Empat

Don't forget to Vomment,
Manteman
💞
______________________________

Di kerumunan ibu-ibu arisan sana, mata Bestie terus mencari-cari keberadaan Nadine. Tanpa henti dia terus mencari. Sebenarnya, Raka sudah menawarkan untuk menunggunya memarkirkan mobil kemudian mencari Nadine bersama. Karena Bestie tak sanggup melawan debaran jantungnya karena ulah Reynand, gadis ini pun memutuskan untuk pergi mencari Nadine duluan dan meninggalkan Raka bersama dengan Reynand. Akhirnya, bukannya menemukan Nadine duluan, dia malah tersesat di kerumunan itu.

"Rantai pertemanan Tante Elly bener-bener panjang, yang dateng sampe sebanyak ini," oceh Bestie melihat orang-orang di sekitarnya, jari telunjuknya mulai menghitung setiap kepala yang terlihat di matanya.

Begitu serius Bestie menghitung orang-orang yang menghadiri acara Elly, ia tak sadar Nadine bersama Elly, Raka, dan Reynand sudah berdiri di sampingnya, memperhatikan tingkah konyol Bestie kala itu.

"Raka baru kali ini liat cewek lagi menghitung tamu sebegitu imutnya, Tan," ejek Raka berbicara pada Nadine, langsung mendapatkan tawa dari Nadine dan Elly.

"Bisa aja kamu ini!" tepuk Elly pelan pada Raka.

Elly dan Nadine sudah berteman lama, jauh sebelum Bestie dan Raka lahir ke dunia. Sama seperti Bestie dan Raka, mereka berdua sudah sangat akrab sejak SMP. Mereka menjadi lebih dekat lagi setelah mengetahui bahwa anak mereka sudah saling mengenal, sama seperti mereka dulu.

"Sini, foto dulu, yuk!" ajak Elly pada Bestie, ia tak lupa mengajak Nadine, Raka, dan Reynand untuk ikut foto bersama.

Begitu ada seorang pelayan yang melintas di matanya, Elly langsung menyambar pelayan itu dengan ponselnya yang sudah terbuka kameranya. Sebelum mengambil foto, dia tak lagi memikirkan apapun. Elly langsung meminta Bestie untuk berada di antara Raka dan Reynand, kemudian ditutup oleh dirinya dan Nadine di ujung.

"Dan lagi, kayaknya kalian bertiga udah nentuin dresscode-nya, ya? Ya, walaupun gak sama, cocok aja gitu liatnya. Iya gak, Nad?" tanya Elly pada Nadine sambil memperhatikan ketiga anak muda di hadapannya itu.

Ya, outfit yang mereka pakai malam ini memang terlihat serasi jika dipadukan.
Reynand yang mengenakan kaos putih dengan list hitam di lehernya kemudian dilapisi dengan kemeja panjang blaster black and white yang tak dikancing. Sementara Raka, dia memakai kemeja hitam berlengan pendek. Meskipun terlihat seperti baju tidur, kemeja itu tetap terlihat bagus dipakai oleh Raka. Persamaan dari mereka berdua adalah mereka sama-sama mengenakan celana panjang hitam dengan lutut yang sedikit robek. Lalu, mereka berdua sama-sama mengenakan topi yang terbalik. Mereka bahkan sudah bisa dibilang seperti anak kembar sekarang.

"Aduhh, pengen punya anak cowok juga, Ly. Kamu enak punya dua. Lah aku? Satu aja gak punya," oceh Nadine begitu melihat penampilan Raka dan Reynand yang tampak seperti anak kembar.

"Tukeran mau? Aku mau anak gadis, biar bisa diatur-atur style-nya kayak barbie," balas Elly ikut mengoceh.

"Boleh, boleh. Ambil aja si Bestie, tukeran sama yang blaster itu," ucap Nadine menunjuk Reynand.

Elly langsung terkekeh melihat pilihan Nadine. Nadine memang pandai dalam memilih. Dia tahu mana yang sehat dan tidak. Bisa dipastikan, dia sedang memperhatikan kedua otot Reynand yang padat itu.

"Oh, kalo yang itu jangan. Ambil yang ini aja," balas Elly menyodorkan Raka pada Nadine.

"Ma," protes Raka kesal.

"Iya-iya, Mama bercanda, kok. Yaudah, kalian main sana. Jangan gabung sama emak-emak, ntar ikutan tua kayak emak-emak," lontar Elly sedikit terkekeh, tangannya mulai mendorong punggung Raka, Reynand, dan Bestie untuk segera meninggalkan mereka di sana.

Ya, sudah lama Bestie tak mengunjungi Elly, tepatnya sejak Raka menyatakan cintanya pada Bestie, saat mereka lulus SMP. Awalnya dia akan mengira bahwa dia akan merasa canggung ketika bertemu dengan Elly. Tapi, melihat tingkah Elly barusan, ia jadi merasa bahwa dia selalu berkunjung ke rumah mewah itu.

