Tiga
Don't forget to Vomment,
Manteman
💞
______________________________
Mengenakan jaket berwarna dark tosca, sarung tangan hitam, kini Raka siap mengendarai sepeda motornya yang terparkir sejak pagi di parkiran sekolah. Helm monster miliknya pun ikut siap untuk dikenakan sang pemilik. Tapi, ada seseorang yang tengah ditunggunya sekarang. Bukan Reynand, tapi Bestie.
Tak butuh waktu lama bagi Raka untuk menunggu Bestie keluar dari kelasnya. Hanya sekitar lima menit dia menunggu dan mencari, dia sudah menemukan gadis itu.
"Bestie!" panggil Raka menghentikan langkah Bestie yang hendak menuju gerbang sekolah bersama Tiva.
"Lo duluan aja, Va," pamit Bestie lalu melangkah mendekati Raka yang sudah duduk di atas motornya. "Kenapa, Ka?" tanya Bestie membuka obrolan.
Raka menggeleng, "Siapa jemput? Ojek online?"
Bestie mengangguk.
"Udah lama gak liat Bunda, boleh gue anter pulang?" tawar Raka.
Bestie sempat terdiam mendengar tawaran Raka barusan. Raka memang sering berkunjung ke rumahnya saat masih SMP dulu. Kini, Raka pun hendak berkunjung kembali ke rumah Bestie, sama seperti dulu.
Bestie tak menjawab, ia langsung berusaha naik ke motor besar Raka, memegang pundak pria itu agar tak jatuh nantinya.
"Sebenernya ada yang pengen gue omongin ke elo," buka Raka sambil melajukan motornya perlahan.
"Gue tahu," balas Bestie di belakang.
Raka tersenyum mendengar balasan Bestie barusan. Ia selalu saja tahu maksud di balik perbuatan Raka padanya.
"Jadi, apa yang pengen lo omongin?"
"Lo tahu Reynand?"
Tersenyum, lagi-lagi itu yang dilakukan Bestie setiap kali mendengar nama Reynand disebutkan. "Siapa yang gak kenal dia, Ka," elaknya.
"Bagus, jadi gue bisa langsung ke intinya aja," Raka diam sejenak karena motornya yang terhenti akibat si lampu jalan berwarna merah itu. "Siapapun tahu soal dia, jadi gue pikir lo juga udah tahu soal phobia yang dia punya,"
"Gue tahu," Bestie tertunduk mendengar Raka mengingatkan dirinya akan phobia yang dimiliki Reynand, seakan mengatakan bahwa dirinya tak bisa mendekati Reynand. "Rumor di Perpus tadi pasti udah kesebar, kan?"
"Gue gak tahu soal apapun di Perpus. For your information, Reynand haus banget yang namanya tantangan. Dia bakal ngelakuin apa aja buat menyelesaikan tantangan itu," Raka berhenti tepat di depan gerbang hitam nuansa minimalis itu, rumah Bestie.
Bestie pun turun dari motor Raka, berdiri menghadap Raka, menunggu kelanjutan ucapan Raka yang belum selesai tadi.
"Jadi, tolong ubah Reynand, maaf, tolong ubah Blenda dengan kesempatan tantangan itu," tutup Raka lalu berlalu pergi meninggalkan Bestie di depan gerbang rumahnya. Ia bahkan lupa apa alasannya mengantar Bestie tadi, yaitu hendak berkunjung melihat Nadine, Bunda Bestie. Ia juga tak memberikan kesempatan pada Bestie untuk sekadar mengucapkan terima kasih padanya karena sudah mengantarnya sampai ke rumah.
Bestie hanya berdiri diam melihat pemilik jaket dark tosca itu semakin menjauh meninggalkan dirinya. Kini tubuhnya berbalik menembus pagar hitam minimalis di belakangnya.
Perlahan dia melangkah masuk ke dalam rumah. Seperti tak ada orang, begitu sepi dan sunyi di dalam sana.
"Bunda pasti belum pulang," gerutunya.
Kakinya melangkah kembali menuju anak tangga di dekat meja makan. Dilihatnya ada sebuah stick note berwarna merah muda di atas meja makan.
