Bab 27

"Kau yakin aku harus mengenakan pakaian ini?" Francesca mengangkat tinggi-tinggi pakaian kaum pria yang Ranulf beri padanya. Bukan cuma dia yang memakai namun Katherine juga. Kemeja laki-laki dengan celana selutut, dilengkapi sepatu bot, kaus kaki dan jas coklat bermantel tebal. Rambutnya yang panjang akan dikucir dan ditutupi topi berkuda.

"Tidak bisakah kami memakai gaun? Kami masih tetap dapat berkuda walau memakai gaun."

"Dua wanita di dalam rombongan akan terlihat mencolok. Lebih baik jika kalian membaur bersama kaum pria. Pakaian ini memang agak kebesaran tapi terlihat cocok untukmu."

Francesca mendesah. "Tidak kau tambahkan kumis palsu sekalian?"

"Ku rasa tidak perlu."

"Sekarang pergilah. aku mau berganti pakaian." Namun Ranulf malah tak bergeming. Pria itu tersenyum geli.

"Aku sudah melihat semuanya. Berganti pakaian di depanku rasanya tidak masalah." Francesca melotot sembari berkacak pinggang. Dengan sedikit dorongan, Ranulf ia usir ke luar. Barulah ia berani berganti pakaian.

Pakaian ini tidak buruk malah Francesca dapat bergerak lebih leluasa. Enak ternyata menjadi laki-laki, tak ada rok yang menghalangi, tak ada gaun yang membebani, rambutnya juga tapi hanya dengan dikucir sembarangan.

Francesca ke luar dan hampir membuat rahang para pria jatuh. Mereka tidak menyangka sang lady mengenakan pakaian pria. Kaki Francesca terlihat jenjang dan ramping membuat para pria meneguk ludah. Padahal Ranulf sudah memberinya jas yang panjang sampai ke lutut.

"Mana Katherine? Apa dia sudah selesai berganti pakaian?" Si tunangan tanpa dosa menanyakan Katherine padahal Ranulf siap menghunuskan pedang ke mata semua pria yang menatap Francesca.

"Dia masih di dalam," jawab Sebastian agak terbata.

"Angus, ku kembalikan pedangmu."

"Baik My lady." Angus menerimanya dengan gelisah. Ia teringat cerita Sebastian tentang bagaimana hebatnya Francesca melawan dua pria. Angus masih tidak percaya bahwa pedangnya kemarin memang digunakan. Ia membolak-balikkannya.

"Apa pedangmu rusak?"

"Tidak My lady."

"Francesca!" panggil Ranulf. "Gunakan panah dan busur ini. Benda ini lebih cocok untukmu."

"Kenapa kita tak menggunakan pistol saja agar lebih mudah membunuh?" tanya Anthony yang berpikir bahwa pertarungan mereka kemarin sia-sia dan terlalu makan waktu.

"Walau mereka pembunuh bayaran. Para shadow bertarung dengan adil, menggunakan pedang sabit. Aku menghargai mereka karena itu."

"Ku rasa mereka hanya sekumpulan orang kuno yang tidak beradab." ujar Anthony meremehkan. Ia tidak mahir berkelahi serta menggunakan pedang. Pegunungan serta Hutan liar tak cocok untuknya.

Ranulf menatap temannya jengkel. Itu menjadi alasan kenapa misi besar dan berbahaya tidak pernah dilemparkan ke pihak Anthony. Tapi ingin mendebat lagi, Katherine sudah keluar dengan pakaian kedodoran.

"Kalian tidak memiliki pakaian yang lebih kecil?"

"Tidak. Sebaiknya kita segera berangkat," ujar Ranulf karena mereka hampir tertawa melihat Katherine dengan penampilannya yang sangat aneh. Celana kedodoran, serta kepanjangan, jas yang harusnya cuma sampai di atas lutut, untuk Kate jas itu dapat sampai melebihi tengah kaki. Katherine mencebik kesal. Menatap Anthony tak mendapatkan pembelaan, menatap Sebastian. suaminya malah mempersiapkan kuda yang akan mereka pakai

🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷

Brakk.

Marquess of Camden menggebrak meja dengan sangat keras. Perintah yang ia buat gagal lagi. Sepasang pengantin itu masih hidup. Rombongan mereka akan sampai ke Skotlandia dalam waktu tiga hari. Itu waktu yang tersisa dan ada hal lain yang membuatnya kesal. Camden mengeluarkan uang yang sangat banyak untuk menyewa jasa The shadow tapi tak satu pun dari mereka berhasil.

"Tiga dari kami dihabisi."

