Delapan

Tahukah kau seberapa sakitnya perjuanganku bersama mereka (kenangan) ?
______________________________

Tak hanya sebatas corat-coret bangku saja. Bahkan ketika jam istirahat tiba, selebaran berisi hal-hal jelek tentang Bestie mulai bertebaran di setiap tempat. Dinding sekolah, mading sekolah, bahkan di lantai sekolah.

Hati-Hati!
Siswi teladan sudah pindah profesi sebagai penggoda!

Itulah sebuah kalimat yang disusun sedemikian rupa di atas selebaran kertas yang baru saja tersebar di BHS.

Setelah membaca selebaran itu, para siswi di BHS pun langsung membuat perkumpulan wanita di tempat itu juga. Bisik-bisik bahkan terdengar di setiap telinga yang melewatinya. Mulut-mulut mulai saling bersaut memojokkan si topik utama. Siapa lagi kalau bukan Bestie yang menjadi topiknya kali ini.

Di pojok sana, Reynand tengah makan sepiring batagor bersama Raka dan Dirga. Dari kejauhan Reynand menatap lekat setiap mulut yang membicarakan Bestie. Bahkan jika ada sepasang mata seorang siswi yang meliriknya, ia tak segan-segan untuk membalasnya dengan tatapan tajam meskipun jantungnya berdetak sangat kencang.

"Kasihan Bestie," keluh Dirga begitu sadar Reynand tengah memperhatikan cewek-cewek yang bergosip tak jauh darinya. "Jadi bahan pembicaraan gara-gara dua Curut ini," sambungnya sambil melahap masuk batagor di hadapannya.

"Adek lo mana, Ga?" tanya Raka ikut melahap batagor milik Dirga karena pesanannya belum juga tiba.

"Mana gue tahu," jawab Dirga kesal. "Kenapa? Kalian mau nuduh adek gue? Iya?" tanya Dirga menatap lekat satu persatu pria di depannya. "Gue sempet curiga, sih. Tapi, dia udah gue interogasi, kok. Tapi, gak tahu juga ya kalo faktanya ntar beneran dia yang ngelakuin ini," sambung Dirga santai.

"Permisi, Cowok-Cowok Ganteng. Kita boleh gabung, gak?" sapa Agatha ceria. Tangan kanannya memegang sepiring siomay, sementara tangan kirinya memegang segelas es jeruk.

Meskipun belum mendapatkan izin, bokongnya sudah mendarat perlahan di bangku yang kosong di hadapan Raka, Reynand, dan Dirga. Setelah duduk dan meletakkan pesanannya di atas meja, tangannya mulai melambai ke arah Ella dan Gena, meminta agar mereka berdua ikut duduk bersamanya.

"Yang suruh lo duduk sini siapa?" tanya Reynand garang begitu melihat Ella dan Gena mulai meletakkan pesanannya di atas meja.

Agatha diam sejenak lalu menampilkan cengirannya yang khas, "Gak papa-lah, Rey. Cuma duduk doang, gak bakal pingsan, kan!" canda Agatha diikuti dengan tawanya yang pelan.

"Udahlah, Rey. Ada yang pengen gue omongin juga di sini," lontar Raka menepuk dada Reynand dengan punggung tangannya, tatapannya perlahan pindah dari Reynand ke Ella.

"Ssstt, Raka mau ngomong nih, guys!" ejek Agatha berbicara pada Ella dan Gena yang sedang asyik dengan obrolan mereka.

"Makasih, Tha," ucap Raka pada Agatha, langsung mendapatkan anggukan ceria dari gadis bule itu.

"Ella," panggilnya menatap lekat Ella.

Ella sedikit terkejut mendengar Raka memanggilnya barusan. Tak salah dengarkah dia, pikirnya.

"Ya? Kenapa?" tanyanya bingung.

Raka tak berbicara meskipun Ella sudah merespon panggilannya dengan sangat baik. Tak ada sedikitpun kegugupan di setiap kata yang terlontar gadis berambut blonde itu, tak satupun.