Pulang kerja Bunda langsung pergi ke arisannya Tante Elly jam 7 malam.
Bunda Nadine,
"Jam 7 malam? Oke," ucap Bestie lalu beranjak menaiki anak tangga satu persatu.
Itulah kebiasaan Nadine. Memang jelas dia tak meminta Bestie untuk ikut pergi bersamanya, tapi di note tertulis waktu acara tersebut. Itulah yang merupakan perintah Nadine untuk Bestie, Bestie harus ikut pergi dan hadir jam 7 malam.
Ada yang mengatakan bahwa Rumahku, Istanaku. Tapi bagi Bestie yang ada hanyalah Kamarku, Istanaku. Langkah gadis itu terus mendekati tujuannya, yaitu istananya. Kamarnya begitu rapi tanpa ada celah sedikitpun tuk memarahinya karena tak membersihkan kamar.
Kini dia melangkah ke meja belajarnya. Dibukanya kain tumblr yang menggantung di temboknya. Terlihatlah semua rahasianya di sana. Sebuah karton merah muda dengan tulisan BESIDE GYNOPHOBIA yang berukuran cukup besar di pusat karton. Ya, karton merah muda yang tertempel di temboknya itu memang dibuat khusus untuk Reynand.
Di sisi kanan tulisan itu ada sebuah foto berukuran 3R. Foto itu tidak lain dan tidak bukan adalah foto Reynand. Dia ingat betul betapa sulitnya dia memohon pada Raka untuk mendapatkan foto itu. Sebuah foto Reynand bersama dengan bola basket di game centre. Reynand benar-benar sangat cerah di sana.
Di sisi kiri tulisan itu ada beberapa tulisan tentang Reynand dan juga gynophobia miliknya. Di sana tertulis bahwa Seorang gynophobia takut pada seorang wanita, tepatnya wanita cantik. Jadi, jika kau ingin mendekati Reynand, kau harus menjadi jelek!
Lucu memang, tapi itu hanya menjadi pengingat Bestie saja. Pengingat agar dia tak berusaha untuk mendekati Reynand, sehingga Reynand tidak akan tersiksa karenanya.
Di sisi bawah tulisan itu terdapat tempelan berbentuk anak panah yang menunjukkan arah bawah, yaitu buku harian Bestie. Bestie menyentuh buku itu, kemudian membukanya perlahan.
Aku Bestie Lorenza
Orang yang dikenal sebagai siswi teladan di Blenda High School
Orang yang katanya pandai dalam berbagai hal
Orang yang faktanya tak berani tuk bermimpi besar dalam hal bercinta
Hanya di sini, yang mereka sebut hati
Di sini berdiri menatap sendu seseorang yang tengah berdiri di sana
Menatap ke dalam hati seseorang yang berdiri tegak di sana
Mampukah aku menembus tembok itu?
Mampukah aku melakukannya?
Mampukah aku melakukannya sampai akhir?
Di saat semua sudah menyerah, mampukah aku melakukannya?
Aku tahu, itu hal yang mustahil untukku
Dia bak bintang, begitu jauh untuk kugapai
Ya, seseorang sepertiku memang tak mungkin bisa menggapainya
Kuingin berikan apapun padanya
Kuingin hidup untuknya
Jika sudah begitu, apa benar aku mencintainya?
Jika benar, apa pendapatnya?
Dia pasti akan pergi, kan?
Membuatku tak bisa apa-apa
Membuatku mematung seperti orang bodoh di sini
Karena itulah kuputuskan untuk mencintainya dalam diam
Mencintainya dengan jarak yang begitu jauh
Mencintainya tanpa ada yang tahu
Walaupun kutahu ini hanya akan sia-sia untukku
Aku yakin, jika memang takdir, Tuhan akan menyatukan aku dan dirinya
Begitu membaca salah satu diary-nya, Bestie tersenyum nanar. Sedih dan haru menyatu menjadi satu saat itu. Ia sedih karena kenyataannya dia tak bisa dekat walaupun hanya sekadar menjadi seorang teman bagi Reynand. Ia terharu karena dirinya berani untuk membuat keputusan yang begitu berat untuknya.
