#02
Laki-laki itu adalah Pandu. Anak yatim piatu yang 17 tahun silam dibawa pulang oleh Pak Brata untuk dirawat dan disekolahkan.
Kala itu Pandu masih berusia 11 tahun. Tubuhnya kurus, pakaiannya kotor dan kumal. Ia bahkan tak punya sepasang sepatu yang layak untuk disebut sebagai sepatu. Pandu kecil juga terlihat tidak begitu sehat.
Kedua orang tua Pandu telah tiada. Ayahnya meninggal saat Pandu masih dalam perut ibunya. Sementara ibu Pandu, meninggal ketika Pandu berusia 11 tahun karena sakit kanker. Bocah malang itu miskin dan tidak punya kerabat yang bisa dijadikan tempat menggantungkan hidup. Kondisinya yang mengenaskan mengetuk hati nurani Pak Brata.
Pandu dibawa pulang ke rumah Pak Brata tujuh hari setelah ibunya meninggal dunia. Pak Brata memberinya makan, pakaian, dan sebuah kamar di rumahnya. Laki-laki itu juga membiayai pendidikan Pandu hingga ke jenjang perguruan tinggi.
Sekarang Pandu bukanlah bocah kecil kurus dan dekil lagi. Ia tumbuh menjadi laki-laki yang kuat dan tampan. Setelah lulus kuliah Pandu diberi kepercayaan penuh oleh Pak Brata untuk mengelola gudang penggilingan padi beserta sawah dan ladang miliknya.
"Apa Non Laras baik-baik saja?"
Wanita paruh baya yang sejak tadi tak kuasa membendung air matanya, menghampiri kursi roda milik Laras. Ia adalah Bi Tinah, pengasuh Laras ketika masih bayi. Wanita itu bekerja untuk Pak Brata sejak Laras masih dalam kandungan ibunya.
"Bi Tinah ... "
Laras membentangkan kedua tangannya dan disambut pelukan haru oleh Bi Tinah. Kedua ujung mata gadis itu basah, padahal sesaat lalu ia masih kuat membendungnya. Saat Pak Atmaja berpamitan tadi, Laras bahkan tak meneteskan air mata sama sekali. Tapi sekarang ia tak bisa menahan desakan dari dalam matanya.
"Aku baik-baik saja, Bi," ucap Laras setelah mereka melepaskan pelukan masing-masing. Laras mengusap habis air mata yang mengalir ke atas pipinya, begitu juga Bi Tinah.
"Cepat antar Non Laras masuk," suruh Bi Tinah ditujukan pada Pandu yang mematung di belakang kursi roda Laras. Bi Tinah tidak ingin berlama-lama larut dalam keharuan.
Pandu bergegas mendorong kursi roda Laras masuk ke dalam rumah, sementara Bi Tinah memilih untuk mengurusi koper-koper milik gadis itu.
Desain interior rumah itu sudah berubah. Almarhum Pak Brata telah mengganti hampir semua perabotan dengan yang baru. Laras hampir tidak memercayai apa yang telah diperbuat ayahnya diam-diam. Apakah Pak Brata sudah mempersiapkan semua ini untuk Laras seolah-olah tahu hal yang buruk akan terjadi pada putrinya?
"Sebenarnya Bapak sudah menyiapkan kamar untukmu di lantai atas. Tapi kalau kamu keberatan ... "
"Aku ingin kamar itu," tukas Laras memotong ucapan Pandu.
Kalau ayahnya sudah menyiapkan kamar untuknya di lantai atas, sudah selayaknya Laras menempatinya, bukan? Meskipun itu sedikit merepotkan.
"Baiklah."
Sejak pertama kali Laras melihat Pandu datang ke rumah itu, ia merasa tidak suka dengan kehadiran bocah laki-laki itu. Penampilan Pandu yang kotor membuatnya merasa jijik. Meskipun ayahnya berhasil mengubah penampilan Pandu menjadi sepuluh kali lebih baik, tapi Laras tetap tidak menyukai laki-laki itu. Bahkan hingga ia tumbuh dewasa, Laras tak bisa mengubah penilaiannya terhadap Pandu. Gadis itu selalu menjaga jarak dari Pandu.
Hal buruk pertama yang dialami Laras adalah ketika ia berusia 15 tahun. Ibunya meninggal dunia karena sebuah penyakit. Saat itu ia merasa terpuruk. Butuh waktu cukup lama baginya untuk bisa menerima kenyataan. Kehadiran Pandu sama sekali tidak digubrisnya kala itu.
Seiring berjalannya waktu, Laras menyudahi masa berkabungnya dan menata hidup. Ia berhasil bangkit tanpa bantuan Pandu atau siapapun. Hidup Laras berjalan normal hingga suatu hari ayahnya memutuskan untuk menikah lagi.
Pak Brata menikahi seorang wanita dari kota. Saat itu Laras berusia 19 tahun dan telah menyelesaikan pendidikannya di bangku sekolah menengah atas. Mereka pindah ke kota dan memulai bisnis di sana. Laras masuk bangku universitas, sedang Pandu tetap tinggal di desa dan diberi kepercayaan oleh Pak Brata untuk mengelola semua aset pribadinya. Rumah, gudang penggilingan padi, sawah, dan ladang, dipercayakan pada Pandu.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top