Chapter 18. Rencana
"Oh ini juga kak," ujar Citra sambil mengeluarkan kantung kain berwara hijau dan menaruhnya di meja.
"Apa ini?" tanyaku heran. Citra segera membuka kain kantung yang dibawanya. Kudapati sebuah rantang dari stainless berdiri disana.
"Ini tadi umi habis masak, katanya ini juga buat kakak," jawab Citra sambil membuka rantangnya. Humm ... Enak. Terlihat ada beberapa sayuran seperti oseng kangkung, sayur lodeh, tahu-tempe dan balado telur juga terlihat ada memenuhi rantang tersebut. "Ini juga ada ikan masnya," tambah Citra lagi.
"Ah, iya Jazakumullah khairan katsiran," ucapku pelan sambil membereskannya kembali dan memindahkan ke meja makan, "bentar ya, Cit, aku pindahin dulu ke piring."
"Iya kak!" Citra mengangguk pelan sambil tersenyum. Aku segera berjalan ke dapur untuk mengambil beberapa piring untuk memindahkan makanan yang ada di rantang.
"Assalamu'alikum kak Hai!" terdengar suara Citra memanggil seseorang terdengar pula suara seseorang yang ku kenal menjawab salam tersebut. Aku segera berjalan ke ruang tengah sambil mengambil beberapa piring.
"Ah kak!" ujar Citra sambil melirik ke arahku, "ini kenalin ada tetangga kakak, orangnya cantik lho!" Aku bingung melihat tingkah Citra dan segera menghampir Citra. Kulihat sosok tetangga yang dibacarakan adalah ... Firma.
"Ini kak tetangga kakak, namanya kak Firma, asalnya dari Makasar terus ...." Citra menceritakan kepadaku tentang Firma yang sebenarnya sudah ku ketahui. Aku terdiam melihat Citra yang begitu semangat memperkenalkanku dengan Firma. "Kak Firma ini juga ada tetangga baru kaka namanya kak Dika Maulana, asal dari Ciamis ...." Firma hanya terdiam dan memandang ke arahku. Lalu kami berdua tertawa terbahak-bahak.
"Aduh Cit! Kita udah kenal duluan. Dia itu aku usulin buat ngontrak disini juga," jelas Firma. Mendengar penjelasan Firma, Citra segera menutup wajahnya dengan tangannya. Sekilas kuliha wajah Citra memerah karena malu.
"Lagian bukannya kamu sudah mendengar penjelasan tentangku dari abi dan umi? Mereka gak jelasin aku datang sama Firma?" tanyaku.
"Umi dan abi cuma jelasin kalau ada pemuda dari tahun 2016, yang ngontrak disini, asalnya dari Ciamis. Dia ngontrak dulu disini sementara, udah," jawab Citra yang masih menundukan wajahnya karena malu.
"Yaudah gak papa kok," ujarku mencoba menenangkan suasana.
"Ah Dik! nih aku beliin kau makanan!" ujar Firma sambil mengangkat sekantong kain.
"Wuih Jazakumullah khairan Katsiran. Thanks Fir!"
"Itu salah kak," potong Citra pelan. Aku yang mendengar perkatan Citra hanya terdiam mengerutkan dahiku. Apa yang salah?
"Bukan salah sih, tapi kurang tepat. Yang benar, Jazakallah khairan katsiran," jelas Firma lagi yang diikuti dengan anggukan Citra.
"Lho, emang apa bedanya?"
"Jazaa artinya semoga memberi atau membalas, kum artinya kalian bentuk jamak, dan Allah, lalu khairan adalah kebaikan, dan katsiran adalah banyak, maka Jazakumullah khairan katsiran artinya, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dengan kebaikan yang banyak. Sedangkan kalau Jazakallah khairan katsiran, itu digunakan kepada kebaikan seseorang atau tunggal," jelas Citra. Aku hanya mengangguk paham.
"Jadi kalau mau tepat bilangnnya Jazakallah khairan katsiran ya Cit?"
"Kalau mau lebih tepat lagi sih, Jazakallah khairan katsiran wa jazakallah ahsanal jaza, artinya semoga Allah membalas akan membalas kebaikanmu dengan kebaikan yang banyak dan semoga Allah membalas kalian dengan balasan terbaik." Aku mengangguk pelan dan mengulang-ulang agar ingat. Namun entah karena harumnya makanan yang menusuk hidungku membuatku sedikit lupa.
