Dua

Don't forget to Vomment,
Manteman
💞
______________________________

"Kenapa sih lo suka sama si Reynand?"

"Tiva, ini Perpus. Please, jangan ribut. Gue lagi sibuk baca,"

"Tuh, kan! Lagi-lagi elo mengelak," kesal Tiva pada Bestie karena selalu enggan menjawab pertanyaannya yang satu ini.

Kenapa gue suka sama dia, ya? Gue juga gak tahu, Va. Gue cuma tertarik aja sama kehidupannya dia. Gue kepo sama dia yang selalu jaga jarak sama cewek. Padahal sebenernya dia itu orang baik, kok. Ya, gue rasa. Tapi, ya, unik aja gitu. Dan keunikannya itu berhasil menarik gue, Va. Lo paham, kan? Lebaynya, keunikan itulah yang berhasil menarik raga bodoh ini, batin Bestie berbicara dalam hati, matanya masih terus bergerak membaca setiap kata yang berada di hadapannya.

"Please, Bestie. Jangan jawab pertanyaan gue lewat telepati dong, gue gak bisa dengernya," oceh Tiva masih kesal pada Bestie namun tak dihiraukan oleh Bestie.

"Udahlah, Va. Elo nyerah aja deh,"

"Permisi, lagi bahas apaan, sih? Serius amat," potong Ella baru saja tiba di Perpustakaan BHS.

"Ella? Tumben ke Perpus? Agatha sama Gena kemana?" tanya Bestie penasaran.

"Tahu ah, males sama mereka," Bestie jelas menyambut baik kehadiran Ella di Perpustakaan. Menurutnya, sebuah keajaiban Ella ingin berkunjung ke Perpustakaan walaupun sebenarnya hanya ingin berbincang-bincang atau mungkin hendak menanyakan tugas padanya. Tetap saja, Bestie menyukai hal itu.

Namun, bukannya ikut bahagia, Tiva malah tegak dari duduknya. Matanya tertuju pada Ella sebentar. Sepersekian detik kemudian matanya pindah ke Bestie. Melihat temannya berbincang dengan orang lain selain dirinya, tampak jelas kecemburuan di matanya.

"Gue duluan ke kelas, Bes," izin Tiva pada Bestie.

Tangannya mulai membereskan beberapa buku yang berserakan di atas meja Perpustakaan. Kini tubuhnya berbalik.

"Gue duluan," katanya sebelum akhirnya kakinya benar-benar melangkah meninggalkan Perpustakaan.

Ella tahu ucapan Tiva barusan tertuju padanya, itu jelas terlihat dari cara Tiva menyampaikannya. Dia pun tersenyum sambil terus memandangi punggung Tiva yang perlahan menjauh meninggalkan posisinya sekarang.

Bruk.

Mendadak seluruh buku di hadapan Bestie berguncang hebat layaknya gempa yang hadir menerpa. Entah itu gempa sungguhan atau hanya gempa buatan akibat ulah Reynand. Ya, pria ini masuk ke Perpustakaan dengan tergesa-gesa. Berulang kali dia menyebut nama Bestie kepada setiap pria yang dijumpainya.

Liat Bestie? itulah yang ditanyakannya kepada mereka.

Kini dia tengah berdiri di hadapan Bestie, gadis yang dicarinya sejak tadi. Tatapannya tajam memandang Bestie yang kebingungan.

"Berdiri!" perintahnya tegas melotot pada Bestie.

Bestie saat itu sangat kebingungan dengan tingkah Reynand kepadanya terutama tatapannya yang tajam itu. Bukan hanya Bestie, Ella pun tak bisa menebak apa yang ada di pikiran Reynand sekarang. Meskipun begitu, perlahan Bestie berdiri dari duduknya.

