Bab 19


Konsentrasi, itu mantra yang Francesca ucap ketika melihat sekumpulan bunga yang disusun di gereja. Ia mengawasi para pekerja sekaligus menjadi mata Katherine sebab gadis menyebalkan itu sulit dipuaskan. Oh... Francesca masih mengingat rasa bibirnya Ranulf pada bibirnya. Bibir itu lembu dan hangat jika dibandingkan dengan hawa dingin di atap. Pria itu bukan hanya pandai berciuman tapi juga pandai mengambil hatinya. Apa ini yang dibilang jatuh cinta? Kenapa Francesca mengalami jatuhnya kemudian cinta itu sulit digapai.

"Maaf, Lady. Tuan Jack mencari anda di luar."

"Aku akan ke luar. Dampingi aku Marry."

Francesca berjalan ke luar gereja lalu matanya mencari, tubuhnya menengok ke kanan kiri. Jack menunggunya dibawah pohon Cemara depan gereja. Pria itu tak mau datang ke kedai tempat janjian mereka. Jack mengirimi surat dadakan tadi pagi.

"Kita cari bangku!"

Francesca duduk di bangku depan dekat taman gereja. Marry menjaganya dari jarak yang tak jauh, Jack mengikuti sang Lady untuk mengambil tempat di sampingnya.

"Aku akan menceritakan hal yang belum pernah ku ceritakan padamu, red."

Francesca mengernyit, lalu menumpukkan kedua tangannya di atas pangkuan. "Ini tentang apa Jack?"

"Tentang adikku yang bernama Alice. Adik perempuanku, keluargaku yang masih tersisa. Kami berpisah saat aku berusia lima belas tahun dan dia sEMBILAN tahun. Ku kira dia dijual dan menjadi seorang pelacur entah di mana." Ada sendu di dalam ucapan Jack. Francesca mengerti jika pria ini mencoba mengingat kenangan pahit yang ingin diceritakan padanya. "Tapi ternyata aku salah. Dia dibeli seorang bangsawan baik hati, yang mempekerjakannya sebagai pelayan lalu Alice menikah dengan pemelihara ternak dan memiliki beberapa anak. Kau kemarin bertemu Julian kan. Dia salah satu keponakanku. Putra kedua Alice."

Senyum Jack timbul, senyum lega sekaligus bahagia. Francesca ikut merasakan euforia ketika Jack menceritakan tentang keluarganya. "Itu kenapa kau tidak berada di rumah malah berada di Kent. Bagaimana Kalian bisa bertemu setelah sekian tahun berpisah? "

"Itu yang akan ku bahas Francesca. Aku bekerja mencuri gulungan atas perintah Earl of Wichester. Pria itu menjanjikan aku informasi tentang Alice setelah tugasku selesai selain itu aku juga diberinya uang." Arah pembicaraan mereka mulai serius terlihat jelas jika Jack khawatir akan hubungannya dengan Ranulf. "Aku baru tahu setelah pesta topeng itu jika Earl of Wichester adalah tunanganmu. Apa kau tahu dia melakukan tugas berbahaya yang katanya demi negara?"

"Aku tahu. Dia memberikanku cincin setelah aku tahu apa pekerjaannya. aku memergokinya mencuri di rumah Bea. Dia mau aku jadi istrinya dan tetap menyimpan rahasia dengan jaminan gulungan yang ayah Bea miliki."

"Oh sialan! Dia juga mengancamku dengan keberadaan Alice agar aku mau membantunya!"

"Tenanglah Jack." Karena kini Jack sudah berdiri lalu mondar-mandir sambil  mengepalkan tangan. "Dia tunanganku, pada akhirnya aku akan menikahinya baik di bawah ancaman atau secara sukarela."

"Kau tidak harus menikah dengannya. Yang dijanjikan bukan kau tapi Francesca, putri sah ayahmu! Kau bisa menolaknya atau bahkan mangkir dari perjanjian. Ibumu pasti setuju menampungmu ketika kau kabur. "

Francesca menunduk saat mata Jack secara nyalang mengucapkan Saran yang luar biasa. Andai ini terjadi beberapa pekan lalu, semuanya akan sangat mudah. Tapi hati Francesca kini turut andil. "Aku ingin bersamanya."

"Apa!"

"Aku tahu tidak seharusnya aku begini." Francesca mulai berdiri, sebisa mungkin ia menjelaskan hal yang dirasakannya pada Jack. Sejak kecil mereka saling mempercayai, saling menyimpan rahasia. "Aku belum pernah merasakan ini. Aku senang jika bersamanya, Jack. Jantungku berdebar keras saat aku menatap matanya. Sentuhannya membuatku meremang dan banyak hal baru yang ku rasakan. "

"Kau jatuh cinta Red!" Tubuhnya langsung tegang. Perkataan Jack jelas menikam sanubarinya. "Itu perasaan berbahaya." Karena cinta, ibu Jack pergi meninggalkannya di sudut kumuh kota London.