"Tadi juga udah dapat dari pak RT makanannya. Eh dikasih lagi, alhamdulillah," ujarku sambil tertawa kecil.
"Ah perut kau itu yang berbeda dengan perut kita!" ledek Firma.
"Yaudah yuk gabung makan disini Fir," tawarku. Firma hanya mengangguk.
"Citra ayo gabung! Makan disini saja," tawar Firma lagi.
"Ah enggak kak, tadi udah makan kok," tolak Citra, namun tak lama terdengar suara kecil dari perut Citra yang membuat Citra semakin memerah pipinya.
"Ah, udah, ayo gabung! Kasian perut mu juga udah minta makan lagi Cit," ujarku menambahkan.
"Gak usah malu Citra," tambah Firma sambil mendorong punggung Citra dan menyuruhnya duduk. "Sip!" Firma segera mengambil dan menyerahkan piring untuk Citra.
"Ambil sendiri-sendiri aja ya, gak usah jaim," teriakku dari dapur.
"Oke!" terdengar jawaban Firma dan Citra bersamaan.
"Oseng kangkung sama sayur Lodehnya jangan dihabisin," teriakku lagi yang dibalas dengan gelak tawa mereka. "Serius oy! Ikan! Ikannya aja makan," ujarku lagi sambil berjalan ke tempat meja makan.
"Lho? emang kenapa sama sayur nya?" tanya Citra heran.
"Ah, aku lagi kangen makan sayuran," jawabku sambil tertawa.
"Bukan Cit, dia kalau makan ikan harus kita bantu, dia cuma terima jadi," jelas Firma, yang kubalas dengan cibiran. Citra hanya tertawa pelan.
"Mau gak kak? kalau mau aku bantuin makan ikannya," tawar Citra.
"Enggak, bisa kok," ujarku sambil mengambil satu ikan goreng yang tersedia. Aku berusaha mengambil beberapa daging dan memilah duri-duri kecil ikannya lalu memakannya. "Tuh kan bisa," ujarku pelan sambil mengambil beberapa sendok oseng kangkung dan tahu tempe yang ada.
Aku memang bisa memakan ikan tapi mungkin tak selihai Firma dan Citra, walaupun Anna lebih lihai dari pada mereka. Sekilas kulihat Firma memangdang ke arah piringku, dan mengambil ikan yang ada di piringku.
"Eh ngapain?" tanyaku heran. Ku lihat Firma memisahkan beberapa daging dan duri dari ikanku dengan cepat dan memberikan dagingnya kepadaku.
"Tuh, udah di bersihin, kasian aku lihat kau," ledek Firma sambi tertawa kecil. Aku hanya terdiam cemberut, Citra yang melihat tingkah kami berdua hanya tertawa pelan. Tak lama ia memberikan daging ikannya lagi kepadaku.
"Ini kak, aku tambahin,"
"Bukan kak Cit, tapi kek. Dia itu udah berusia lima puluh tahun," bisik Firma kepada Citra dengan suara sedang.
"Oy! kalau mau bisik-bisin gak usah kenceng juga!" ujarku sewot yang hanya dibalas dengan tertawaan mereka berdua. Tak sampai sepuluh menit Firma telah menghabiskan makanannya.
"Simpan aja di wastafel Fir, entar aku yang cuci piring," ujarku melihat piring Firma yang sudah habis, "Kamu juga Cit, simpan saja," Citra hanya mengangguk dan berjalan mengikuti Firma. Tak lama mereka berdua kembali duduk di depanku dengan gelasnya masing-masing.
"Kakek ngunyahnya lama ya," ujar Firma sambil tertawa. Aku hanya mencibir dan segera berjalan ke dapur lalu mencuci piring bekas makan tadi. Terdengar mereka berdua sedang bercengkrama di ruang tengah, sesekali mereka tertawa berdua. Aku segera duduk dan menyerahkan beberapa apel kepada mereka.
"Nih, apel dibeliin sama pak Burham," ujarku sambil memotong apel dan menaruhnya di piring kecil, "oh iya Fir, aku punya rencana?"
"Rencana apa?" tanya Firma. Aku menjelaskan semuanya kepada Firma dan Citra, terlihat raut wajah serius tergambar di wajah mereka.
"Jadi gimana?" tanyaku. Firma dan Citra saling pandang satu sama lain.
***
Dipublikasikan pertama kali:
15 Juni 2016
Dengan sedikit pengubahan:
23 September 2016
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top