Bab 24
Semua barang Katherine sudah dimasukkan ke kereta kuda. Katherine awalnya ingin membawa seluruh gaun dan asesorisnya tapi sayang sang suami menatapnya galak. Sebastian memperbolehkan semua barang Katherine di bawa ke Skotlandia tapi dengan catatan, barang-barang itu nantinya akan dijual untuk menambah pemasukan klan. Jelas Katherine menolak keras. Barangnya dapat tinggal di Inggris dan tetap utuh untuk jaga-jaga jika ia suatu hari memilih kabur.
Katherine menangis keras saat berpisah dengan ibu dan ayahnya. Ia merasa tidak akan kembali dalam waktu lama. Katherine tidak pernah jauh dari keluarganya, kecuali sekarang karena sebab pernikahan. Hubungannya dengan Anthony masih panas, saling melempar kata-kata ganas saat bertatap muka tapi tentunya Katherine selalu meminta perlindungan sang suami apabila Anthony sampai berbuat kasar.
Francesca sudah siap dengan satu tas kecil untuk menemaninya perjalanan Katherine meninggalkan Inggris. Ranulf juga ikut, pria itu memilih mengawal dengan menaiki kuda jantan bertubuh besar. Anthony pun juga menggiring adiknya ke Skotlandia walau dengan muka ditekuk masam.
Para Highlander pada awalnya protes apalagi Sebastian. Mereka masih bisa menerima arak-arakam pernikahan tapi tidak akan dengan rombongan pengawalan. Para Highlander dapat melindungi dirinya sendiri tapi Ranulf mendebat, selain untuk melindungi sepasang pengantin baru ia ikut karena ingin menjaga Francesca. Ian yang menjadi penengah karena ia lebih bijak. Para Highlander mau mengalah asal mereka dibiarkan mengawal juga walau di bagian belakang.
Francesca akui jika selama dua hari Ranulf cuma mengawasinya dari kejauhan. Pria itu memberinya ruang, sebuah kebebasan karena tahu bahwa Francesca pasti memilihnya.
"Pasti menyenangkan jika mengajak Bea ikut."
"Kita bahkan tidak tahu bagaimana kabarnya sekarang." Imbuh Francesca yang membuat Katherine ditempa rasa bersalah. Ia harus mengalihkan bahan pembicaraan. Membicarakan Bea sama saja menggarami luka.
"Kemarin aku tidur bersama mamah. Aku pasti akan merindukannya jika sudah sampai di Highland sana."
Sangat sulit berpisah dari ibu yang menyayangi kita apalagi Kate putri kesayangan Sang countess.
"Sebastian tidak marah,kau meninggalkannya tidur sendirian di kamar Kalian?"
"Dia tak peduli padaku, Francesca. Pernikahan ini sebatas hubungan kerja sama dan alat tukar. Aku sudah pasrah dengan apa yang menantikanku di Highland sana."
"Kau kuat Kate. Biasanya kau akan menentang siapa saja yang membuatmu terluka dan merasa tidak nyaman."
Kate malah lunglai. Di Inggris, ia banyak menyimpan amunisi dan koneksi. Di Skotlandia sana Kate hanya punya Sebastian itu pun ikatan di atas kertas. Kate tidak punya teman. Banyak yang bilang Highlander tak menyukai gadis Inggris yang manja dan juga keras kepala.
"Aku tidak punya kerabat atau teman di Skotlandia. Anthony seolah sengaja menghukum semua sikap seenak jidatku dengan pernikahan antar negara ini."
"Anthony tak mungkin sekejam itu." Ada sisa kebaikan dalam diri Anthony tapi hanya menyangkut keluarganya sendiri.
"Dia bahkan siap mencabik-cabikku saat tahu lamaran pernikahannya ditolak oleh Beatrice. Oh ya dari tadi aku hanya menceritakan tentang masalahku saja. Bagaimana hubunganmu dengan Wichester?"
"Kami akan menikah dua bulan lagi." Dengan setuju untuk menikah berarti ia telah siap untuk melepaskan masa lalunya sebagai Rosalind.
"Kabar yang membahagiakan. Tapi sayang aku pasti tidak bisa datang ke pernikahan Kalian nanti. Tapi tidak apa. Aku akan datang setelah aku berhasil memiliki anak dan mungkin pada saat itu kau tengah mengandung." Atau yang terjadi malah sebaliknya. Francesca tersenyum garing. Kalau Kate tahu bahwa ia telah mencuri momen malam pertamanya, Kate pasti tak akan segan-segan menendangnya dari kereta.
"Kau sangat beruntung bisa menikah Dengan Wichester. Selain gelar dan hartanya. Wichester sepertinya sangat tertarik padamu, dia menaruh perasaan khusus padamu. Sepasang kekasih sudah biasa mengikatkan pegangan tapi kemarin Wichester yang memegangmu. Dia menggenggam tanganmu. Romantis sekali. Dia juga tak peduli dengan panggilan orang. Fokusnya hanya padamu. Aku ingin memiliki kekasih yang seperti itu." Yah itu dilakukan karena Wichester menginginkannya di tempat tidur. Andai Katherine tahu, sahabatnya akan sangat marah. Itu yang membuat Francesca sedih. Ia seolah tidak punya pilihan untuk masa depannya.
Francesca mengalihkan pandangan ke jendela kereta. Ranulf tepat berada di sisinya, mengawasinya dengan kuda. Masa depannya akan indah dihiasi selusin anak dan suami baik. Itu hanya akan terjadi jika ia pandai menyimpan rahasia.
