3
"Kamu kenapa? Nemani ibu makan kok sambil melamun?" Supiyah yang semakin sehat sudah makan sendiri dan Nurul menemani di ruang makan. Nurul tersentak dan hanya menggeleng pelan.
"Kemarin aku ke rumah Maryam, teman waktu mondok dulu, dia kan baru saja menikah, dijodohkan dan akan segera bercerai."
Supiyah menatap mata sedih anaknya.
"Lalu?"
"Ya aku mikir Bu, apa seberat itu berumah tangga sampai nggak bisa dicari jalan ke luar hingga harus bercerai, itu loh Bu makanya aku nggak mau dijodohkan, takutnya nggak cocok dan berakhir seperti Maryam."
"Kan kamu tidak tahu apa masalahnya?"
"Ya nggak tega nanya, besok saja aku mau main lagi, sekalian menghibur siapa tahu di rumah Maryam aku ketemu jodoh di sana."
"Lah mau nikah sama siapa di sana kamu?"
"Di rumah Maryam kan banyak anak ngaji di sana kalo sore, ada musholla di sana, bapaknya dan beberapa ustad, ustadah ngajar ngaji, kali aja ada ustad yang nyantol."
"Kamu ini, lebih baik coba ta'aruf sama putranya Ji Dul Ripin barangkali cocok."
"Kapan dia ke sini?"
"Nah kalo kamu mau nanti mau ibu hubungi istri Ji Dul Ripin."
"Nggak mauuuuu."
.
.
.
Keesokan harinya Nurul datang lagi ke rumah Maryam, ia melihat Maryam yang matanya bengkak. Nurul berpikir pasti perceraian bukan perkara mudah saat hati masih tertambat.
"Kau baik-baik saja May? Ini aku bawakan macam-macam buah kesukaanmu, aku kupaskan ya?"
Maryam hanya mengangguk, dan Nurul menuju dapur. Di sana ada Hasanah yang sedang memasak untuk makan siang nanti.
"Ibu, itu May menangis karena apa? Kangen suaminya?" tanya Nurul dan Hasanah hanya menghela napas.
"Dia itu sebenarnya masih cinta sama suaminya Rul, tapi entah mengapa dia sulit memaafkan, jadinya kan nyakitin dia sendiri, tadi malam kami, aku sama Bapaknya mencoba meluluhkan hatinya eh jadi salah, dia merasa seolah kami menyalahkan dia, dia kan keras banget Rul, semoga ada jalan untuk kembali, aku melihat suaminya sudah memahami jika salah dan ingin kembali, tapi May masiiih saja ingat hal-hal yang menjengkelkan, kan nyakitin diri sendiri," ujar Hasanah panjang lebar.
"Entahlah Bu, saya juga bingung mau ngasi nasehat," sahut Nurul sambil menyiapkan buah untuk dimakan Maryam.
"Assalamualaikum ... " Terdengar suara yang sangat akrab di telinga keluarga Hasanah dan Khaedar, orang tua Maryam.
"Wa alaikum salam ... "
"Duh Duuul kamu bikin Ibu kaget saja, tiba-tiba masuk dan mengagetkan kami," ujar Hasanah dan Nurul tak kalah kaget, karena kejutan sekali ia bisa bertemu lagi dengan kakak kelas yang sangat ia suka sejak dulu.
"Mas Dul?"
"Lah, ini kan Nurul ya?"
"Iyaaa ... Ya Allah Mas Duuuul ... kalo jodoh memang nggak kemana ya?!" pekik Nurul girang, dan kening Dul berkerut.
"Jodoh? Siapa yang jodoh?"
"Kita lah!" Sahut Nurul.
"Ya nggak lah."
"Anggap aja iya Mas."
"Kamu Nurul kan? Sekarang kok glowing pakai apa kamu?" Dul bicara asal.
"Nggak Mas aku nggak pake apa-apa ini juga karena aku kringetan."
"Oalah aku pikir kamu glowing karena skin care yang banyak dijual itu, ternyata karena keringetan, ngapain kamu ke sini?"
"Tanya lagi Mas Dul ini, menjemput jodohku."
"Kamu ini baru aja ketemu sudah ngomong jodoh aja."
"Siapa tahu omonganku dicatat sama malaikat dan kita jodoh beneran." Nurul dan Hasanah tertawa.