Melihat Bestie sudah berdiri tegak, Reynand langsung merentangkan kedua tangannya. Perlahan bahunya mendekati Bestie. Keraguan jelas ada di dalam benaknya. Jantungnya berdebar hebat. Napasnya terengah-engah. Sulit baginya untuk mengontrol kepanikannya itu. Tapi, memang inilah yang harus dilakukannya saat ini. Kedua tangan yang direntangkannya perlahan melingkar di leher Bestie, membuat tubuh Bestie tertarik hingga ikut menunduk untuk menyetarakan posisinya. Pasti detak jantungnya berdegup sangat kencang saat itu, baik Reynand maupun Bestie. Ella yang melihat itu hanya terdiam. Ingin dia mengatakan Ini Perpustakaan! tapi tak bisa.

"Cuma ini cara yang gak pernah gue pake sama cewek lain. So, sekarang lo mau kasih WA elo ke gue?" bisik Reynand pelan di telinga Bestie.

Bestie terkejut. Tubuhnya spontan langsung menjauhkan diri dari Reynand. Secepat kilat tangan kanannya mendarat di pipi kiri Reynand, membuat pria itu harus mengalihkan pandangannya ke kanan. Kini bertambah lagi kepedihan Reynand. Setelah jantung yang berdetak hebat, napas yang begitu cepat, dan sakitnya tamparan yang diberikan oleh Bestie.

Begitu puas, Bestie pun melangkahkan kakinya, hendak meninggalkan Perpustakaan. Langkah kakinya itulah yang kemudian diikuti oleh Ella di belakangnya.

Semua pandangan kini tertuju padanya, pria yang baru saja ditampar oleh gadis teladan. Reynand tak peduli dengan pandangan setiap orang di Perpustakaan yang sunyi itu. Tangan kanannya merogoh ke dalam saku celananya. Ibu jarinya mulai mengotak-atik setiap huruf yang berada di keyboard persegi panjang mungil itu. Tertera nama Raka di sana, di panggilannya.

"Halo," sapa Raka di sana.

"Gabut?"

"Elo yang gabut manggil gue. Kenapa?"

"Gue pengen cerita,"

Belum selesai Reynand berbicara di telepon, Raka sudah memutuskan panggilannya.

__oOo__

Pohon besar nan rindang bak beringin itu berhasil melindungi mereka dari teriknya panas matahari. Bersandar duduk di bangku taman melihat rerumputan hijau memang menyejukkan mata. Ditambah lagi, suara air terjun di kolam ikan yang begitu enak untuk didengar di telinga. Di sanalah Reynand dan Raka selalu beradu cerita. Tidak, bukan Reynand dan Raka. Hanya Reynand yang selalu bercerita pada Raka. Kali ini pun dia ingin menumpahkan ceritanya pada Raka.

"Jadi," buka Raka memecahkan keheningan dalam pikiran Reynand.

Raka baru saja tiba di sana setelah selesai bermain basket dengan teman-temannya. Ya, pria ini memang hobi dengan permainan bola besar satu itu. Basket menjadi andalannya, namun tak pernah melupakan temannya. Kini dia hadir untuk mendengarkan curahan hati temannya, Reynand.

"Gue dapet tantangan lagi dari Dirga,"

"Lagi-lagi Dirga," potong Raka langsung mendapatkan anggukan setuju dari Reynand. Bokongnya mulai mendarat tepat di samping Reynand.

"Kali ini ceweknya beda, Ka. Gue bilang jangan samain gue kayak cowok lain. Dan dia beo, jangan samain dia kayak cewek lain. Gue bingung,"

"Akhirnya lo mundur buat mikirin cara lain biar bisa luluhin tuh cewek, iya?" lagi-lagi apa yang dipotong oleh Raka langsung dijawab oleh anggukan setuju dari Reynand.

"Jadi, lo udah dapet cara lain?"

