Bab 26

Prajurit yang mati dikuburkan dengan layak dan penjahat yang mati ditumpuk lalu dibakar. Itulah cara memperlakukan manusia jahat dan baik. Francesca yang sudah sangat kelelahan karena kurang tidur. Memilih menyenderkan tubuh di batang pohon bersama Katherine.

"Aku tidak menyangka kau begitu hebat bermain pedang."

"Belajarlah menggunakan pedang Kate. Itu akan sangat berguna ketika kau menjadi istri Sebastian." Francesca tak mau berkata terlalu banyak. Badannya remuk dan tangannya rasanya hampir patah.

Katherine mendesah, ia melihat jilatan api yang berkobar. Ia ingat ketika meminta bantuan dan menemui Sebastian yang baru saja menghabisi lawan. Katherine malah dimarahi. Ia disebut pengecut karena mengumpankan Francesca. Katherine dianggap tak pantas menjadi bagian dari bangsa Skotlandia. Harga diri Kate terlukai karena hinaan Sebastian. Ia ingin menangis tapi apa pantas menangis sementara yang lain lebih luka dan kelelahan.

"Sini ku bersihkan Lukamu." Ranulf mengangkat tangan Francesca untuk diobati. "Rasanya memang akan sedikit perih tapi ini lebih baik dari pada infeksi."

"Tanganku tidak cantik lagi."

"Aku tetap menyukainya."

"Bagaimana punggungmu?"

"Hanya tersayat sedikit."

"Nanti aku gantian obati ya?"

Ranulf tidak menjawab. Ia hanya fokus pada tangan tunangannya. Mereka tidak memperhatikan Katherine yang cemberut dan memiliki alasan tambahan untuk menangis. Kasih sayang Ranulf pada sahabatnya membuatnya sangat iri. Sebastian bahkan tak peduli pada kakinya yang kesulitan berjalan.

"Kalian membuatku muak!"

"Kau obati saja Sebastian. Dia juga terluka."

Katherine beranjak pergi. Ia tidak ke tempat Sebastian tapi ke arah Anthony yang lengannya terluka. Memperdulikan Anthony setidaknya akan mendapatkan sambutan hangat.

Francesca tidak dapat mengalihkan pandangannya pada sayatan tipis yang menebas punggung Ranulf. Sayatan itu tidak sendirian tapi ada bekas sayatan lain yang lebih besar, lebih banyak dan lebih dalam. Berapa kali Ranulf pernah ditebas pedang. Saat mereka bercinta, suasana ruangan gelap hingga ia tidak dapat melihat pasti berapa banyak luka yang Ranulf punya.

"Kau sering bertarung?" tanyanya khawatir. "Luka di punggung ini. Mana yang paling membekas di hati?"

"Aku lupa yang mana. Mungkin yang paling baru karena didapat dari menjagamu."

Francesca tersenyum, Ranulf memang sering merayunya bahkan terang-terangan menyatakan cinta. Perasaan Ranulf yang terasa gamblang membuatnya senang sekaligus terbebani. Begitu mudah mencintai pria ini, begitu gampang memujanya. Ranulf terlalu sempurna sebagai seorang pria, terlalu tinggi sebagai seorang negarawan. Terlalu indah untuk dijadikan kenyataan. Francesca merasa kecil jika disandingkan dengan kelebihan Ranulf.

"Aku tidak pernah menyukai Jeda dan aku benci kau tiba-tiba diam tapi aku senang melihatmu tersenyum untukku."

"Apalagi yang kau sukai dariku?"

"Aku suka saat mendengar kau puas." Francesca mengerutkan dahi karena perkataan Ranulf yang ambigu itu.

"Tapi kau tidak suka ketika aku bernyanyi."

"Kalau itu jangan kau lakukan! Kasihanilah telingaku."

Francesca memukul bahu Ranulf dengan lumayan keras. Ia sadar bahwa suaranya bermasalah. Diambilnya selembar kain kering bersih untuk membalut luka Ranulf. Ia ingin memberikan kecupan pada punggung Ranulf tapi tak dilakukannya. Takutnya mereka menjadi pusat perhatian. Kasih sayang yang ditujukan Ranulf secara terang-terangan saja cukup mengganggu Katherine.

"Main-mainnya cukup di sini kawan. Kita disuruh berkumpul!" Anthony memanggil mereka untuk membahas sesuatu yang serius.

Francesca melihat banyak korban berjatuhan. Ada dua Highlander meninggal, ada beberapa prajurit gugur. Mereka diserang tiba-tiba dengan jumlah penyerang yang tidak terkira.

"Kita menyadari bahwa penyatuan ini tidak mudah. Jalan kita ke Skotlandia mengalami banyak kendala. Ada orang yang menginginkan pertumpahan darah. Menginginkan sepasang pengantin menemui ajalnya sebelum sampai ke Skotlandia," ujar Ian yang sangat paham akan keadaan politik dua negara yang menegang. Ada berbagai pihak yang diuntungkan apabila Skotlandia dan Inggris berperang.

