#3

ChanYeol as Jordan.

Gaya hidup Jordan.

Suara gemericik air terdengar dari dalam sebuah kamar mandi. Dan tak lama terlihat seorang pria bersurai coklat yang keluar dari kamar mandi tersebut dengan jubah handuknya. Sedikit mengacak rambutnya yang basah oleh handuk kecil, bermaksud menghentikan air yang menetes dari pelipisnya yang malah membuat rambut kecoklatannya menambah pesona pria itu.

Dilirik lagi, keseluruhan kamarnya yang sungguh mampu membuat seseorang tercengang lebar. Untuk ukuran apartemen, kamarnya sungguh luar biasa 'wow'. Kasur king size, singgle sofa dan peralatan yang lain begitu terlihat classic dan mewah. Apa lagi perabotan itu berharga fantastis dan merupakan barang import. Tata letaknya juga mendukung dengan tema classic khas pria tersebut. Siapa yang tak menginginkannya coba?.

Selesai memakai setelan pakaiannya yang sudah pasti rapi, dan elegan. Ia melingkarkan jam tangan Rolex hitam ditangan kirinya. Merapikan dasi, memakai pentofel mengilap, menyisir rambutnya yang setengah kering dan sedikit menyemprotkan parfum, pria itu dengan langkah percaya dirinya melangkah keluar dari apartemennya mantap.

Begitu keluar dari lift, pria itu langsung disambut oleh beberapa bodyguard. Matanya menyisir keseluruhan disekitarnya dan mendatarkan ekspresinya yang sedari tadi datar dan tampak tak riak. Apalagi setiap pandangan mata semua orang tertuju padanya, pria itu tetap mendatarkan wajahnya. Enggan memberikan sedikit ekspresi yang berarti.
Kaki panjangnya langsung melangkah lebar dan santai, namun bahunya tak sedikitpun luntur dari kata tegak.

Setelan suit yang pas-pasan membuat tubuhnya terlihat terbentuk. Bahu yang lebar dan stuktur perut yang sudah pasti sixpack membuat para wanita yang melihatnya hanya bisa menggigit jari. Sampai didepan mobilnya, pria itu langsung masuk tanpa menunggu lagi.

~~~~~

Sampai dibandara internasional Soekarno Hatta, pria yang sedari ditunggu oleh seseorang supir yang langsung mempersilahkan pria- yang kita ceritakan- mengikutinya kearah mobil lain yang memang disediakan untuk menjemputnya.

Mengecek jam sekali lagi, wajahnya terlihat gusar, sudah hampir sejam ia ditengah kemacetan Jakarta. Oh Tuhan... mengapa tidak Engkau hilangkan saja benda yang mengganggu pria ini untuk pulang kerumahnya? Tapi mencoba bersabar, pria itupun menahan kekesalannya dengan menghirup nafas perlahan dan berakhir dengan hempasan nafas kasar. Terkutuklah kata macet yang kental dikota ini.

Begitu sampai, kedatangannya disambut beberapa pelayan yang sudah menunggunya. Rumah mewah yang tak jauh didepannya segera ia datangi.

Melewati barisan mobil mewah yang ada di halamannya, Jordan tetap memasang wajah datarnya melewati para pelayan itu. Tak suka disambut secara berlebihan seperti ini.

Di ujung jalannya sudah berdiri ayah dan ibunya (Chandra Watson dan Fatma Abigail) yang tersenyum pada putra bungsunya itu.

Jordan memeluk ibunya hangat, begitu pula ayahnya. Tersenyum, ia juga tetap menyalim ayah dan ibunya untuk rasa sopan pada orang tuanya.

"Oh nak... sudah dua tahun kau di Jepang, dan kau sudah bertambah tinggi sekarang" ujar Fatma. Chandra dan Jordan langsung memutar bola mata mereka. Setiap bertemu kata itulah yang terucap dari Fatma. Ibu satu itu tidak tahu saja anaknya memang tinggi, sampai 185cm.

"Sudah sudah ayo kita masuk! Tak baik kita berdiri didepan pintu berlama-lama" usul Chandra dan membawa anak istrinya keruang keluarga.

"Jadi untuk apa ayah memulangkanku kesini?, kerjaan di Jepang masih menumpuk ayah" gerutu Jordan. Chandra tersenyum dan berkata, "biar Fuji saja yang mengurusnya dan kalau kau bertanya, tanyakan saja pada ibumu" ucap Chandra melirik Fatma.

Fatma tersenyum senang dan menatap Jordan hangat, oh... Jordan tahu apa maksud ibunya ini tanpa harus ibunya katakan.

"Jangan bilang kalau aku dijodohkan? Tidak! Aku tidak mau ibu" jawab Jodan sebelum Fatma berkata. Fatma mencebikkan bibinya kesal.

"Tapi aku sendiri yang akan mencarinya, dan kumohon kalian jangan menilai material yang ia miliki nanti jika ia adalah wanita sederhana, karna aku suka kesederhanaan" Chandra dan Fatma mengangguk setuju. Toh dulu mereka juga dari kasta yang berbeda dulu, tapi mereka bisa menerima kelebihan dan kekurang masing-masing.

Jorda tersenyum samar, "Baiklah mari kita pilih... siapa yang beruntung menjadi milikku" ujar Jordan dengan smirk mengiringinya.

####

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top