BAB 3
BAB 3
Mood Galang
Layaknya seperti angin, kadang bisa membuat sejuk dan gerah secara bersamaan ketika menatapnya.
Vini diam-diam mengumpati dirinya. Semalam, dia telah melakukan hal yang tak dapat diterima logikanya dan parahnya dia tertangkap basah oleh orang bersangkutan dan terciduk lah dia. Namun ada satu hal yang mengganggu pikirannya dari semalam. Untuk menenangkan pikiran, dia berjalan menuju dapur dan membuka lemari kitchen set bagian atas mengambil teh chamomile dan beberapa cemilan brownies kering, ketika ingin mengambil air di dispenser ternyata air galonnya habis. Siapa yang pagi–pagi buta mau mengangkat galon selain jalan ninjanya memesan online di serba ada mart terdekat. Serba ada mart lagi, itu artinya yang mengantarkan barangnya pagi ini.
"Pengantar bukan hanya dia aja, pasti yang lain," gumam Vini mantap, sambil sibuk membereskan dapur.
Vini membuka aplikasi Serba Ada Mart Online yang ia miliki. Dia mengetik kata galon sekaligus mencari barang kebutuhan untuk pagi ini. Oke, semua barang sudah terpesan lalu klik panel checkout untuk memilih metode pembayaran sejuta umat yaitu bayar tunai. Tak butuh waktu lama, status pesanan berubah menjadi 'proses'. Kedua jari bertautan, matanya sesekali menatap layar dan belum mendapatkan notifikasi. Dia mengalihkan perhatian dengan menonton daily vlog konten kreator lainnya agar bisa menjadi acuan dan semangatnya untuk menambah konten yang kreatif.
Ibu jari sini bergerak menari-nari di atas layar daftar ponselnya. Sesekali menggulir layar ke atas atau ke bawah untuk melihat notifikasi terbaru masuk.
Lima belas menit kemudian, layar ponsel ini menampilkan notif aplikasi dari serba ada Mart semula dalam proses berubah menjadi dalam pengantaran titik mendadak jiwa penasaran Vini meronta-ronta untuk segera tahu siapa pengantar hari ini, Vini sama seperti cewek yang lainnya yang hobi dengan harga tercoret setiap ada memonet penting atau moment hari raya, siapa yang nggak tertarik sama diskon apalagi kalau diskon dari Brand favorit ampun deh bisa auto khilaf.
"Wah, tumben absen ngopi, lagi kena asam lambung Neng? "
Tiba-tiba mawar muncul dari kamar samping dan bergabung duduk bersama Vini. Ia langsung mencoba brownies kering milik Vini, disusul dengan Vena membawa nasi goreng dan mengibas-ngibas aroma menyeruak sampai perut teman yang lainnya meronta-ronta.
"Ah, pagi-pagi ngopi, magh nanti semaput."g bertanya, "Ice cream dimana kak?"
"Itu di samping mba, semua produk es krim."
Vini tambah mati kutu, ketahuan mengintil dari belakang.
"Iya, makasih."
"Iya."
Vini langsung menutupi malunya dan mencari keberadaan Cahaya yang sedang asik mencoba sampel produk lipstik terbaru.
"Yaak, ayo cepet kita bayar."
Cahaya mengomel karena belum selssai memilih lipstik. Dia bisa merasakan galamg dari jaih temgaj mempehatikannya. Bahkan dia menutup pintu sedikit terheneak membuat dentumnya agak keras.
Dalam hati Vini dia mengutuk dirinya sendiri sudah mengikuti instingnya yang seaat.
Dia memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang pengantar itu. Dengan cepat, dia memasukkan nama "Galang pengantar Serba Ada Mart" ke mesin pencari dan mulai menjelajahi hasilnya.
Tidak butuh waktu lama bagi Vini untuk menemukan profil media sosial Galang. Dengan perasaan gugup namun bersemangat, dia mengklik foto profilnya. Ada sesuatu yang menarik tentang pria itu yang membuat Vini ingin tahu lebih banyak.
Setelah beberapa saat menelusuri foto-foto Galang, Vini kembali ke meja kerjanya dengan pikiran yang melayang-layang. Ada sejumlah pertanyaan yang menghantuinya, dan dia tahu bahwa dia tidak akan merasa puas sampai dia mendapat jawaban.
"Kebiasaan bener si Aya. Jam segini masih asyik sama mimpinya," omel Vini
"Cahaya mah generasi santuy, jadi nggak heran kalau ada makanan atau minuman dapat paling akhir," celetuk Vena santai.
"Kalau aku generasi santuy, kalian generasi apa? generasi jomblo ya, muka sih boleh baby face tapi pemakaiannya udah minyak urut," balas Cahaya, berjalan sambil mengumpulkan nyawanya.
Cahaya mengambil sarapan cemilan favoritnya yaitu snack oat favoritnya dan bergabung mengobrol dengan ketiga teman lainnya.
"Gini-gini generasi jompo, Banyak yang naksir kali Sorry ya, tuh Maman tetangga depan barusan mengantar kolak pisang buat sarapan," ucap Mawar bangga. Faktanya, Mawar paling banyak digandrungi oleh anak komplek karena dia paling tercantik di indekos Pecelite.
"Terus kenapa nggak dihidangi, Lumayan buat makan penutup."
"Skip deh, takutnya ada pelet," tolak Mawar halus dia tetap menerima semua pemberian tetapi lebih selektif dalam hadiah makanan.
Ketiga temannya sibuk berbincang ria sementara Vini sibuk menyiapkan perlatan makanan untuk menyantap nasi goreng. Setelah semuanya selesai, Vini membagikan masing-masing nasi goreng dengan porsi rata.
"Nasi goreng kecap teri dan dadar gulung itu makanan terfavorit gue, apalagi yang buat chef kesayangan kita, siapa lagi kalau bukan Vena."
****
Vini duduk di ruang tamu, sambil menunggu kedatangan Galang dengan barang yang benar. Hari ini, dia merasa agak gugup karena ingin tahu lebih banyak tentang pria pengantar barang yang misterius itu. Suara bel berbunyi, dan Vini segera menuju pintu depan.
Galang tiba dengan senyum ramah di wajahnya. "Halo, Mbak Vini. Ini barangnya yang benar-benar sesuai dengan pesanan Anda," ujarnya sambil menyerahkan kotak tersebut.
Kemana perginya wajah garang itu, tanya Vini dalam hati. Hari ini mood Galang berubah drastis, membuat Vini tenggelam dengan asumsinya sendiri.
Vini menerima paket dengan senyum lega. "Terima kasih banyak, Galang. Sungguh menguntungkan bisa bertemu dengan kamu lagi," ujarnya sambil memeriksa antaran barang tersebut.
TBC
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top