Prolog
Halo, apa kabar? Semoga sehat selalu, ya. 🥰
Aku balik lagi nulis serabutan. Di mana ada ide, aku tulis aja biar nggak terlalu lama berhenti nulis.
Semoga kalian suka dengan kisah Tata sama Bara. Happy reading! 🤗
===🌻🌻🌻===
Suara itu terdengar semakin jelas ketika Talitha mendekat ke arah sekat ruangan sempit di gedung percetakan. Ada kaki meja yang berderit-derit dengan tempo tak beraturan, semakin lama semakin cepat. Sesekali mungkin telinga perempuan itu bisa mendengar suara benda jatuh ke lantai. Lalu ….
“Aah!”
Talitha berjengit. Ada suara perempuan yang merintih. Iyakah? Malam-malam begini di gedung percetakan yang senyap ada suara aneh begitu?
“Bar, lo denger suara nggak, sih?” Ia sontak menepuk-nepuk lengan Bara yang tengah menarik satu sampel buku yang baru selesai naik cetak sore tadi. “Suara cewek, Bar. Denger nggak, sih?”
Kelopak Bara mengerjap singkat. Ia batal tertarik dengan tujuan awalnya masuk ke gedung percetakan. Laki-laki berjaket abu-abu itu mengedarkan pandangan ke segala penjuru.
Gedung percetakan ini tergolong luas. Tampak berantakan dengan potongan-potongan kertas hasil cetakan buku, mesin cetak, beberapa unit komputer, mesin binding, tumpukan buku yang akan terbit mayor di tengah ruangan yang jumlahnya mungkin sekitar seribu eksemplar. Hanya ada satu ruangan kecil di pojok sana dengan penerangan lampu kuning yang temaram. Ruangan itu berpintu dan berdinding triplek, tempat para karyawan percetakan membuat kopi. Setahu Talitha, di dalam sana ada satu meja dan wastafel cuci piring.
“Ahh …!”
Lagi. Suara rintihan–oh, bukan! Lebih mirip desahan nggak, sih?
Bara berdeham. “Lo udah ketemu buku sampel yang mau dicek? Balik, yuk!”
Talitha batal menoleh ke arah ruangan di pojokan sana, sebab Bara bergerak cepat mengalihkan fokusnya dengan menangkupkan dua telapak tangan di telinga istrinya. “Ta-tapi itu tadi ….”
“Nggak ada. Salah denger lo kali. Buruan balik!” Bara tergesa merangkul tubuh tegang Talitha, mengajaknya segera keluar.
Namun, baru tiga langkah mereka berjalan, suara berisik itu terdengar lagi. Desahan itu semakin intens berirama derit kaki meja yang semakin cepat.
“Tuh, kan, bener ada suara cewek kesakitan, Bar! Tolongin kasihan!”
“Duh, Tata!” Bara berdecak panik dengan suara tertahan begitu Talitha melepas rangkulan dan berlari mendekat ke arah sumber suara.
Sementara istri Bara itu tetap tak mau dengar meski suaminya mengejar di belakang. Sedikit lagi ia sampai pada pintu berbahan triplek berwarna putih bersih itu. Lalu, tepat saat suara desah perempuan–yang kata Talitha karena kesakitan–berubah menjadi pekikan panjang, ia mendobrak dengan tubrukan lengan kanan. Dan ….
Ah, sudah! Seharusnya tadi ia percaya saja dengan Bara yang nyatanya lebih paham dengan suara-suara menggelikan malam-malam begini. Talitha menyesal tujuh turunan. Ia menjerit kencang karena syok parah. Wajahnya merah padam dengan dua tangan yang sontak cepat-cepat menutup kedua mata. Di ruangan itu, ada sejoli yang tengah beradu dengan pakaian berantakan dan hampir setengah telanjang!
Sumpah, Talitha geli! Ia malu sampai berabad-abad! Talitha nggak sengaja liat pantat Bang Juned! Terkutuk memang!
Dan saat itu, Bara hanya bisa pasrah sambil meraup tubuh Talitha yang gemetaran, menyembunyikan dalam dekapan sambil menyeretnya menjauh dari depan pintu. Laki-laki itu pun ngomel, “Gue bilang juga apa?! Ngeyel, sih!”
**
(10-08-2024)
====🌻🌻🌻====
Aku kembali mengingatkan, ya. Genre ceritaku selalu nyenggol-nyenggol romansa romantis 21+. Jadi, selalu hati-hati.
Aku bakal kunci cerita ini di KaryaKarsa sama e-book kalau udah tamat. Di KaryaKarsa selalu tayang lebih dulu dan di sana udah ada bab 1. Silakan mampir kalau mau baca.
Terima kasih atas dukungannya. 🤗🥰
Btw, mau pake cast nggak? Ini Tata sama Bara cocoknya pake artis siapa? 😁
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top