Begitu lama dirinya menyukai Reynand, tepatnya ketika pertama kali berkunjung ke rumah Raka saat baru masuk SMP. Sejak itu, dia mulai penasaran pada Reynand, pria yang sama sekali tak ingin berkenalan dengan dirinya. Semua informasi dicarinya untuk mengenal Reynand lebih jauh. Internet, buku, bahkan Raka sudah menjadi sumbernya dalam mendapatkan informasi tentang Reynand. Tapi, tentu saja itu semua tak cukup. Bestie tak akan bisa mengenal Reynand jika bukan dari Reynand sendiri. Karena menurutnya, jika kau ingin mengenal seseorang, kau harus mendekatinya, bukan temannya atau keluarganya. Namun sayangnya pemikiran itu hanyalah sebatas pemikiran saja. Sampai sekarang Bestie tak berani untuk mendekati Reynand. Keberaniannya belum setinggi itu.
Perlahan Bestie kini mengambil stick note miliknya. Menulis beberapa kata yang menjadi sebuah kalimat. Sesuatu yang baru diketahuinya hari ini.
Reynand haus akan sebuah tantangan!
Selesai menulis, ia menempelkan kertas kecil itu pada karton merah muda di dinding. Tangannya terlipat di dada, tersenyum memandang tulisan yang terpampang di hadapannya.
__oOo__
Pukul tujuh malam, Bestie sudah siap dengan outfit-nya untuk pergi ke rumah Elly, ikut bergabung dengan Nadine di sana. Tak mau ribet, dengan rambut yang terurai, Bestie hanya mengenakan jumpsuit pendek dusty pink miliknya dengan kaos putih lengan pendek dan juga sepatu putih tanpa kaos kaki. Andai saja hujan reda, mungkin dia sudah tiba di sana sejak tadi. Kini dia hanya bisa menunggu hujan reda di balik balkon kamarnya.
Dari atas sana dia bisa melihat semuanya. Halamannya yang basah diguyur hujan, beberapa mobil melewati rumahnya, hingga sebuah payung merah muda yang sejak tadi berdiri di sana, di depan gerbangnya.
Siapa? batin Bestie bertanya.
Tak lama kemudian pemilik payung itu sedikit mendongakkan kepalanya, seolah mendengar pertanyaan batin Bestie, dia menjawab melalui aksi yang dilakukannya.
"Blenda?!" kaget Bestie begitu melihat wajah di balik payung merah muda itu.
Langkah kakinya mulai mendekati pinggiran balkon, hendak memastikan dengan benar pemilik payung itu. Dilihatnya lebih teliti, diaturnya fokus kedua bola matanya. Benar saja, itu Reynand. Begitu yakin akan yang dilihatnya, Bestie secepat kilat keluar dari kamarnya. Menuruni anak tangga satu persatu, menembus pintu utama besar itu. Saking kagetnya, dia bahkan tak berlindung di bawah payung. Dia terus saja berlari mendekati gerbang hitam itu. Hujan yang turun mengguyurnya saat itu sungguh tak terasa olehnya.
Kini Bestie sudah berada di balik gerbang, berada di hadapan Reynand. Seluruh tubuhnya tak bisa bergerak sedikitpun, bahkan mulutnya tak mampu bergerak sekadar menanyakan Ngapain? pada pria di hadapannya.
"Hujan," timpal Reynand, langsung mendapatkan anggukan dari Bestie.
Lihatlah tampang Bestie. Seperti orang bodoh. Memang, inilah kehebatan cinta. Tak peduli seberapa cuek orang yang kau cintai, tak peduli seberapa tak peka orang yang kau cintai, kau pasti akan selalu menurut padanya, baik itu secara langsung maupun hanya dalam batin saja. Seperti Bestie contohnya, Reynand hanya menggerakkan matanya melihat ke arah pagar, dan Bestie langsung membukakan pagar untuknya. Inilah yang dikatakan cinta tak pandang bulu. Sepintar-pintarnya dirimu, kau akan bodoh jika berhadapan langsung dengan sebuah cinta.
Begitu pagar dibuka, Reynand melangkah maju mendekati Bestie, sangat dekat. Tangannya mendekati payung ke arah Bestie, melindungi Bestie dari guyuran hujan.