Perlahan kepalanya menggeleng lalu meraih pesanannya yang baru tiba di ujung meja. Terus fokus pada makanannya, dia melahap bakso itu lalu berkata, "Hati-hati kalo ngomong. Dia wanita yang jauh lebih hebat dari seluruh wanita di dunia ini, terutama elo." Tutupnya lalu benar-benar fokus pada makanannya.

Reynand memandang Raka ketika Raka usai berbicara. Siapa wanita yang Raka maksud? batinnya bertanya.

"Bentar, deh. Lo ngomong apa dan sama siapa sih, Ka? Tadi manggil Ella, terus ngomongnya liatin tuh bakso. Gak jelas nih anak," gerutu Agatha lalu melahap siomay miliknya satu persatu.

"Tha, makan tuh diem." Tegas Gena kesal pada Agatha yang selalu saja berbicara ketika makan, tangannya begitu ringan untuk mendarat di pundak Agatha.

Brukk.

Tiba-tiba meja kantin yang tengah ditempati keenam orang itu, Reynand, Raka, Dirga, Gena, Agatha, dan Ella bergetar sangat hebat. Tiva baru saja memukul meja itu. Meskipun tangan dan tubuhnya kecil, bukan berarti pukulannya juga ikut kecil.

Dengan wajah garang, Tiva menatap lekat pada Reynand. Dipandangnya pria itu begitu lekat hingga dia ketakutan. Namun perlahan tatapan itu berpaling ke Raka. Kini Tiva menatap Raka dalam, ada perintah di balik tatapan yang diberikan Tiva padanya.

"Ikut gue sekarang!" perintahnya pada Raka.

Tak peduli pada setiap pasang mata yang menatapnya. Ini mulutnya, terserah dia mau berbicara apa, bagaimana, dan pada siapa.

Raka menggeleng, "Gue lagi makan," balasnya santai sambil mengunyah bakso di mulutnya.

"Bestie nyariin elo," lontar Tiva menghentikan santapan Raka.

Begitu mendengar kalimat yang keluar dari mulut Tiva, Raka langsung menghentikan aktivitasnya menyantap semangkuk bakso miliknya. Bokongnya pergi mengekor di belakang Tiva, mengikuti Tiva yang hendak pergi menuju Bestie di pojok sana.

"Kalian liat gak, sih?" buka Agatha pada semua. "Gue yakin seratus persen bahkan lebih! Raka itu ada rasa sama si Bestie!" heboh Agatha yang langsung mendapatkan pukulan keras dari Gena.

Reynand yang tengah mengunyah batagornya tiba-tiba tersedak begitu mendengar ucapan Agatha barusan. Tak pernah terlintas dalam pikiran bahkan benaknya bahwa Raka menyukai Bestie. Reynand tahu Raka dan Bestie sudah berteman sejak lama. Tapi, ia tak pernah berpikir bahwa akhirnya Raka akan menaruh hati pada Bestie.

"Lo kenapa, Rey? Keselek? Jangan-jangan elo juga, ya!" lontar Agatha masih heboh.

Kali ini semua ikut bergabung dengan Agatha. Beberapa di antara mereka ada yang mengejek Reynand dengan sebutan cie atau bahkan tertawa tak percaya bahwa pria satu ini tertarik pada seorang gadis.
Ya, semua ikut bergabung, tapi tidak dengan Ella. Sejak tadi dia tak pernah ingin mendengar apapun yang berbau dengan Bestie.

Jika ada yang menuduhnya menyoret-nyoret bangku Bestie, itu benar. Gadis light blonde ini tak bisa mengelaknya. Ia bahkan tak tahu kenapa dirinya begitu tak menyukai Bestie. Walaupun sebenarnya Bestie selalu bertingkah baik padanya, itu sama sekali tak berpengaruh padanya.

Alasan Bestie menjadi siswi teladan di BHS saja sudah membuatnya sangat muak. Apalagi jika dia berhubungan dengan most wanted di sekolah ini.

Gak cukup ya jadi satu-satunya kesayangan guru? Gak cukup ya jadi siswi nomor satu di sini? Gak cukup ya deket sama Raka doang? Masih mau deketin Reynand? Ella selalu menggerutu seperti itu setiap kali mendengar nama Bestie disebutkan.