"Oh... aku tidak tahu harus berbuat apa pada perasaan ini. Aku menginginkan Ranulf untuk diriku. Aku ingin menjadi Rosalind bukan Francesca. Aku ingin menuju altar bersamanya. Aku ingin ada di setiap petualangannya,."

"Lalu bagaimana dengan impianmu melihat dunia luar?"

"Aku masih mengejar mimpiku tapi aku ingin membagi mimpiku dengan Ranulf."

Jack mengajak Francesca duduk, lalu dengan pelan menatap matanya lembut. Ia akan berbicara sebagai saudara, kawan berbagi segalanya. "Itu hal yang mustahil. Seorang gentleman tidak akan membiarkan istrinya ke luar dari kastilnya yang nyaman. Red, aku sadar bahwa kau perempuan. Setiap perempuan menginginkan pernikahan dan keluarga tapi  seorang Earl tak akan cocok denganmu, dengan dirimu yang sebenarnya. Wichester menginginkan darah bangsawan murni, bukan darah jalanan seperti kita. Pikirkan bagaimana kalau dia tahu siapa kau. Dia dengan mudah mengorek informasi tentang Alice, dia juga akan mudah mengetahui asal muasalmu."

Francesca diserang kebimbangan. Yang Jack katakan benar. Membangun fondasi pernikahan di atas kebohongan adalah suatu kesalahan yang dapat berakibat fatal. Rosalind tidak diciptakan untuk menjadi Lady yang saat siang  tenang minum teh di dalam rumah dan saat malam menikmati pesta dansa.

"Jack, aku tidak pernah menginginkan seseorang seperti aku menginginkan Ranulf." ungkapnya lemas. "Tidak bisakah aturan dunia dirubah. Bahwa semua orang berhak menikah dengan siapa saja, dari kalangan mana pun."

"Kita tidak hidup di dunia yang seperti itu, Red."

Tidak jika ia hanya diam menerima, dia Rosalind bukan Francesca yang jatuh sekali senggol. Dalam darahnya yang kotor mengalir darah Earl. Francesca punya kesempatan kalaupun tidak ia akan membuatnya. "Aku akan menikah. Aku akan jadi Francesca, tak peduli jika itu berlangsung selamanya."

"Kau menghapus Rosalind, dirimu yang sebenarnya." Keputusan luar biasa berani. Inilah Red yang Jack kenal tapi tetap saja ia khawatir. "Kalau ini soal pernikahan, kau bisa menikah denganku."

"Aku tidak menginginkanmu. Ini tidak adil untukmu."

Sekali lagi Jack membujuk, seribu kali pun ia harus mengembalikan Red-nya. Rosalind berhak bahagia, tidak hidup dalam kepalsuan seumur hidupnya. "Bukan jalan ini yang harusnya kau Ambil Red. Pikirkan kebahagiaanmu, ibumu, impianmu. Earl of Wichester hanya akan menggunakanmu sebagai Nyonya rumah penunggu debu, Nyonya rumah penyambut tamu, tempat anak-anaknya lahir. Kau pantas mendapatkan lebih."

Jack sudah memohon, menggenggam tangannya. Francesca dibutakan perasaan cinta. Tak dapat menggunakan logika, Ranulf mengambil jiwanya. "Ku mohon sadarlah. Bukan ini yang kau inginkan. Kalian tidak cocok."

"Siapa yang bilang begitu?"

Ranulf menyela, entah sejak kapan ia sudah berdiri di sana. Semoga baru saja, Francesca tidak siap jika Ranulf tahu rahasianya. Ranulf perlahan melangkah pelan seperti Singa yang mendatangi buruan.

"Siang My Lord."

"Kau berani menemui Lady Francesca di siang hari. Kau bukan hanya pencuri barang tapi juga pencuri tunangan orang."

Jack bukannya menunduk. Ia dengan berani menatap langsung ke arah mata Ranulf. "Apa yang kalian bicarakan?" Setidaknya Ranulf tidak tahu yang sebenarnya. "Kau membujuknya untuk kawin lari denganmu?" Namun prasangkanya benar-benar keterlaluan.
"Aku dapat dengan mudah mengantarkanmu pada tiang gantungan atau mengirimmu ke daerah kontingen. Kejahatanmu sudah terlalu banyak."

"Ku mohon jangan lakukan itu, Ranulf." Permohonan Francesca membuatnya geram. Francesca sangat mencintai penjahat ini.
"Jack, akan pergi."

Jack masih menancapkan kakinya ke tanah. Pijakannya kokoh, seakan tak gentar dengan ancaman Ranulf. "Ku mohon Jack. Pergilah.."

Yang ditahan bukan tangan Jack melainkan Lengan Ranulf. Itu menandakan, Francesca menganggapnya pria berbahaya. Jack pun menurut bukan karena takut tapi ia sadar bahwa Ranulf adalah sosok penting di hati Francesca. Gadis itu tak mau dua orang yang sangat dicintainya harus berkelahi.