"Itu hal yang pantas kalian dapatkan setelah aku membayar uang yang sangat banyak. Sialan kalian!"

"Kau tidak pernah bilang bahwa yang kami hadapi adalah para Highlander dan salah satu mata-mata terbaik Inggris."

Camden dengan angkuh mendongakkan wajah. "Mata-mata ada dua walau yang satunya payah."

"Kau harusnya menambah uang untuk kami!"

"Kau kira aku mau memberi konpensasi atas kegagalan kalian! Bagaimana gulunganku apakah kalian sudah temukan?"

"Gulungan itu sudah tidak ada di kediaman Wichester. Gulungan itu sepertinya sudah diserahkan ke departemen pertahanan negara."

Satu kegagalan lagi. Mata Marques of Camden memejam. Gulungan itu akan  jadi alat tawar menawar yang menarik bagi Devonshire. Camden akan menebusnya, dengan melakukan apa pun untuk Duke tamak kekuasaan itu.

"Kalian tidak becus kan! Apa yang kalian sanggup lakukan sekarang ketika kepalaku sudah dekat dengan tiang gantungan!" Hampir saja ia akan mengambil pistol di laci meja.

"Kami meminta waktu. Kami sekuat tenaga akan menghabisi rombongan itu. Beri kami kesempatan sekaligus untuk balas dendam atas meninggalnya anggota kami yang lain!"

Camden memijit pelipis lalu meminum sebotol wiski sekali teguk. "Baik. Sekali lagi, lakukan penyerangan dengan sisa tiga hari itu. Lakukan apa pun agar rombongan mereka tidak sampai ke Skotlandia. Lakukan apa pun agar sepasang pengantin itu terbunuh!"

"Baik." Para shadow langsung berbalik dan pergi dengan cepat tanpa bayangan. Candem melangkah ke luar menuju rumah utama dari ruangan tersembunyi di bawah tanah. Hidupnya benar-benar penuh akan rahasia. Beberapa kamar tersembunyi menyimpan harta miliknya. Semua dilakukan demi keluarganya yang amat ia cintai.

Camden ke luar ruangan rahasia dengan wajah yang ditekuk masam. Ia berjalan sempoyongan sambil menatap setiap dinding rumahnya yang kokoh serta dihiasi pelapis dinding dengan kualitas nomer satu. Nafas lelah ia hembuskan lalu senyum ringan ia paksakan. Camden adalah pribadi berbeda jika bertemu dengan keluarganya, terutama putrinya tersayang.

"Papah." Panggil Bea lembut ketika melihat papahnya hampir masuk ruang kerja.

"Kenapa putriku?"

"Papah dari mana, aku mencarimu."

"Memang ada apa?" Balasnya sambil merangkul bahu Bea untuk berjalan bersama.

"Papah ditunggu makan malam. Koki kita menyiapkan daging burung dara panggang dengan saus mentega. Itu makanan kesukaan papah."

Camden mengecup pipi Bea karena terlalu bahagia sekaligus sesak dengan rahasianya. "Apa makanan penutup kita?"

"Kue mangkok dengan hiasan krim yang banyak. Makanan manis itu makanan penutup favoritku. Nanti aku akan minta dua porsi tapi mamah pasti marah."

Camden mencoba menahan gumpalan kesedihan yang menyumbat tenggorokan. Jika sesuatu terjadi pada dirinya bagaimana nasib Bea dan pewarisnya kelak. "Papah akan menyembunyikan satu porsi untukmu agar mamah tidak marah."

"Terima kasih papah. Bolehkan aku ke luar besok untuk mengunjungi anak yatim. Aku butuh beberapa pound papah untuk memperbaiki rumah mereka."

"Lakukan apa pun yang membuatmu senang."

Camden teringat beberapa hari lalu ketika Beatrice tidak ke luar dari kamar setelah pernikahan temannya. Ia juga menerima kabar bahwa lamaran Anthony, pewaris Earl of Kent ditolak Beatrice padahal sang putri semenjak lama menyukai pria itu dan tangis deras sang putri adalah jawabannya. Anthony tak cukup setia untuk menjadi seorang suami.

Camdne tak dapat marah karena begitulah pria Inggris berlaku di dunia ini. Sanggup makan malam dengan sang istri lalu berikutnya ke tempat wanita simpanan. Itu tak berlaku padanya. Camden menganggap perselingkuhan adalah sesuatu yang tidak terhormat dan mencabik harga dirinya sebagai seorang suami yang setia.

Oleh sebab itu jika The shadow ada kesempatan, Camden menyuruh membunuh Anthony sekalian.

☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top