Bestie berjalan mengekor di belakang Raka dan Reynand yang saling merangkul satu sama lain di depannya. Bestie senang melihat mereka tertawa bersama. Mereka bercanda ria bak saudara. Elly pun begitu, dia sama sekali tak membeda-bedakan Raka dan Reynand. Bahkan tingkahnya tadi pun menunjukkan bahwa dia tak menginginkan Reynand pergi dari hidupnya. Dia lebih menginginkan Raka yang menjadi anak Nadine daripada Reynand. Ya, walaupun itu hanya candaan semata, tetap saja, Elly tak pilih kasih pada siapapun di antara mereka berdua.

Langkah kaki Bestie ikut terhenti ketika para penunjuk arah berhenti melangkah dan berbalik menatap dirinya.

"Bes, lo mau ngapain?" lontar Raka bertanya.

Bestie hanya tersenyum mendengar pertanyaan Raka, tak tahu hendak menjawab apa.

"Kita mau ke lapangan basket. Bukan gue yang main, tapi si Raka," timpal Reynand, wajahnya sama sekali tak menatap Bestie. Ya, ia takut phobia-nya akan mengeluarkan efek nantinya.

"Gue ikut kalian aja," balas Bestie masih tersenyum.

Raka mengangguk mendengar jawaban Bestie kemudian kembali merangkul Reynand dan berjalan menuju lapangan basket di ujung sana. Ya, mereka memang punya segalanya. Bahkan lapangan basket sekalipun.

Di pinggir lapangan, hanya ada satu bangku taman. Bestie duduk sendiri di atasnya sementara Reynand duduk di rumput hijau. Hening di sana. Tak ada satu mulut pun di antara mereka yang hendak memecahkan keheningan itu, baik Bestie maupun Reynand.

Ya, memang beginilah faktanya, kan? Gue bakal kek gini terus sama dia. Gak ada yang namanya kemajuan kalo salah satu di antara kita gak ada yang pengen maju. Siapa coba yang pengen maju disini? Cuma gue, ya itu fakta. Dan lagi, gue kagak berani buat mulai duluan. Toh, gue cewek. Ya kali cewek duluan yang mulai, batin Bestie menggerutu. Di kepalanya dia terus saja mencari bahan pembicaraan yang akan menemani kesempatan malamnya dengan Reynand.

"Raka itu hebat," lontar Reynand memandang Raka yang tengah bermain di lapangan sana, sontak membuat Bestie terkejut.

Bestie mengangguk, "Dulu dia pernah ikut kejuaraan basket tingkat nasional, bahkan hampir internasional,"

"Loh, kok lo tahu?" tanya Reynand, pandangannya kini melekat pada Bestie, berhasil memunculkan efek phobia-nya.

Debaran jantungnya sangat kencang, dia mulai merasakan keringat dingin di sekujur tubuhnya. Begitu merasakan efek dari phobia-nya itu, Reynand pun langsung mengalihkan pandangannya kembali pada lapangan basket.

Bestie terkekeh pelan tanpa suara melihat tingkah Reynand akibat efek phobia-nya itu.

"Ya tahu, dong. Kita satu sekolah, kok," timpal Bestie santai.

Tak ada jawaban dari bawah sana, hanya mulut membentuk lingkaran yang terlihat oleh Bestie.

"Oh iya, Raka kalo di rumah gimana, sih?"
Bestie begitu ingin berkomunikasi dengan Reynand. Bahkan kini bokongnya sudah berpindah ke rumput hijau di bawah sana. Tatapannya tepat menyerong ke arah Reynand, membuat pemilik gynophobia ini hampir terkena serangan jantung akibat ulahnya.

"Please," keluh Reynand berusaha menjauh dari Bestie.

"Ayolah! Ceritain ke gue gimana Raka di rumah!" pinta Bestie bersemangat.

"Raka!" teriak Reynand memanggil Raka yang sedang asyik bermain basket di lapangan sana.

Kini ia beranjak dari duduknya, "Gue pengen main juga!" teriaknya lalu berlari menyusul Raka yang sudah kebingungan mendengar temannya itu.

"Main? Gak salah lo?" tanya Raka memastikan begitu Reynand sudah tiba di depannya.

Reynand mengangguk, "Daripada gue pingsan di sana," gerutunya lalu merampas bola basket dari tangan Raka.

"Gue terlalu semangat, ya? Ya ampun, Bestie! Hampir aja Reynand pingsan gara-gara elo!" gerutu Bestie menepuk-nepuk kepalanya yang tak bersalah itu. Kini Bestie hanya bisa memandang Reynand dari kejauhan, sama seperti yang ditulisnya dalam buku hariannya.

~ cy ~

Pernah ga sih liat sosok Gynophobia di kehidupan nyata?

CY sih punya satu👀

Kalo kalian? Punya berapa?😁

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top