Enam Koma Lima
Don't forget to Vomment,
Manteman
💞
______________________________
"Sebenernya, gue capek hidup kaya gini, Ka," buka Reynand menghentikan langkah Raka yang hendak keluar dari kamarnya.
"Mungkin bakal terdengar sepele, tapi inilah kenyataannya," Reynand menarik napas sejenak, "Berawal dari penyakit bokap gue," Reynand menarik napasnya lagi.
Raka melihat itu. Begitu berat Reynand untuk menceritakan beban pikirannya. Ingin dia menghentikan mulut pria itu, namun di sisi lain ia juga penasaran tentang masa lalu Reynand.
"Lo gak bakal tahan hidup kaya gue, Ka!" geram Reynand tiba-tiba, matanya melotot pada Raka, membuktikan betapa berat beban yang dipikulnya selama ini.
"Ya, lo gak bakal tahan! Di umur sekecil itu, lo gak bakal tahan liat bokap lo mati di hadapan lo sendiri!"
Untuk pertama kalinya Reynand bercerita penuh emosi. Hanya diam yang ditunjukkan Raka. Ia masih mencoba mendengarkan cerita pria di depannya.
"Dari dia sekarat sampai wafat! Gue liat semuanya! Gue liat semuanya, Ka!" teriak Reynand masih geram.
"Setelah bokap, nyokap gue nyusul dia. Katanya, itulah yang dinamakan cinta sejati," heran, Reynand malah tertawa saat itu, "Kalo gue bisa ketawa, gue bakal ketawa sepuas-puasnya saat itu. Sayangnya, buat tersenyum aja bibir gue gak mampu. Gue cuma nangis gak berujung kaya orang bodoh."
"Lo tau ini berat, kan?! Untungnya gue berhasil jadi gyno yang baik, Ka! Bisa lo bayangin gimana gue kalo jadi gyno yang jahat?! Playboy di luar sana gak bakal ada yang bisa ngalahin gue!"
Kali ini Reynand menarik napas beratnya. Puncak emosinya belum sempat tercurahkan hingga detik ini.
"Apa sebutannya?! Cewek itu! Bukan, perempuan itu! Tidak, wanita itu! Wanita itu udah tenang di atas, Ka! Wanita itu ninggalin gue dengan sejuta ketakutan di benak gue! Wanita itulah yang buat gue jadi kaya gini, Ka! Wanita itu! Wanita itu yang buat gue jadi terlihat lemah di mata semua cewek di dunia ini!" lagi, emosi Reynand terus meledak. Beban di benaknya sedang berusaha ia keluarkan sekarang.
"Dan lagi, mimpi itu terus terulang. Apa yang harus gue lakuin?! Gue gak bisa terus-terusan jadi orang baik. Gue gak bisa jadi cowok lemah terus, Ka. Apa yang harus gue lakuin?!"
Reynand menyerah. Tak hanya Tuhan, kini ia ikut berserah diri pada Raka--- mungkin karena hanya dialah makhluk Tuhan yang paling mengerti dirinya.
Ternyata, Raka tidak mengetahui apapun tentang Reynand. Si gyno, hanya itulah yang diketahuinya setelah nama, tanggal lahir, dan zodiaknya. Selebihnya, pria ini benar-benar mengangkat kedua tangannya.
Bokong Raka mendarat tepat di samping Reynand. Pandangannya lurus ke depan. Bahunya menunduk perlahan. Kedua sikunya kini berada di atas kedua pahanya. Kedua telapak tangannya bertemu membentuk kepalan.
Kini ia mengambil napas sejenak, "Mau coba berubah?"
Sambil menimbang, langkah kaki Reynand terus melaju menyusuri koridor sekolah. Teriknya matahari membuatnya tak ingin mengikuti pelajaran olahraga hari ini. Daripada berjemur, lebih baik ia memikirkan saran dari Raka tadi malam.
Berubah? Jadi, gue boleh berubah? batinnya bertanya, selalu seperti itu sejak Raka meninggalkannya sendirian di kamar tadi malam.
"Reynand!" panggil Bestie dari belakang.
Tubuh Reynand berbalik. Pandangan juga tatapan mereka bertemu. Tapi, . . .
"Eh?! Elo kenapa?! Hey!"
Tiba-tiba kepala Reynand jatuh di bahu rendah milik Bestie, membuat gadis itu harus menahan tubuh beratnya itu.
"To-Tolong! Si-Siapapun, Tolong!"
Untung saja mereka masih berada di sekitar lapangan sehingga tidak membutuhkan waktu lama bagi Bestie untuk menahan beban Reynand. Segerombolan siswa jam olahraga segera datang menghampiri Bestie. Ada Raka di sana.
"Dasar nih, Bocah!" gerutu Raka lalu berusaha mengangkat Reynand dari Bestie, tentu saja dibantu siswa lainnya.
"Raka! Lo tau dia kenapa?!" Bestie panik, bahkan kakinya ikut melangkah di sebelah Raka, bertubi-tubi mengeluarkan sebuah pertanyaan yang sama.
Raka tak menghiraukan. Tak bisakah gadis ini diam sejenak--- mungkin itulah yang dipikirkannya saat mulut Bestie bahkan tak tertutup sekalipun.
"Raka! Jawab pertanyaan gue!" bentak Bestie begitu Raka dan temannya memasuki UKS. Tentu saja, sekuat apapun dia bertanya, pria itu masih tak menghiraukannya di belakang.