Reynand mengangguk. Ia tertunduk. "Gue peluk dia, Ka,"

"Apa lo bilang tadi?! Peluk?! Lo peluk dia?! Siapa cewek yang lo maksud itu, hah?!" tanya Raka menggebu seakan tak percaya pada Reynand. Matanya membelalak begitu mendengar ucapan Reynand barusan. Dahinya mengkerut tak percaya dengan apa yang didengar oleh telinganya barusan. Berulangkali dia memasukkan jari telunjuknya ke lubang telinganya, baik kiri maupun kanan tak terlewat olehnya.

"Bestie," balas Reynand menatap lurus ke depan.

"Cuma satu Bestie di BHS, yaitu Bestie Lorenza. Siswi teladan yang ahli semua mapel IPA plus IPS," Raka menjeda sejenak ucapannya. "Menurut elo, dia gimana?"

"Sama kayak cewek lainnya," jawab Reynand spontan.

"Cewek lain kayak gimana?"

"Terlihat kejam di mata gue,"

"Terus?"

"Makhluk Tuhan yang wajib gue hindari,"

"Nah itu, lo udah dapet jawabannya,"

Reynand bingung, tak mengerti dengan ucapan Raka padanya.

"Dia sama kayak cewek lainnya, itu yang lo bilang. Jadi, jangan pernah cari cara yang gak pernah lo coba ke cewek lain cuma buat meluluhkan si cewek ini. Kecuali, kalo elo punya perasaan ke dia." Tutup Raka menepuk pelan bahu Reynand kemudian berlalu pergi meninggalkan Reynand sendirian di taman sekolah.

Singkat memang pertemuan mereka ketika mencurahkan hati dan pikiran. Namun, Raka selalu saja mempunyai kata bahkan kalimat untuk membuat Reynand tak berlari dari prinsipnya. Bukannya jahat, Raka hanya ingin temannya ini mempunyai jalan lurus tak bertikung tajam. Meskipun prinsipnya itu aneh dan sangat berpengaruh dengan masa depannya kelak, pria berkulit putih ini yakin betul, perlahan phobia Reynand akan menghilang, hanya jika dia sudah menemukan orang yang tepat untuk membimbingnya. Ya, orang yang tepat.

Drrt.

Ponsel Reynand bergetar di sakunya. Ada yang memanggilnya di sana.

"Ada apa, Ga?" tanyanya membuka pembicaraan di telepon.

"Gak ada apa-apa, sih. Eh, ada, Rey. Jadi, gimana? Tantangan gue completed?"

Reynand berdecak kesal mendengar Dirga berbicara, "Boro-boro completed, yang ada konflik buat gue,"

"Lah, kok gitu?"

"Bodo ah, Ga. Gue tutup, ya! Bye!" tutup Reynand membanting ponselnya tepat di sampingnya sekarang.

Mendadak perkataan Raka tadi menggema di dalam pikirannya, Dia sama kayak cewek lainnya, itu yang lo bilang. Jadi, jangan pernah cari cara yang gak pernah lo coba ke cewek lain cuma buat meluluhkan si cewek ini. Kecuali, kalo elo punya perasaan ke dia.

"Tapi, gue pengen tetep cari cara lain, Ka. Apa itu berarti gue suka sama dia? Gak mungkin, kan? Faktanya, phobia gue tuh cewek. Sulit buat gue bisa suka sama cewek, kan?"

~ cy ~

Duh si Raka-,
Bukannya dibantu si Reynand biar gak takut lagi sama cewek, malah didukung biar terus-terusan takut-,

Ehem, semua tokohnya udah keluar kan, ya.
Btw, ada yang kepo ga?
Atau ada yang pengen tau ga?
Atau-atau ada yang penasaran ga?
Penasaran sama visualnya tokoh MASK
Siapa sih si gynophobia, Reynand?
Siapa sih si datar, Raka?
Siapa sih si manis, Bestie?
Siapa sih si kembar, Ella dan Dirga?
Siapa sih si poni selamat datang, Tiva?
Siapa sih si childish, Agatha?
Siapa sih si tomboy, Gena?

Oke fix, gak ada yang kepo, penasaran, dan pengen tau-,gapapa, it's OK, I'm fine :"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top