Bab 11

“Your grace. “Duke of Norfolk yang bernama Luke itu tersenyum penuh arti. Ia datang pastinya dengan sang duchess dan pewaris mereka yang berusia 20an awal.

“Senang melihat kalian terutama kau keponakan. “

Francesca meringis, berusaha tersenyum walau sebenarnya hatinya meraung. Sang paman menyapanya, mereka bahkan tidak berkomunikasi setelah sekian tahun. Alasannya sungguh klise dalam hati sang Duke membencinya, karena ibunya mati saat melahirkan Francesca.

“Aku juga senang. Your grace. “

“Jangan terlalu formal, ponakan. Kau dulu suka memanggilku paman Luke. “itu kenangan Francesca lama bukan dirinya. “Kau tidak rindu pada pamanmu ini?”

Ia tersenyum kecil seolah itu Cuma sebuah sikap basa-basi. Ranulf memperhatikannya. Jelas sekali Francesca merasa canggung fan gelisah. Hubungan Lecester dan Norfolk memburuk ketika ibu Francesca meninggal dunia setelah melahirkannya. Lecester dianggap sengaja membunuh istrinya karena ibu Francesca baik-baik saja setelah beberapa hari melahirkan namun seminggu kemudian sang countess ditemukan tak bernyawa setelah mengalami serangan epilepsi.

“Aku sangat merindukan kalian. “

“Aku tunggu kunjunganmu ke kediaman kami. “

“Aku menunggumu sepupu. Kau pasti belum mengenalku secara langsung. Namaku Lucien. “pewaris duke of Norfolk meraih tangan Francesca untuk dicium. Ranulf mengamatinya. Ciuman itu begitu erotis bukan ciuman seorang saudara. Lucien sengaja menatap Francesca lama-lama. Kenapa juga Francesca tidak  melepas tangannya segera seperti yang gadis itu dilakukan pada Ranulf. Apa ia sekarang mengaku kalau sedang cemburu.

“Aku tidak menyangka kalau kau begitu cantik, sepupu. “ucap Lucien ketika interaksi keduanya terlepas.

“Kami akan mengunjungi kediaman anda your grace tapi setelah kami menikah, “ucap Ranulf sembari merangkulkan tangannya pada bahu Francesca. Seolah ia penjantan yang menandai daerah kekuasaannya. “maaf kalau tidak sopan. Bolehkah kami undur diri terlebih dulu. Kembali ke bilik kami. “

“Silakan. “Lucien tersenyum sembari melambaikan tangan pada sepupunya. Sikap Ranulf bisa dianggap kurang pantas tapi ia tak peduli. Toh Francesca sepertinya tak nyaman juga.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Opera telah selesai. Menyisakan perjalanan panjang yang akan mereka tempuh. Francesca banyak melamun setelah bertemu pamannya. Ia lelah menjadi putri Lecester tapi setelah hidup yang dijalaninya sekarang apa Francesca bisa mundur. Satu beban lagi yang mestinya hilang kini duduk di dalam kereta bersamanya. Mereka berhadapan  saling menatap tanpa berkata.

“Apa ada yang membuatmu merasa tak nyaman?

“Kau. kenapa kau mengawasiku? “
Ranulf yang semula tegang, mulai menyenderkan tubuhnya. Lelaki itu malah tersenyum.

“Kau merasa kesal? Kesal karena Nathalie mengirimiku pesan ketika babak kedua selesai. “

Francesca bahkan lupa tentang surat kecil yang Ranulf terima. Aroma surat itu bisa membunuh seluruh orang dibilik karena terlalu wangi.  “Yah aku kesal karena suratmu itu harum sekali. Apa Nathalie sengaja menghabiskan satu botol minyak wangi untuk menyiramnya pada suratmu. Kasihan kekasihnya yang telah membelikannya barang itu. Apa kau juga masih menyokong untuk mendanainya. “

“Iya atau tidak bukan urusanmu. Kau merasa cemburu. “

“Tidak juga. Aku boleh cemburu setelah menjadi istrimu tapi karena niatmu sudah mendua di awal. Lebih baik kita tidak menikah. Sekarang siapa yang akan membatalkan pertunangan. Giliranku kan? “

