#23

Ketika Laras tiba di rumah sakit, ia melihat beberapa orang berkerumun di ruang tunggu. Mereka terdiri dari polisi dan beberapa orang warga yang tadi mengantarkan Pandu ke rumah sakit. Tak jelas apa yang sedang mereka perbincangkan, tapi kemungkinan besar para polisi itu sedang meminta keterangan dari saksi yang melihat peristiwa penembakan Pandu.

Lalu pada siapa Laras harus bertanya tentang kondisi Pandu?

"Pak Ahmad, bisa Bapak mencari tahu kondisi Pandu?" Untuk ke sekian kali Laras meminta bantuan Pak Ahmad.

"Baik, Non."

Laki-laki berkumis itu bergegas melaksanakan perintah Laras, sekalipun ia bukan majikan Pak Ahmad. Akan tetapi ia dan warga lain sangat menghormati keluarga Pak Brata. Pandu juga sangat cekatan saat membantu para tetangga yang membutuhkan bantuannya.

Pak Ahmad menghampiri kerumunan warga yang sedang berkumpul di ruang tunggu rumah sakit. Ia berbincang cukup lama dengan salah seorang dari mereka sebelum akhirnya kembali ke dekat Laras.

"Bagaimana, Pak?" tanya Laras harap-harap cemas.

"Anu, Non. Mas Pandu masih dioperasi sekarang. Kata dokter yang merawatnya, peluru di tubuh Mas Pandu harus segera dikeluarkan agar dapat segera dihentikan pendarahannya," tutur Pak Ahmad.

Itu artinya kondisi Pandu cukup serius, pikir Laras.

"Apa ada yang mengetahui siapa pelaku penembakan itu?"

"Ada yang sempat melihatnya, tapi wajah mereka tertutup helm, Non. Jadi agak sulit untuk mengetahui identitas para penjahat itu."

Polisi juga sedang menyelidiki kasus ini. Mereka masih mengumpulkan saksi dan bukti. Tidak ada yang bisa dilakukan Laras sekarang kecuali menunggu.

"Apa mereka masih lama?" Gadis itu bergumam sendirian.

"Non Laras haus? Apa mau Bibi belikan air minum?" tawar Bi Tinah setelah melihat wajah Laras yang terlihat sangat letih. Gadis itu sangat mencemaskan Pandu.

Namun, gadis itu menggeleng. Sebelum mengetahui keadaan Pandu, Laras tidak akan bisa menelan apapun, meski hanya setetes air. Ia akan menunggu.

Dua orang polisi menghampiri Laras beberapa saat kemudian. Mereka bertanya sedikit tentang Pandu dan memberi informasi terkait kasus penembakan yang dialaminya. Keterangan yang mereka sampaikan sama persis dengan apa yang dikatakan Pak Ahmad.

"Apa Anda mencurigai seseorang? Atau sebelum ini ada masalah dengan seseorang?"

Sebenarnya ada. Tapi, seperti yang pernah Pandu katakan sebelumnya, ia tak bisa menuduh orang sembarangan. Laras juga tak ingin gegabah. Pandu juga tidak akan menyukai keputusannya jika Laras menyebutkan sebuah nama.

"Tidak ada, Pak."

"Baiklah. Kalau ada informasi lain, Anda bisa segera menghubungi kami."

"Baik."

Di tengah Laras menunggu kabar dari dokter yang merawat Pandu, tiba-tiba saja gadis itu mendapati sosok Nurma yang tampak berjalan dari kejauhan. Gadis berwajah polos itu datang dari arah jalan besar di depan rumah sakit. Sebuah angkutan umum melesat pergi saat Nurma telah menginjakkan kaki di pelataran rumah sakit.

Laras terkesiap. Ia baru sadar jika bukan dirinya saja yang sedang mencemaskan Pandu. Ada Nurma juga yang mengkhawatirkan keadaan laki-laki itu. Wajah Nurma menunjukkan raut yang sama dengan Laras sekarang. Gadis itu bahkan berlari untuk menghampiri warga yang masih berkerumun di ruang tunggu rumah sakit.

Wajah Laras seketika tertunduk. Satu kekurangan Laras hanyalah kakinya. Seandainya saja ia tidak lumpuh, ia juga akan melakukan hal yang sama dengan Nurma. Ia akan memacu langkahnya sekuat tenaga untuk mencari tahu kondisi Pandu.

Dua jam berlalu begitu lambat dan dipenuhi dengan perasaan gelisah yang bercampur dengan rasa takut.

"Non ... " Bi Tinah menyentuh pundak Laras pelan saat melihat Pak Ahmad dengan langkah tergesa menghampiri tempat mereka menunggu. Sejak tadi laki-laki itu berkumpul dengan warga lain yang juga menunggu kabar terbaru dari Pandu.

"Bagaimana, Pak? Apa Pandu baik-baik saja?" desak Laras sudah tak sabar ingin segera mengetahui keadaan Pandu.

"Kata dokter, operasi Mas Pandu berhasil. Tapi dia masih belum sadar. Kita disuruh menunggu," ujar Pak Ahmad memberitahukan apa yang disampaikan oleh dokter yang merawat Pandu kepada Laras.

Laras belum bisa menarik napas lega. Pasalnya Pandu masih belum sadar dan ia meyakini jika luka yang dideritanya cukup serius.

"Semoga dia baik-baik saja," ucap Bi Tinah menanggapi ucapan Pak Ahmad. Sementara Laras hanya bergeming.

"Sebaiknya Non Laras pulang saja. Biar saya antar," tawar Pak Ahmad kemudian.

"Tapi aku ingin melihat Pandu, Pak."

"Mas Pandu belum boleh dijenguk karena kondisinya masih belum stabil. Lagi pula dia akan dijaga polisi di sini. Jadi, sebaiknya Non Laras pulang saja. Toh, tidak ada yang bisa kita lakukan di sini. Nanti kalau Mas Pandu sudah sadar kita akan diberitahu."

"Pak Ahmad betul, Non. Sebaiknya Non Laras pulang dan istirahat." Bi Tinah menambahi demi membujuk hati Laras agar bersedia kembali ke rumah.

Laras menyerah pasrah. Mereka benar. Tidak ada yang bisa ia lakukan di sini. Lagi pula ada polisi yang akan menjaga Pandu.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #cinta