"Kau memohon untuknya. Kau mencintainya? Kau bertemu dengannya setelah apa yang terjadi di antara kita semalam. Kau menikmati ciumanku, sentuhanku lalu kau menyesal? Kau mengundangnya untuk memastikan bahwa yang terjadi di antara kita tidak berarti apa-apa. Tidak menggoyahkan hatimu!"

Semua tuduhan ini tidak benar namun Francesca tak memiliki kuasa untuk menyanggah. "Turunkan nada bicaramu My Lord. Kita sedang berada di depan gereja."

Ranulf tak bisa mengendalikan amarahnya lagi. Ia menginginkan Francesca sadar bahwa tidak ada yang bisa mengubah nasibnya, takdir mereka yang sudah terkunci sejak lahir. Ia meraih tangan Francesca untuk diajak paksa masuk ke kereta.

"Persetan dengan semuanya! Kau menemuinya, di tempat terbuka. Kau mengambil resiko menimbulkan skandal hanya untuk seorang pencuri, pria miskin yang tidak punya masa depan!"

"Justru tindakanmu yang menyeretku ke sini dapat menimbulkan skandal. Kami berbicara di bangku, ada Marry yang mengawasi. Kami berbicara selayaknya teman. Kau berlebihan Ranulf. Aku sangat marah karena kau mengancam Jack. Kau menggunakan adiknya agar dia membantumu mencuri gulungan!"

Ranulf tersenyum pahit, "Jack sudah mengatakan apa saja padamu?"

"Semuanya. Meski aku juga sudah tahu sisanya!"

Kepala Ranulf maju, kakinya mengapit kaki Francesca yang duduk di kereta. Dia memberi ancaman melalui tatapan matan. "Kau berencana kabur dengannya setelah tahu apa yang ku lakukan? Kalian sadar siapa yang akan kalian hadapi. Sayangnya, Kau tidak bisa melakukannya, tidak pernah akan bisa!"

"Iya aku terikat dengan cincin yang kau berikan. Kau merasa bahwa aku milikmu Kan? Aku bukan milik siapa pun. Selama aku bernafas, aku bebas!"

Ranulf paling tidak suka didikte apalagi oleh seorang wanita. Francesca adalah tunangannya, properti miliknya sama dengan kastil serta tanahnya. Tapi bedanya Lady ini bergerak, memiliki keinginan  di luar batas kemampuan.

"Itu tidak berlaku untuk countessku. Jika yang tersisa dari dirimu hanyalah tubuhmu. Ku pastikan aku akan memilikinya sebelum bajingan itu!"

Francesca dalam keadaan bahaya. Ranulf meraih pergelangan tangannya, menariknya kencang lalu meletakkan tubuh sang tunangan di pangkuan. "Lepaskan aku Ranulf. Kau tidak akan berani melakukannya!"

Tapi Ranulf membuktikannya bukan dengan kata-kata namun dengan tindakan nyata. Ia mencium Francesca paksa, menangkup bokong sang tunangan dengan kedua tangannya. Membuat posisi Francesca mengangkanginya. Sebagai manusia merdeka tentu Francesca melawan. Ia bukan budak, tak mau disamakan dengan properti. Ia memukul-mukul dada Ranulf agar mau melepasnya namun sayang kekuatan Ranulf di luar kuasanya.

Francesca lawan yang tangguh, ia kewalahan menghadapi perlawanan dari sang tunangan. Tapi Ranulf harus menaklukkan Lady ini agar mau tunduk, mematuhi perintahnya, dan tak menguji kesabarannya lagi. Ia dengan kasar menyentak kancing gaun Francesca, menurunkan gaun itu hampir memperlihatkan kedua payudaranya.

Ranulf mencium lebih tepatnya menerkam leher lalu cumbuannya berpindah ke dada. Perlawan Francesca seperti tidak ada gunanya. Semoga ada yang menolongnya dari terkaman Ranulf.

"Oh sialan!" Teriak seseorang yang membuka pintu kereta. Kereta yang mereka tumpangi ternyata sudah berhenti, tepat di kediaman Earl of Kent. "Kalian jika ingin bermesraan cari tempat yang tepat!!" Anthony bermaksud memberitahu Ranulf jika para tamu keluarga seperti Earl of Lecester dan Marquess of Camden sudah datang. Tapi ia malah melihat pemandangan yang membuatnya ingin menggulingkan kereta.

Blamm..

Pintu kereta ditutup dengan keras. Nafas Francesca memburu begitu pula Ranulf tapi ia tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk segera merapikan gaunnya dan pergi. Francesca tak mau menangis, tapi matanya tak dapat berbohong. Ia kecewa pada Ranulf, pada ayahnya pada takdirnya dan pada tubuhnya yang tak bisa mangkir dari sentuhan Ranulf.

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Sesuai janji ya up dua kali seminggu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top