Bab 20
Upacara pernikahan Katherine diadakan hari ini. Bunga mawar putih dan merah muda memenuhi altar, sesuai dengan permintaan sang pengantin wanita. Katherine mengharapkan pernikahan bak negeri dongeng, dengan pangeran tampan yang berhasil memberinya ciuman supaya ia bangun dari mimpi panjang tapi bukannya pangeran tampan yang Kate dapat. Kate dapat seorang ogre yang menariknya dari dunia mimpi ke dunia nyata yang pahit.
"Katherine cantik sekali," ungkap Bea yang langsung memelankan suara. Ia tak ingin menjadi perhatian di saat pemberkatan.
"Untung dia tidak lari di saat terakhir. Bayangkan Kate berlari mengenakan gaun pengantin lalu dengan dramatis dia Naik kereta. Gaunnya berkibar menandakan kebebasan."
"Sesuai dengan dongeng yang Katherine impikan." Baik Francesca dan Bea sama-sama terkikik membayangkannya.
"Akan ku ceritakan satu rahasia padamu, Francesca. Hal ini belum ku ceritakan pada orang tuaku." Padahal biasanya ibu Beatrice selalu menjadi prioritas atas segala urusan sang putri.
"Apa?" jawabnya seadanya. Francesca mengalami perubahan perasaan setelah apa yang dilakukan Ranulf kemarin. Ia menangis seharian baru ke luar saat makan malam. Sebisa mungkin ia menghindari orang.
"Kemarin Anthony melamarku secara tidak resmi. Katanya ia akan berbicara pada orang tuaku setelah pernikahan Katherine," ucapnya diiringi pipi yang bersemu merah. Bea tak kuasa menahan bahagia hingga euforianya ditampakkan dengan jelas. Francesca mengucapkan selamat walau pelan. Akan mudah menerima Katherine sebagai adik ipar. Anthony adalah pria yang baik walau terkenal gemar mempermainkan perasaan wanita. Tapi Francesca yakin Anthony sangat bertanggung jawab atas gelar yang akan pria itu emban.
Lalu bagaimana dengan Ranulf? Pria bukan hanya sangat bertanggung jawab atas satu gelar tapi juga negara. Ranulf menjalani peran ganda yang berlangsung bertahun-tahun. Pria itu membiarkan orang berspekulasi jelek tentangnya padahal Ranulf di luar sana, menjaga kedaulatan agar orang-orang di Inggris tetap bisa berpesta tanpa khawatir akan diserang atau mengalami krisis.
Ranulf hebat, bahkan luar biasa. Francesca merasa mereka tidak sepadan. Sepadan dalam kemampuan dan garis keturunan. Ngomong-ngomong di mana posisi pria itu sekarang.
"Aku berharap kehidupan pernikahanmu nanti bahagia Bea."
"Kau juga Francesca. Tunanganmu sangat tampan. Earl of Wichester mengenakan pakaian berwarna abu gelap dipadukan kemeja hitam legam. Dia berada di barisan kedua dari depan dan dia dekat dengan ayahmu."
"Apa!" Yang dijabarkan Bea benar. Ranulf dan ayahnya satu barisan, duduk bersebelahan. Ayahnya menepuk bahu Ranulf dengan bangga. Apa yang mereka bicarakan. Francesca tak akan mau menikah jika ada kesepakatan di belakangnya.
"Ayahmu sangat senang. setelah ini giliranmu menikah ya? Kalau kau menikah, aku bersedia mempersiapkan gereja yang akan kau pakai. Gereja mana yang akan kau pakai? Gereja di lahan Lecester, gereja di pusat kota london. Oh aku tahu... atau gereja paling tua dan bersejarah di Norfolk Tempat ibumu menikah. Aku selalu ingin menikah di gereja Tempat ibuku menikah." Apa yang Bea bicarakan terdengar seperti lebah atau lalat mengerubungi telinga. Francesca tak bisa membayangkan ketika disuguhi masa depan indah. Ia tinggal duduk sebagai Francesca dan menghapus nama Rosalind, selamanya. Sampai semua impiannya bak negeri antah berantah kandas ketika Ranulf sadar siapa wanita yang dinikahinya.
Ranulf sangat keras kepala, egois terlihat ketika pria itu hampir melucuti pakaiannya di kereta. Francesca tak bisa tidur semalam karena membayangkan kecupan Ranulf dan sentuhan kasar tangan sang tunangan.
"Jadi di gereja mana kau akan menikah?"
"Hah?"
Beatrice cuma tersenyum, "Kau terlalu sibuk melihat Katherine sampai pikiranmu tidak nyambung."
"Katherine sangat cantik. Sebastian juga tampan."
"Hanya gadis buta yang mengatakan jika suami Katherine tampan. Dia tetap ngotot tak mau merapikan jenggot dan kumisnya untuk pernikahan ala Inggris."
Francesca menghembuskan nafas, semoga saja upacara pernikahan ini akan segera berakhir. Setelah upacara sakral di dalam gereja, kedua mempelai di naikkan kereta lalu berkeliling ke seluruh penjuru Kent sembari melambaikan tangan. Itu adat istiadat lama yang dijalani setiap pewaris Earl of Kent.