"Kita harus bersatu. Menata ulang strategi. Ada usul yang dapat dipertimbangkan?"

Semua rata-rata diam kecuali Anthony. Ia memiliki solusi. "Bagaimana kalau sisa perjalanan ini lebih dipersingkat saja."

"Maksudmu memotong jalur?" Sahut Angus yang sepertinya tak sanggup jika harus melewati jalan terjal.

"Bukan. Memangkas orang yang bepergian agar tidak menarik perhatian. Ku sarankan, kita berangkat tanpa kereta kuda."

Katherine yang malah tersulut emosi. "Bagaimana bisa? Barangku ada di sana. Kau mau membuangnya?" Sebastian mendengus jengkel. Istrinya ini tidak memiliki otak waras. Di saat beberapa orang lebih mementingkan nyawa, si gadis manja malah memikirkan barang bawaannya.

"Bukan seperti itu." Anthony lebih tahu apa yang Katherine butuhkan. Membuang koleksi gaun Katherine sama saja menggorok lehernya sendiri. "Isabella akan berangkat ke Skotlandia duluan, dengan kereta dan juga barang. Pengawal yang tersisa dan tiga orang Highlander akan mengawalnya. Mereka dapat berangkat duluan dengan melalui jalur dengan jalan Terbuka ."

Usulan Anthony sepertinya dapat dipahami dan diterima.
"Lalu kita akan ke Skotlandia dengan jalur lebih singkat. Kita bersembilan akan naik kuda. Kita akan memotong jalur tapi keuntungannya adalah Kita dapat beristirahat di penginapan. Aku tahu kebutuhanmu Katherine."

"Kau menyuruhku naik kuda  mengangkang?"

"Iya," jawab Anthony tegas. "Jangan manja Kate! Kita tidak dalam rangka negosiasi." Tatapan tajam kakaknya cukup membuat Katherine menutup mulut. Francesca sebenarnya kasihan dengan sahabatnya. Nyawanya terancam sedang Kate tidak dibekali mempertahankan diri. Ia dianggap beban oleh sang suami dan kakaknya.

"Aku setuju dengan usulmu, Anthony." Ungkap Ranulf. Mungkin Anthony tidak selincah dirinya saat bermain pedang tapi kemampuan diplomasi pria itu patut diacungi jempol.

"Ada usulan tambahan?"

Sepertinya yang lain juga tak membantah. Para Highlander terlatih di Medan terjal tapi bagaimana untuk para Lady. "Kami tidak keberatan tapi bagaimana dengan Lady Francesca dan Lady Katherine. Apa tidak sebaiknya Lady Francesca dikembalikan ke London dengan pengawalan? Dia bukan sasaran utama."

"Tidak. Dia akan ikut sampai ke Skotlandia." Ini Ranulf yang memutuskan. Francesca dapat dikembalikan sebelum ini tapi calon istrinya sudah terlibat dalam pertarungan dengan the shadow. Francesca akan menjadi target apalagi para musuhnya telah tahu jika wanita ini adalah kelemahan Ranulf. "Aku sendiri  yang akan menjamin keselamatannya."

"Apa itu tidak dianggap egois?" Tanya Sebastian yang sangat iba melihat Francesca kelelahan bertarung.

"Harusnya istrimu itu yang tidak egois. Menyeret Francesca sejauh ini. Francesca terlibat pertarungan, dia tidak akan dilepaskan oleh the shadow. Kita sudah membunuh tiga dari sembilan anggota." Bahkan lebih jika ditilik dari anggota yang berada di Eropa, yang bertemu Ranulf di berbagai kesempatan dan pertarungan. The shadow selalu merekrut anggota baru dan tak membiarkan jumlahnya lebih dari sembilan. "Mereka mengincarku, melalui Francesca jadi lebih mudah."

"Penjahat itu sudah cukup melegenda seantero Eropa. The shadow sampai datang ke Inggris pasti yang menyewanya banyak uang sekaligus pihak yang berbahaya. Pernahkah kau bertemu dengan pemimpinnya?" Tanya Ian pada Ranulf. Ditilik dari cara Ranulf membunuh dan bertarung. Ian tahu sang Earl telah banyak melewati pertarungan.

The shadow adalah lawan terberat yang pernah Ranulf temui. Mereka terlatih sebagai pembunuh keji. Mereka dapat membunuh diam-diam. Di Portugal misalnya, banyak pejabat mati di tangan The shadow tanpa ketahuan. Mereka membunuh dalam diam dan memanfaatkan keheningan malam serta pencahayaan bulan yang minim.

"Aku belum pernah bertemu dengan pemimpinnya. Tapi aku yakin pemimpin mereka  belum muncul." Ranulf tahu banyak tentang para pembunuh bayaran dan the shadow bukan lawan yang dapat diremehkan.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top