Maryam yang beberapa hari sulit tersenyum akhirnya bisa menarik bibirnya karena obrolan absurd dua orang yang ada di depannya.
"Ayo, pindah ke teras saja ngobrolnya di dalam sini panas." Hasanah ibunda Maryam menyilakan Nurul, Dul Sinal duduk di teras dan menyuruh Maryam agar menemani keduanya.
.
.
.
Maryam, Nurul dan Dul Sinal duduk bertiga di teras, meski udara panas namun masih terasa sejuk karena bunga-bunga yang terlihat segar. Maryam tampak menggendong Akhtar yang mulai memejamkan matanya.
"Mas Dul, sudah punya pacar?" tanya Nurul tiba-tiba, Dul yang menikmati buah hasil kupasan Nurul langsung tersedak dan batuk.
"Kamu ini kalo tanya nggak sekira-kira, gak jaman cari pacar, cari istri aja biar halal, jaman sudah kayak gini kok masih cari pacar," sahut Dul dan Nurul tertawa melihat wajah Dul yang memerah karena tersedak dan batuk tadi, Maryam hanya menahan senyum melihat keduanya yang sejak dulu memang tak pernah akur.
"Kali ajaaa, kan cuman nanya, kalo gak punya calon, kita nikah yuk Mas!" ajak Nurul sambil tertawa. Sekali lagi Dul batuk dan menatap kaget ke arah Nurul.
"Heh kamu nggak kesambet penunggu pohon besar di depan ini kan?" Dul menatap Nurul tatapan aneh.
"Ya nggaklah, sapa tahu dari ngobrol, guyon eh jadi jodoooh, Minggu depan tunangan, bulan depan kita nikah," sahut Nurul kembali tertawa, dan Maryam pura-pura tak melihat keduanya ngobrol.
"Beneran gak waras kamu Rul, heh dengar ya aku ngobrol sejak dulu sama Maryam, guyon juga pernah kayaknya eh tapi sampai sekarang kok gak jodoh?" tanya Dul pada Nurul dan Nurul sempat tertegun, ia tahu jika sejak dulu Dul menyukai Maryam, tapi Maryam tak tertarik sama sekali.
"Ya itu namanya nggak jodoooh, makanya ayo kita ngobrol, ini dari tadi guyon, siapa tahu nanti kita jodoh," ujar Nurul lagi.
"Ogah, aku maunya berjodoh sama Maryam," sahut Dul dan Maryam jadi tak enak hati pada Nurul.
"Kalian cocok, sama-sama suka bergurau, kita tak akan ada jodoh Mas Dul, karena sampai kapanpun aku mencintai Mas Azzam, meski dia mungkin tak mencintaiku, atau belum mencintaiku, aku akan selamanya menyimpan cintaku untuk dia, tidak akan bisa diganti yang lain." Suara Maryam terdengar serak, ia segera masuk sambil mengendong erat Akhtar ke dadanya.
"Mas Dul sih," ujar Nurul dan mata Dul melotot.
"Kok aku, kan kamu yang bikin dia gitu, kamu duluan yang dari tadi ngomong jodoooh aja," sahut Dul tak mau disalahkan.
"Iyaaa tapi Mas Dul langsung nembak dia, ya dia sedih lah, dia cinta banget sama suaminya, dan suaminya ya Allaaaah ganteng banget Maaaaas aku lihat di foto pernikahan mereka, aku mau satu lagi kalo ada yang kayak gitu." Dul mendengus mendengar kata-kata Nurul.
"Iyaa adaaa, tapi gak mau sama kamu." Dan Nurul tertawa mendengar kata-kata Dul, melemparnya dengan sepotong semangka yang berhasil ditangkap Dul lalu dimasukkan ke mulutnya.
"Yek Mas Dul ini jorok, kok gak dibuang sih," ujar Nurul.
"Alah wong dari tanganku langsung kok bukan dari mulut kamu, tanganku ini bersih tahu."
"He eh sebersih hatiku Mas Dul yang selalu menunggu oretan cintamu."
"Heleeeh sini tak oret-oret gambar monyet."
"Sempruuul!"
Dan Dul lari saat Nurul mengejar hendak memukulnya.
💗💗💗
Nyoh InemLengloi tak tambahi sak part lagi bar iki wes leren setahun 🤣🤣🤣🤣
1 November 2021 (05.26)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top