Agak sulit membuat Sebastian yang semula menolak ide ini dengan keras tapi pria Highland itu akhirnya tahu bagaimana sikap keras kepala Katherine jika punya keinginan. Wanita itu menginginkan pernikahan impian, karena bagi Kate itu yang tersisa setelah Anthony merebut kebahagiaannya.
"Nathalie sudah datang kemarin malam dan dengan tak tahu malu dia menyapa Ranulf. Lebih tepatnya mengekori tunanganmu? Kau tidak marah Francesca."
Francesca yang semula tersenyum kini jadi kaku. Lehernya terpaksa ia putar ke kanan. Benar yang Bea ucap jika sekarang Nathalie memang berada di samping Ranulf. Ayahnya harusnya bisa berfungsi jika begini bukan malah berbincang dengan janda Duke of Glasglow dan Edwina tak mawas diri malah bergosip dengan sekumpulan istri
Bangsawan. Ibu tirinya berusaha keras mengakrabkan diri walau Francesca yakin gelar putri seorang Baron sulit diterima.
"Nathalie memakai topi yang dihiasi bulu merak. Dari mana ia mendapatkannya?"
"Yang jelas pengokongnya sangat kaya."jawab Francesca namun matanya mawas mengawasi Ranulf dari kejauhan. Ia berharap Ranulf mau menoleh tapi kepala pria itu nampaknya lebih menyukai berhadapan dengan bulu Nathalie.
"Francesca kau tidak mau menyapa Ranulf. Menyatakan kalau Wichester ada yang memiliki?" goda Bea karena tahu Francesca dari tadi sulit berkonsentrasi.
"Tidak."
Bea memutar bola matanya ke atas. "Tapi sepertinya kau ingin sekali mencabuti bulu topi Nathalie. Ke sana lah. Akui kalau kau cemburu."
Francesca melotot. Ia tak terima dituduh begitu. "Tiba-tiba perutku lapar. Banyak makanan kan di pesta pernikahan ini. Kue manis kesukaanmu juga banyak disediakan."
Bea menurut ketika tangannya diseret oleh sang sahabat ke meja makanan. Untungnya mereka tidak terlambat. Selang beberapa menit para Highlander mulai mengisi penuh piring mereka. Francesca menggiring temannya untuk duduk di dekat mawar liar setelah berhasil mendapatkan beberapa kue lezat.
"Akan ku ambilkan minuman untuk kita, francesca." Bea beranjak, meninggalkannya menjaga tempat. Tak berselang lama segelas limun disuguhkan di hadapannya.
"Terima kasih," ucapnya ceria tapi senyumnya sirna begitu mendongak. Ia melihat Ranulf membalas senyumnya.
"Mana Bea?"
"Anthony mengajaknya bicara. Sepertinya temanmu lebih memilih Anthony dari pada kue manis kalian."
Francesca mendesis lalu memilih memalingkan muka ke depan. Pemandangan jalan masih lebih bagus dari pada wajah Ranulf yang semakin hari malah semakin tampan.
"Aku minta maaf atas perlakuanku yang kasar padamu kemarin saat di kereta."
"Lupakan saja. Jangan bahas itu lagi. Ku anggap yang kemarin menyerangku bukan kau."
"Lalu siapa?" Ranulf agak tersinggung sekaligus geli. Niat Francesca memang melupakan gairah di antara mereka.
"Mungkin karaktermu yang lain, yang muncul di saat marah."
"Kau benar. Aku bahkan bisa lebih dari kemarin jika sendirian denganmu."
"Dan lain kali Aku akan lebih waspada padamu My Lord." Kali ini mata Francesca yang biru melotot ke arahnya. Mereka terlihat bermesraan dari jauh tapi sebenarnya jika dilihat dari dekat mereka saling mengigit.
"Ah kau pemarah." Goda Ranulf dengan mengedipkan satu mata.
"Aku memang bukan wanita yang dapat berpura-pura bersikap lembut atau berbicara sangat manis sampai membuat para pria takluk."
Ranulf malah mengikis jarak, mengulum senyum penuh arti. Ia tahu maksud dari ucapan Francesca yang penuh dengan nada dengki itu. "Jelas kau bukan wanita jenis itu. Kau sangat praktis Francesca."
"Mungkin karena itu kau mau menikahiku. Aku bukan perempuan yang rewel, apalagi rewel masalah sepele seperti masalah jenis topi atau warna syal."
"Karena itu aku menyukaimu."
Francesca mengusap hidung. "Kalau itu aku tidak yakin. Apalagi banyak wanita cantik berkeliaran di sekelilingmu. Akan banyak wanita yang mau menggantikan tempatku dengan suka rela. Ketampananmu sudah tersebar. Para ibu pasti ingin merapatkan putrinya jika tidak ada perjanjian di antara kita."
Ucapan Francesca ditutup dengan sebuah kue yang membungkam mulutnya. Ranulf yang menaruhnya di sana. "Aku sebenarnya lebih suka mendaratkan sebuah ciuman untuk menutup omelanmu. Aku dan Nathalie tidak ada hubungan apa-apa."
Francesca melotot tapi kemudian sadar jika kue sialan ini didapatkannya dari tangan Ranulf. Dengan kesal ia melempar kue itu ke arah sang tunangan. Sayang langkah Ranulf terlalu lempar sehingga lemparannya meleset.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top