Ella dan Bestie sudah berteman cukup lama, tepatnya sejak masuk SMP. Mereka selalu bercerita tentang apapun satu sama lain, entah itu suka maupun duka. Dulu Ella sempat tertarik pada Raka, begitu juga Bestie. Untungnya, Ella yang lebih dulu bercerita pada Bestie sehingga membuat Bestie harus mundur perlahan demi Ella. Tapi, siapa yang tahu bahwa Raka ternyata tertarik pada Bestie. Hingga akhirnya dia menjadi saksi pernyataan Raka pada Bestie.

Begitu melihat Raka menyatakan perasaannya pada Bestie, Ella langsung meninggalkan mereka saat itu juga. Di pikirannya saat itu, hanya ada dendam pada Bestie. Tapi, dia tak pernah menampakkan dendamnya itu pada Bestie. Tak pernah sampai akhirnya dia melihat Reynand memeluk Bestie dengan kedua matanya sendiri di Perpustakaan. Ya, hanya sebatas itu batas kesabarannya.

"Gue duluan," pamit Reynand lalu beranjak pergi meninggalkan kantin.

Melihat Reynand pergi setelah sindiran Agatha, Ella mulai memikirkan hal yang tidak-tidak. Mungkinkah Reynand sungguh memiliki rasa pada Bestie sehingga sindiran Agatha tadi sangat berpengaruh padanya?

Sementara Raka, dia sudah duduk di hadapan Bestie. Menatap sendu menunggu gadis di depannya itu berbicara.

"Ayolah, Bes. Gak usah murung lagi. Ini gue udah bawain Raka buat lo," pujuk Tiva meminta Bestie untuk berbicara.

"Itu ya siswi teladan si penggoda itu?" bisik seorang siswi melintas di meja mereka.

"Bes," panggil Raka pelan, tangannya meraih punggung tangan Bestie di atas meja. "Gue tahu ini sulit, tapi lo gak boleh terlalu terlarut kek gini. Lo mau tahu, gak? Dia yang udah berbuat kek gini sama elo, pasti sekarang lagi tertawa bahagia di sana. Kenapa? Misinya sukses, Bes! Lo mau dia terus tertawa bahagia sementara elo murung-murungan kek gini? Kagak, kan? Makanya, sekarang lo kagak usah murung lagi," jeda Raka sejenak, kini tangannya mulai menggosok-gosok punggung tangan Bestie. "Apa sih yang penting sama tulisan jelek kek gitu? Apa sih yang penting sama omongan gak bener itu? Sama sekali gak ada yang penting, Bes! Percaya sama gue!" tutup Raka masih menggosok pelan punggung tangan Bestie.

"Pandai mulut berbicara! Ini nih yang bikin Bestie kena bully," sela Tiva melepaskan tangan Raka dan Bestie. "Coba deh elo sama Reynand yang di posisi Bestie. Gue yakin lo gak bakal sanggup, Ka. Paling nggak, lo atau Reynand pasti bakal ngamuk gak karuan buat nyariin tuh orang. Terus ujung-ujungnya? Ujung-ujungnya malah berantem," sindir Tiva geram.

"Iya, makanya gue bilang gue tahu ini sulit. Udah deh, gue kagak suka basa-basi. Intinya, gue sama Reynand udah tahu siapa pelakunya, siapa biangnya, kita udah tahu," jeda Raka sejenak, nada bicaranya kini mulai membisik agar tak terdengar oleh siapapun kecuali mereka bertiga.

"Apa?! Elo udah tahu?!" kaget Tiva mendengar ucapan Raka.

"Makanya, gue minta elo buat tenang. Kagak usah murung, tetep jadi diri elo," tutup Raka lalu menyeruput minuman di depannya, sontak membuat Tiva, si pemilik minuman melotot marah. "Gue duluan, bye!" pamitnya lalu pergi meninggalkan kantin.

~ cy ~

Annyeong❤️

Akhirnyaaa UNBK selesai jugaaa😁
Selamat yang UNBK nya selesai hari ini😁
Semangat yang baru aja mulai USBN nyaa 😁
Happy holiday buat yang lagi liburan😁
-
-
-
Raka jadi banyak bicara yaaa?🤔
Terus si Tiva jadi makin berani aja yaa?🤔

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top