Ranulf terbahak seolah yang diucapkan Francesca sesuatu yang lucu. Sedang sang lady Cuma mencebik kesal.
“Bukannya pria yang selalu mengambil keputusan dan aku belum mau mengakhirinya. “

“Di duniaku tidak. Aku mengambil keputusan sendiri entah kau lelaki atau kambing! “padahal biasanya pria akan sangat marah jika dibandingkan dengan binatang namun Ranulf lain. Ia tertawa lagi. Francesca tidak suka mendengar suara Ranulf yang renyah itu. Jantungnya bertalu-talu melabuhkan genderang. Suara Ranulf terngiang-ngiang di otaknya, membayangi setiap malam Francesca. Belum pernah ia begini terhadap laki-laki dan Ranulf termasuk laki-laki yang berbahaya.

“Mengapa kau punya pikiran yang berbeda dengan perempuan lain. Seolah tata krama tidak penting untukmu?  Jangan melotot Francesca. Kau tahu matamu sangat biru dan menarik. Banyak pria yang ingin menyerahkan hatinya karena matamu itu. “

Oh sialan Ranulf merayunya. Marry yang sejak tadi jadi pendampingnya hanya tersenyum malu lalu memilih melihat ke arah lain.

Tiba-tiba kereta  berhenti secara mendadak. Francesca sampai terpental ke arah Ranulf dan langsung di tangkap pria itu.

“Kita sepertinya akan dirampok My lord, “ujar Roger santai seolah mereka Cuma dicegat sekawan orang yang meminta sumbangan.

“tetaplah di dalam kereta dan jangan ke luar! “

Marry langsung melompat merapatkan tubuh ke arah ladynya. Ranulf mengambil pedang yang diletakkan di bawah bangku. Sedang Francesca merasa  bodoh karena belati yang dibawanya kemana-mana malah ketinggalan di saat genting karena gaun cantik ini.

“Kau bawa senjata Marry? “

“Tidak My lady tapi saya membawa belati milik ayah saya. “ Marry mengeluarkan pisau kecil dari dalam roknya yang lebar.

“Ini bukan belati Marry. Ini pemotong sayur. “Francesca semakin cemas karena suara ribut dan pedang beradu semakin keras. Bagaimana si manja Ranulf bisa menghadapi para perampok. Pria itu bertindak sok gentle dengan menyuruhnya tetap di kereta. Ia melongok ke bawah. Semoga saja ada pedang lain tapi sepertinya bahaya muncul.


Seseorang menusuk atap kereta mereka dengan pedang. Marry langsung terlonjak. Untungnya Francesca menemukan barang yang dicarinya. Tak ada gunanya menjadi Lady lemah. Ia melompat keluar disusul Marry. Perampoknya sudah ada di atap, tersenyum ke arah mereka. Perampok itu mengenakan topeng hitam.

“menyerahkan My Lady. Serahkan seluruh perhiasan anda. Karena pedang yang anda pegang tak bisa melindungi anda. “

“turunlah kalau kau berani! “Francesca menantangnya sedang Marry memilih bersembunyi.

“Dengan senang hati. “

Francesca mau tidak mau melawannya. Permainan pedangnya tak terlalu tangguh apalagi di tambah gaunnya yang menghambat pergeraknnya. Tapi kalau Cuma satu orang Francesca masih bisa menanganinya. Francesca menangkis setiap serangan lalu menggores lengan si perampok. Francesca mendapatkan balasan. Si perampok merusak renda pada roknya. Renda yang cantik harus terkoyak di ujung pedang.

Francesca kalah tenaga, korsetnya membuat ia kehilangan nafas dan kekurangan oksigen. Hampir saja ia terpojok kalau saja Marry berhasil mengambil batu besar lalu menghantam kepala si perampok.