💮💮💮💮💮💮💮💮
Malam menjelang, hari mulai petang. Mereka memutuskan untuk membuat tenda untuk rombongan, khususnya untuk para wanita. Mereka tak dapat memesan penginapan untuk orang dengan jumlah banyak padahal perjalanan mereka belum ada seperempatnya.
Punggung Francesca pegal walau ia menaiki kereta kuda, Katherine mengalami hal yang sama. Mereka ingin segera merabhkan diri tapi tubuh keduanya lengket karena keringat. Francesca mendesah lalu melihat Isabella, pelayan Katherine. Ia tak tega menyuruh gadis muda itu karena perintah Katherine sudah banyak membebaninya.
Francesca membawa wadah untuk diisi air ke pinggir sungai. Ia memang lady pemberani tapi kalau di hadapkan dengan Hutan belantara nan asing. Francesca bagai anak kelinci yang kehilangan induk.
"Sini wadahmu akan ku isikan air."
Francesca cuma melongo lalu menengok kanan kiri. Dari mana Ranulf muncul bahkan langkah pria itu tidak terdengar.
"Kau tunggu di sini." Bodohnya Francesca menurut. Itu berlaku juga ketika Ranulf menggenggam tangannya, mengantarnya ke tenda.
"Kalau perlu apa-apa. Kau harusnya memanggilku. Kenapa Marry tidak kau ajak?"
"Aku mengantarkan Katherine bukan tamasya," jawabnya seadanya.
"Duduk," perintah Ranulf sambil menarik tangan Francesca untuk turun.
Francesca menurut, apalagi saat Ranulf mengambil kain lalu mencelupkannya ke dalam air. Yang mengejutkan ia membasuh tangan Francesca.
"Aku bisa membasuh tubuhku sendiri tanpa bantuan Marry."
"Aku agak ragu dengan hal itu."
Francesca tak menyukai perasaan berdebar dan getaran kejut dari interaksi yang mereka lakukan. Ranulf menyibak gaun Francesca sampai ke lengan, lalu memeblainya dengan kain basah. Ia sampai meneguk ludah. Interaksi ini membuatnya gundah. Bila cinta mampu membuat orang mengorbankan segalanya. Mungkin itu benar adanya. Ia siap melupakan nama Rosalind agar seumur hidup dapat menatap wajah Ranulf.
"Ulurkan kakimu." Francesca melepas sepatu tapi ia ragu, meletakkan kakinya di pangkuan milik Ranulf.
"Ini dinilai tidak sopan. Seorang pria tidak merendahkan diri dengan melayani perempuan apalagi sampai mengangkat kakinya."
"Tidak dengan wanitaku." Ranulf meraih kaki Francesca yang ramping. Francesca suka dipanggil begitu. "Wanita berhak dipuja bahkan dilayani oleh sang suami."
"Tapi kau kan bukan suamiku."
"Belum." Ranulf menjilat bibir lalu tersenyum sebelum mendesis lirih. Pria ini sepertinya menahan sesuatu. "Kita akan menikah secepatnya. Tapi ayahmu selain tukang menguping juga pria yang yang merepotkan."
"Aku setuju soal itu."
"Kita akan cocok dalam banyak hal makanya aku mencintaimu." Perkataan ini begitu sederhana tapi mampu membuat Francesca terbang ke angkasa. Benarkah pria ini mencintainya, tapi yang dicintai Ranulf siapa. Sosok Francesca atau Rosalind.
"Kalian!" Teriak Katherine sembari berkacak pinggang. Ia baru pulang dari sungai bersama Isabella tapi malah mendapati pemandangan yang membuatnya ingin mencelupkan diri ke dalam sungai.
"Kate?"
"Sebenarnya siapa yang menikah. aku atau kalian." kemudian Katherine menggeleng karena tak percaya. Mereka hanya bertunangan tapi interaksinya bisa sehangat ini. Ranulf begitu menyayangi Francesca berbeda dengan Sebastian yang memilih tidur di luar bersama hewan Hutan dan teman liarnya. "Kalian manis sekali. Tapi ku sampaikan My Lord bahwa tindakanmu ini tidak sopan. Kau pasti tidak lulus etiket dalam bertata krama."
"Siapa yang mau merepotkan diri dengan peraturan seribu etiket dan tata krama krama ala Inggris jika di hutan seperti ini."
Katherine langsung cemberut. Ia sadar bahwa lelaki milik Francesca bahkan rela kehilangan sopan santun saat bersama sahabatnya berbeda dengan... Katherine hampir menangis jika ingat bagaimana sikap dingin sang suami. Ia tarik nafas, berusaha tabah lalu sorot matanya yang tajam ia arahkan ke sepasang tunangan yang tak tahu tempat ini.
"Pergilah My Lord. Karena hari sudah sangat larut."
"Aku sudah selesai menyelesaikan sebagian besar tugasku. Silakan tidur para lady."
Sungguh Ranulf ingin mengecup pipi Francesca sebelum tidur tapi niatnya ia urungkan karena beresiko akan membuat Katherine menjadi lebih rewel dan galak. "Selamat malam."
Katherine mendesah, ia langsung menyeret lengan temannya untuk masuk ke tenda. Malam ini mereka akan tidur, dibelai oleh kekuatan alam mimpi. Tapi nyatanya hutan menyimpan lebatnya rahasia kehidupan. Tak mudah berjalan dari Inggris ke Skotlandia tanpa halangan serta tanjakan berliku tajam. Malamnya mereka diserang.
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top