Dari balik koridor sana, tepat di persimpangan yang temboknya tertempel beberapa kertas selebaran, Tiva muncul. Dengan tergesa-gesa, ia menghampiri Bestie di UKS. Teriakan Bestie sudah cukup membuat telinganya peka. Bukan hal biasa jika gadis itu berteriak. Bukan pula tanpa alasan jika gadis itu berteriak.
"Kenapa, Bes?" tanyanya menggebu.
Bestie menggeleng, hanya diam yang ditunjukkannya. Hingga akhirnya Raka keluar dari UKS.
"Mau lo apa, sih?!" bentak Raka pada Bestie yang baru saja hendak membuka mulutnya.
"Eh, santai aja, dong! Di depan lo ini cewek! Lembut dikit kek ngomongnya," balas Tiva geram.
Raka berdecak kesal, menarik napasnya perlahan lalu membuangnya kembali. "Oke, sekarang kalian bisa pergi. Gak ada yang perlu dikhawatirin. Gue bisa urus dia."
Mendengar itu, Tiva pun mengajak Bestie untuk kembali ke kelas. Dia memang tidak mengetahui apapun. Tapi, setidaknya dia mengetahui bahwa Bestie tidak seharusnya terlalu dekat dengan Raka, pria yang barusan menunjukkan sifat kasarnya itu padanya.
__oOo__
"Kenapa sih, La? Bentar lagi pulang, kenapa lo murung kek gitu?"
"Lo bisa diem gak sih, Ga?! Suara lo itu yang buat kepala gue sakit, tau gak?!"
"Yee, santai aja. Kagak usah ngegas gitu kali. Gue kan kakak lo. Wajar dong kalo gue nanya. Kalo misalnya lo punya masalah berat terus bunuh diri, gimana? Siapa yang disalahin? Ya, gue lah. Kagak becus jadi kakak, itu topiknya ntar,"
"Bener kata Dirga, La. Ada apa?" tanya Gena sambil menyeruput segelas cappuccino di hadapannya.
"Berat banget ya masalah lo?" lontar Agatha ikut bertanya.
Gadis light blonde itu masih tak menghiraukan perkataan siapapun. Masalah? Semua orang jelas memilikinya. Tapi, haruskah setiap masalah itu disebarluaskan? Tidak, kan. Lalu, Ella sungguh tidak bisa bercerita dengan orang-orang di hadapannya, bahkan Dirga sekalipun.
Gena tentu akan mendengarkan, tapi dia tidak akan mengeluarkan sarannya. Sekalipun saran itu keluar, saran itu akan menjadi sebuah saran terburuk di dunia.
Entah seluas apa pertemanannya, Agatha selalu mendapatkan seribu bahkan sejuta saran. Semua saran itu tentu akan disampaikannya pada Ella tanpa ia pilah terlebih dahulu. Dia bahkan tidak peduli saran mana yang akan menjadi saran terbaik untuk Ella. Hal yang dilakukannya hanyalah membuat status di semua media sosialnya, lalu menyalin komentar orang dan memberikannya pada Ella.
Lalu Dirga? Ah, sudahlah. Pria itu sungguh tak bisa diandalkan. Mendengarkan adalah hal yang dilakukannya. Ya, hanya mendengarkan. Dia akan terus mendengarkan sampai si pembicara diam. Endingnya akan sangat menyedihkan. Dirga akan tertidur pulas dan membiarkan si pembicara terus berbicara tanpa menyadari dirinya tengah bermimpi indah di alam sana.
"Eh, Gen. Masih inget gak cewek yang kita liat di Mall seminggu yang lalu?" lontar Agatha setelah melihat layar ponselnya.
"Katanya, cewek itu tuh pelakor lho, Gen! Makanya dia ngekorin Bobby sama Sitta terus. Siapa sih namanya itu? Lupa gue, Gen," sambungnya masih pada Gena.
"Udahlah, Tha. Ngapain juga ngurusin hidup orang. Biarin aja dia jadi pelakor. Elo kagak usah ikut campur," balas Gena.
Agatha tak menghiraukan perkataan Gena, ia masih sibuk menatap layar ponselnya.
"Hah?! Dia dibully gara-gara jadi pelakor?! Wah, udah parah nih orang. Pasti fans-fansnya si Bobby Sitta nih yang ngebully. Jahat bener emang,"
Tak ada yang menyimak ocehan Agatha. Dirga sibuk dengan ponselnya, chattingan dengan setiap wanita di sana. Gena masih sibuk menikmati cappuccino di hadapannya. Dan Ella, kini ia berdiri dari duduknya.
"Eh, mau kemana lo? Terjun dari atap?" lontar Dirga bertanya begitu menyadari Ella sudah berdiri.
"Mau pulang. Sekarang udah jam pulang, kan? Buruan, Ga. Gue laper!" perintah Ella pada Dirga.
"Kalo laper, ya makan dulu. Mumpung nih kantin masih buka,"
Ella tak peduli, ia terus berjalan meninggalkan teman-temannya yang kemudian mengekornya di belakang.
~ cy ~
Halohaaa, long time no see💃💃💃
🎶Reader, do you miss me?🎶
-
-
-
It's OK, gaada yang kangen sama Kaceye😭
Nah lho! Kenapa Reynand tiba-tiba pingsan gitu?!
Mau tau jawabannya? Tungguin Kaceye update lagi yaw💃💃💃
Insya Allah nanti bakalan update pas udah simulasi ke-3📌
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top