“Dia tidak mati kan my Lady? “

“mungkin tapi dia perampok dan pantas mati. Ayo Marry kita lihat apa ada hal yang bisa kita lakukan. “

Tapi mata Francesca terbelalak ketika menatap Ranulf. Lelaki itu sudah menumbangkan dua perampok dengan permainan pedangnya sisanya tinggal tiga orang yang sepertinya kewalahan dengan serangan Ranulf yang gesit. Pedang itu terayun, menyatu dengan jiwa Ranulf. Francesca tak pernah melihat pemandangan ini sebelumnya. Pemandangan penuh darah, penuh keberingasan. Yang lain juga bertarung, Roger tak kalah hebat. Pelayan Ranulf sepertinya sudah terlatih dengan baik menghadapi keadaan yang begini.

Ranulf tak sadar jika aksinya menjadi tontonan yang menarik. Ia melawan Lima orang sendirian. Kalau orang biasa pastilah sudah kalah tapi ini Ranulf. Seorang yang terbiasa dengan darah dan pembunuhan. Seseorang yang jalan hidupnya misteri. Perampok ini bagai anai-anai jika dibandingkan dengan pengalamannya bertempur sebagai mata-mata. Pedang ibarat temannya walau senjata api dirasa lebih praktis. Perampok ini hannyalah sekumpulan pria amatir yang sayangnya salah mencegat mangsa.

Francesca tak berhenti membuka mulut ketika melihat Ranulf bermain pedang sekaligus melakukan gerakan menendang. Ranulf seolah sudah terbiasa berkelahi. Pukulan serta sikunya mematikan. Tendangan keras Ranulf dapat membuat orang pingsan. Francesca tidak mengenal siapa tunangannya itu . Grand tour yang orang-orang bicarakan mungkin bukan grand tour sebenarnya. Apa Ranulf keliling Eropa untuk mencari guru spiritual tapi bukannya menemukan ketenangan batin Ranulf malah berjalan-jalan sembari melakukan pertarungan.

Ketiga perampok tumbang satu persatu lalu lari tunggang langgang, sebagian mengangkat kawannya yang lain. Ranulf be hanya menatap tajam ke arah perampok amatiran itu tak berniat melanjutkan pertarungannya lagi. Ia berbalik melihat ke arah Francesca yang kini menjatuhkan pedang karena terlalu terkejut.

“Kau tidak Apa? “ Ranulf meraih tangan tunangannya, meneliti ada yang lecet tidak. “apa mereka menyakitimu? “

Francesca agak lama menjawabnya. Ia gemetaran saat melihat kemeja Ranulf yang terkena beberapa percikan darah. “Aku tidak terluka. Kau terluka? “

Francesca melihat sobekan pada bahu kanan Ranulf. “Hanya tergores sedikit. “
Sang Lady meneguk ludah, melawan Lima orang dan hanya terluka sedikit. Ia melihat telapak tangan Ranulf yang sekarang terlihat besar, kasar, berotot seperti seorang petarung yang sudah ahli memegang senjata. Francesca baru sadar tunangan bukan pria pesolek manja. Bahkan ia yakin tangan Ranulf bisa meremukkannya sejekejab mata.

“Harusnya anda tadi menggunakan pistol my lord, agar semuanya cepat selesai.”

“Mereka hanya amatir Roger. Senapan terlalu berharga jika ditukar dengan nyawa mereka. “Sejatinya Ranulf tahu yang mencegatnya bukan perampok biasa tapi suruhan seseorang. Sayangnya mereka menganggap remeh kekuatan Ranulf.

Telinga Francesca berdengung hebat ketika Ranulf dan pelayannya mengobrol tentang senapan. Apa pria itu juga punya senjata seperti itu? Kalau Ranulf hanya seorang Earl, senapan pendek alias pistol tak diperlukan pria itu. Lalu di mana Ranulf menyimpan senjatanya. Apa pria itu ternyata membawa pistol kemana-mana seolah seorang prajurit. Kenapa seorang Earl memiliki pistol dan beberapa pedang di kereta.

“Mari my Lady kita kembali ke kereta. “Francesca tersentak lalu menuruti keinginan Ranulf. Siapa sebenarnya tunangannya. Ranulf pergi ke mana selama bertunangan dengannya?


🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Aku nulis suka-suka aku. Update juga. Aku nulis karena suka, menjernihkan pikiran supaya tetap waras.

Jangan lupa vote dan komentarnya

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top