#16
Selain Laras, seluruh penghuni rumah itu juga berkeyakinan jika semua akan baik-baik saja setelah kepergian Sandra di hari itu. Keadaan kembali normal seperti sedia kala dan tak ada yang perlu mereka cemaskan. Pandu hanya perlu mencari sebuah tempat pengobatan alternatif terbaik untuk Laras. Sedang gadis itu telah mempersiapkan mentalnya untuk menerima pengobatan.
Namun, agaknya realita sedikit meleset dari perkiraan Laras, Pandu, dan Bi Tinah. Malam itu sesuatu yang besar dan mengejutkan telah terjadi dan menggemparkan seisi desa. Bahkan hingga ke desa tetangga.
Ketika itu hari telah lepas dini hari. Laras masih terlelap dalam tidurnya. Akhir-akhir ini ia sudah tidak bermimpi buruk lagi dan bisa nyenyak tidur. Akan tetapi, samar-samar telinga Laras menangkap suara gaduh yang berasal dari luar rumah. Tidurnya seketika terusik.
Apa yang terjadi? batin gadis itu seraya mengucek kedua matanya. Namun, sayangnya ia tak bisa melihat ke luar sana. Dinding kaca itu juga menghadap ke samping rumah. Meskipun Laras bisa mendekat ke sana, ia tak akan bisa melihat apapun. Pasalnya suara gaduh itu berasal dari depan rumah.
Pandu. Apakah Laras harus meneleponnya untuk menanyakan apa gerangan yang sedang terjadi?
Beberapa saat kemudian suara gaduh itu mereda dan digantikan bunyi sirine yang meraung-raung di kejauhan. Agaknya telah terjadi kebakaran di tempat yang jauh, pikir Laras.
Mungkin kemarau yang panjang menyebabkan kebakaran, pikir Laras yang tak bisa melanjutkan tidurnya kembali. Dulu saat masih kecil ia sering mendengar ada kebakaran di gunung atau hutan. Konon kebakaran semacam itu disengaja oleh petani yang ingin membuka lahan baru. Biasanya mereka membakar rerumputan kering atau sisa tanaman sebelum ditanami kembali. Hal seperti itu bukan hal yang baru untuknya.
Gadis itu hanya terbaring di atas tempat tidur hingga pagi tiba. Pikirannya terus melayang tanpa henti dan tak bisa dikendalikan. Sesekali ia melamunkan masa kecil. Lalu sejenak beralih kepada kenangan kedua orangtuanya semasa hidup. Kemudian digantikan bayangan Pandu.
"Non Laras sudah bangun?"
Akhirnya Bi Tinah datang juga. Wanita itu agak terlambat dari biasanya. Namun, ada yang berbeda darinya pagi ini. Ia tampak lelah dan kesedihan menaungi wajahnya. Ada apa gerangan?
"Apa yang terjadi semalam, Bi?" Laras langsung mencecar Bi Tinah begitu wanita itu tiba di dekatnya. Laras bisa melihat ada sesuatu yang tidak beres pada wanita itu.
Alih-alih menjawab pertanyaan Laras, tiba-tiba sepasang mata Bi Tinah berkaca-kaca. Mendung tebal tampak jelas di kedua netranya. Membuat Laras semakin penasaran dan semakin ingin tahu apa yang telah terjadi semalam.
Bi Tinah masih bungkam. Bibirnya tak sanggup untuk berkata-kata.
"Bi!" Laras terpaksa berteriak karena wanita itu tak kunjung bicara.
Tepat di saat itu, pintu kamar Laras terkuak dan muncullah Pandu. Spontan perhatian gadis itu teralihkan.
Pandu berjalan dengan gontai ke arah Laras. Wajahnya tampak kusut dan ekspresinya tak bahagia. Membuat Laras semakin yakin jika sesuatu yang buruk telah terjadi. Tapi apa?
"Apa yang terjadi?" desak Laras penuh harap bahwa Pandu bersedia memberikan jawaban untuknya.
Bi Tinah memilih mundur dari hadapan Laras dan memberi ruang pada Pandu untuk menghampiri tempat tidur.
Pandu menjatuhkan tubuh dengan hati-hati di tepi tempat tidur. Kemudian laki-laki itu meraih kedua tangan Laras lalu menggenggamnya kuat-kuat.
"Maafkan aku, Laras. Aku tidak bisa menjaga amanah ayahmu dengan baik," ucap Pandu dengan wajah tertunduk.
"Apa maksudnya?" Laras masih tidak mengerti karena hingga detik ini Pandu belum memberikan keterangan apapun padanya.
"Gudang penggilingan padi kita terbakar semalam," ungkap Pandu membuat Laras terkejut.
"Benarkah? Lalu apa ada yang terluka?"
Laki-laki di hadapannya menggeleng.
"Tidak ada. Gudang kosong saat malam. Hanya saja tidak ada yang tersisa. Semua hasil panen kita hangus terbakar."
Laras menghirup napas dalam-dalam. Ini bukan apa-apa, batinnya. Laras sudah pernah kehilangan ibu, ayah, dan juga kedua kakinya. Kehilangan sebuah gudang penggilingan padi tidak sebanding dengan semua itu. Laras tidak begitu kecewa mendengar berita itu.
"Tidak apa-apa. Itu hanya kecelakaan. Bukan salahmu kalau gudang itu terbakar," ucap Laras.
Pandu bergeming. Penyesalan masih memenuhi pikirannya meski Laras sudah merelakan kejadian itu.
"Jangan terlalu dipikirkan," ucap Laras mencoba mengusik kebisuan laki-laki itu. Namun, reaksi yang diberikan Pandu sama sekali tak diduganya. Laki-laki itu justru menarik tubuh Laras ke dalam pelukannya. Membuat Laras terperangah kaget.
Mendadak jantung Laras berdebar tak keruan. Semestinya ia merasa tidak nyaman diperlakukan seperti ini oleh Pandu yang dulu selalu dihindarinya, tapi sekarang Laras malah merasakan hal sebaliknya. Apakah ini cinta?
Bi Tinah yang melihat adegan itu diam-diam mengundurkan diri lalu keluar dari kamar Laras dengan tak bersuara.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top