Terlalu dekat, batin Bestie panik, kedua matanya terpejam.
Begitu Bestie membuka matanya, benar saja, itu semua hanya khayalan Bestie belaka. Begitu bosan menunggu hujan reda, Bestie malah membayangkan Reynand tengah berdiri di depan rumahnya. Lagipula, tidak mungkin Reynand bisa begitu dekat dengan dirinya. Ya, tidak mungkin.
Astaga! Gue udah gila! teriaknya dalam batin, kedua tangannya menepuk kepalanya yang tak bersalah itu.
Drrt.
"Ini, Bun. Di sini hujannya gak reda-reda, Bun. Jadi Bestie gak bisa nyusul Bunda ke sana, Bun," jelas Bestie panjang lebar menjawab panggilan dari Nadine.
"Gue jemput," balas seseorang di sana.
"Siapa?" Bestie bingung setelah mendengar suara seorang pria di sana.
Pria itu tertawa, "Kita baru ketemu sore tadi, dan elo udah lupa sama suara gue, Bes?" ejeknya pada Bestie.
"Raka!" tebak Bestie bersemangat.
"Kagak usah teriak juga, sakit kuping gue,"
Bestie terkekeh pelan begitu sadar betapa semangatnya dirinya menebak seseorang di telepon. Raka yang mendengar kekehan mungil Bestie hanya bisa tersenyum.
"On my way," tutup Raka lalu mengakhiri panggilannya dengan Bestie.
Lima belas menit Bestie menunggu kedatangan Raka untuk menjemputnya. Kini Raka sudah berada di depan gerbang Bestie. Dia menyalakan klakson mobilnya agar Bestie mengetahui bahwa dirinya telah tiba di sana.
Begitu mendengar klakson mobil di luar, Bestie langsung beranjak keluar dari kamar. Dia sangat yakin itu adalah suara klakson Raka. Betapa terkejutnya Bestie ketika melihat Reynand tengah berdiri di hadapannya ketika dia berhasil menembus pintu utama rumahnya.
"Boleh gue minta WA elo sekarang?" buka Reynand bertanya.
Lagi-lagi Reynand hendak menyelesaikan tantangan yang diberikan oleh Dirga. Mendengar itu, tiba-tiba terlintas ucapan Raka sore tadi di pikiran Bestie. Tentang Reynand yang haus akan sebuah tantangan sehingga Raka memintanya untuk mengubah Reynand dengan kesempatan tantangan itu. Tapi, apa yang harus dilakukan Bestie sekarang? Apa yang harus dilakukan Bestie dengan tantangan itu?
"Raka mana?" tanya Bestie mengalihkan pertanyaan Reynand. Matanya mencari-cari keberadaan orang yang tengah dicarinya sekarang. Begitu menemukan Raka, dia mengangguk kemudian tersenyum.
"Gue tanya, boleh gue minta WA elo sekarang?" ulang Reynand menekankan setiap kata yang diucapkannya.
Gugup, keringat dingin, gemetar. Itulah yang dirasakan Reynand begitu bertatap muka dengan Bestie. Ditambah lagi Bestie yang terus mengabaikan pertanyaan Reynand. Bestie langsung melangkah cepat menuju mobil yang diyakininya milik Raka dan meninggalkan Reynand yang sudah mempersiapkan payung untuknya.
"Oke," Reynand membuang napas yang sedari tadi terkumpul di dalam paru-parunya karena ulah gadis di depannya. "Mungkin gue kagak bisa dapetin WA elo sekarang. Tapi, suatu hari nanti, elo yang bakal kasih WA itu ke gue. Tanpa gue minta. Ya, gue percaya karma, sih," gerutu Reynand lalu mengekor berjalan santai menuju mobil mengenakan payung yang ia pegang sedari tadi.
~ cy ~
Si Reynand ngebet banget ya pengen tuntasin tantangannya :v
-
-
-
Soooooooo, CY keluarin si Gynophobia for the first^^ *dontjudgemeplease👀*
For the next, who else you want?
Comment kenapa, sih? Hehe
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top