas melotot padanya. "Francesca sudah digariskan untukku. Kau mungkin iri karena tidak dapat apa yang sahabatmu dapat." Ranulf melempar tahapannya pada Sebastian yang mengasah pedang.
"Yah setidaknya suamiku tidak menempatkan diriku di jurang skandal."
Sebastian menyatukan alis. Ia bingung dengan apa yang mereka pertengkaran. Istrinya memang Lady manja merepotkan tapi untung saja Katherine selamat kalau tidak Sebastian takut akan disuruh mengembalikan mas kawin wanita itu.
"Apa rencana kita setelah ini?"
"Mencari teman kita yang lain atau melakukan serangan balik," jawab Ranulf enteng.
"Sulit dilakukan karena ada Katherine di antara kita. Apa kita sembunyikan dia saja di suatu tempat lalu menjemputnya ketika aman?"
"Jangan memperlakukanku seolah aku barang titipan. Aku mau ikut dan tak mau ditinggal sendirian."
Sebastian malah mengorek kuping. Biar Ranulf yang mengambil keputusan.
"Kita lanjutkan perjalanan. Mungkin kita dapat bertemu yang lain di kota berikutnya."
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Francesca naik kuda dengan siaga sembari membawa anak panah dan busur . Berburu tak semudah yang mereka bayangkan. Mereka dikejar karena berhasil melukai pasukan The shadow. Pasukan The shadow mudah dikenali. Mereka mengenakan pakaian serba hitam dengan penutup mata. Francesca membidik anak panah di atas kuda yang melaju. Kali ini ia menggunakan kemampuannya untuk bertahan hidup bukan sebagai ajang pertaruhan
"Kerja yang bagus Lady Francesca karena keadaan kita dikejar, kita harus mendahului mereka."
Francesca mengamati tangannya yang memegang tali kekang. Tangannya berdarah, terluka, penuh dengan sayatan. Ia tak bisa berkata sakit ketika yang lain juga sudah bekerja keras. Tenaganya hampir terkuras dan hari sudah menjelang malam. Semoga saja mereka menemukan sungai untuk sekedar minum atau cuci muka.
Dari kejauhan terdengar suara derap kuda yang berlari dengan amat kencang. Seorang wanita dikejar oleh beberapa orang shadow. Itu Katherine yang tidak dikawal oleh siapa pun. Francesca bersama Ian langsung mengejar. Ia mengambil busur panah dan membidik satu pengejar yang akhirnya jatuh dari kudanya. Sedang Ian melempar belatinya yang langsung menancap pada punggung sang penjahat.
Katherine melajukan kudanya dengan pelan. Ia bersyukur karena ada yang memberikan pertolongan.
"Kate, kau tidak apa-apa?"
Dengan nafas memburu, Katherine menyiapkan mental untuk menjelaskan. Ia hampir menangis jika ingat dikejar. "Aku takut Francesca."
"Kau sudah aman, Kate. Di mana Ranulf?"
"Kami di serang Sebastian dan Ranulf m
"Kami di serang Sebastian dan Ranulf melawan para penjahat di dekat hutan pinus. Aku disuruh lari tapi tetap saja ada yang mengejarku, aku takut . Untunglah kalian datang tepat waktu.”
Francesca langsung membelokkan tali kekang kuda, menuju tempat yang ditunjuk Katherine. Entah kenapa perasaannya jadi tak enak. Ranulf terlalu hebat untuk dihabisi tapi bukan berarti pria itu tak bisa mati. Ia melajukan kuda seperti kesetanan , tak peduli dengan panggilan Ian.
Benar saja, Francesca melihat tunangannya bertarung, bertarung di dekat tebing curam. Pria itu melawan seorang pria berpakaian serba hitam dengan pedang melengkungnya. Francesca siap melenturkan busur tapi kali ini ia harus menyerah , tangannya tak cukup kuat untuk menarik anak panah tapi tekatnya begitu bulat. Ia paksakan tenaga terakhirnya walau jemarinya harus patah. Ia bidik musuh Ranulf dari jarak lumayan jauh.
Sasarannya bergerak bergantian, hingga Francesca menjadi bingung. Kali ini ia harus berkonsentrasi penuh disela jemarinya yang terasa sakit.
Anak panah melesat searah dengan kecepatan angin. Musuh Ranulf terlukai lengan kanannya hingga menjatuhkan pedang. Sang musuh dengan mudah Ranulf serang hingga jatuh mati ke tebing curam. Ranulf melongok ke bawah, musuhnya tewas namun tak membuatnya puas.
Francesca segera turun lalu berlari menghampiri sang tunangan. “Kau tidak apa? Apa dia mati?”
“Kemungkinan iya tapi aku tidak suka membunuhnya secara diam-diam apalagi menyerang dari belakang.”
Francesca berkacak pinggang. Ia hampir memtahkan jemarinya tapi ini jawaban atas pengorbanannya. “Dia bertujuan membunuh kita. Kita membunuh atau dibunuh hanya itu pilihannya. Jadi jangan berlagak sok ksatria padahal nyawamu jadi taruhannya.”
Ranulf mendengus, namun kilat matanya mendadak berbeda. Ia menarik lengan Francesca dengan kasar lalu secepat kilat membalik tubuhnya.
“Ranulf!”
Mereka di serang, satu anak panah menancap di tubuh Ranulf yang membuat tubuh lelaki itu ambruk di dekapan Francesca.
*******
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top