#12
Satu permintaan.
Sedari tadi Aliana berusaha menetralisir degub jantungnya. Berusaha mendapatnya rasa relaks ketika ia ditatap seintens ini. Aliana hampir frustasi dan hampir saja menjadi zombie yang akan mengobrak-abrik seluruh isi resto yang sudah khusus dipesan untuk malam ini. Tapi bayang se-me-nge-ri-kan itu hanya sampai berada dipikiran Aliana. Karna nyatanya ia hanya duduk tegak lebih dari sepuluh menit lima belas detik sampai sekarang.
Menghembuskan nafas perlahan Aliana mengambil kaca dari dalam slimbagnya, dan menghapus keringat yang mengalir dipelipisnya lewat tissue dengan menatap kaca kecil itu. Seperti biasa,
Tetap narsis dan sok perfeksionis.
"Ekhm!" Dehem Aliana sebelum menatap pak Jordan datar.
Walau hatinya ketar-ketir menerima kilatan laser yang tak terlihat dari mata tajam Jordan, bahkan tangannya saja bergetar karena gugup. Oh God! Aliana mulai gila!
"A-apa yang m-mau bapak bicarakan dengan saya?" Aliana bertanya lirih.
"..." tak ada reaksi spesial yang nampak dari Jordan.
Aliana menggigit bibirnya pelan, menatap kearah meja makan dimana tidak ada makanan sama sekali.
"Ini sebenarnya kenapa sih? Percuma dipesan privat resto semahal ini, tapi makanannya gak ada! Gue lapeerr!" Dewi batin Aliana berguling-guling sambil memegang perutnya.
Bayangkan sajalah seperti itu.
"Saya mau berbicara sama kamu" Jordan bersedekap.
"Iya gue tau! Cepetan bilang!" Jerit dewi batin Aliana sambil menodong pistol mainan.
"A-apa pak?"
"Dan kamu harus mau melakukannya"
"I-iya pak! Tapi apa itu?" Moga gue gak disuruh bunuh diri atau di-PHK.
"Saya mau mengajak kamu ke acara malam nanti, tepatnya diacara jamuan makan malam special dari perusahaan Alco Crop"
Aliana mengangguk-angguk paham. Ia sudah pernah keacara makan malam bersama Jordan dalam rangka jamuan atau pun bernegoisasi selama disini. Tapi mendengar kata 'special'? Aliana mengaku, ia baru pertama kali dan rasanya sungguh bahagia, bangga dan bercampur gugup.
Bagaimana tidak?
Bila Jordan telah mengajaknya ke acara yang bersifat privat ini, berarti Jordan telah sepenuhnya percaya atas kinerja Aliana yang bagus dan tidak memalukan, yang biasanya Aliana dengar dari beberapa penggossip ulung dikantor--salah satunya Filja-- Jordan selalu sendirian ke acara makan malam seperti ini. Oh Aliana mesti menandai tanggal cantik ini di kalender dan merayakannya dengan Filja.
Dan juga Aliana agak- tidak! Sangat gugup malahan begitu tahu ia harus menyekolahkan mulutnya yang kelewat bar-bar --baru sekarang wanita itu sadar diri semenjak ia dilahirkan dan berkembang sempurana menjadi manusia setengah paripurna stresnya sampai sekarang. Juga attitude-nya harus layaknya wanita kraton yang memiliki elegan yang tinggi walau posisinya hanya sekretaris pribadi.
"Baik pak" sahut Aliana kalem.
Kruyukkk~~~
'Ya Allah ni perut bisa maluin lebih dari ini gak ye? Gue maluuu" ringis Aliana membatinn. Dapat ia perkirakan sekarang dewi batinya itu pasti merah padam, persis dengan wajahnya.
Sedangkan, Jordan berusaha mendatarkan wajahnya dari senyuman tipis yang hendak menghiasi wajah tampannya. Cukup merasa bersalah juga, melihat Aliana meringis memegang perutnya. Mengernyit Jordan hendak bertanya, namun kalah cepat dengan Aliana yang berdiri.
"Pak saya undur d-diri dulu" membungkuk hormat Aliana berusaha menormalkan jalannya. Beruntung ia memakai flat shoes yang memudahkan dirinya berjalan.
Setelah Aliana pergi, Jordan menghembuskan nafasnya kasar sebelum matanya tertuju pada slimbag putih yang tergeletak diatas meja.
Wanita itu meninggalkan slimbag-nya.
Mengambil slimbag Aliana, Jordan berjalan dan keluar dari ruangan privat itu. Hingga ia menemukan Aliana yang sudah tergeletak meringkuk seperti bayi, dengan tangan yang mencengkram perutnya kuat.
Meringis menahan sakit, Aliana mendongak. Dan nampaklah pria menjulang itu terpaku.
"P-pak..." lirih Aliana yang mesih didengar Jordan.
Seolah tersadar, Jordan langsung menggendong Aliana brydal style. Kembali ke ruangan mereka, Jordan mendudukkan Aliana di bangkunya. Pria itu merasa bersalah sekali dengan sekretarisnya itu. Ugh sungguh tidak peka sekali ia sebagai lelaki.
Menepuk tangannya dua kali, sang pelayan tiba-tiba saja datang kehadapan mereka.
"Bubur serta Jus jeruk, spageti Abalone, baha-baha, dan Greentea latte. Cepat! Ah! Juga air putih dan obat maagh lebih dulu" seru Jordan.
Pelayan itu pun bergegas melaksanakan tugasnya. Beberap menit kemudian, sang pelayan kembali datang dan memberikan obat dan air putih hangat.
"Nih minum" printah Jordan yang langsung dilaksanakan Aliana.
Meringis Aliana menatap Jordan berkaca-kaca.
Ada beberapa hal yang membuat Aliana cengeng.
Satu: melihat hal yang menyedihkan.
Dua: melihat orang yang disayangi sedih.
Tiga: membaca novel dan baperan.
Dan yang paling baru adalah...
Empat: terharu karna Jordan.
"Makasih ya pak! Bapak repot-repot ngurus saya" Aliana berkata lirih sembari menundukkan kepalanya.
Jordan menaikkan alis tebalnya sebelah dan tersenyum jenaka menatap Aliana.
"No problem. Lain kali.. kamu harus ingat jadwal makan yang benar" ucap Jordan pelan dan menaikkan telunjuknya ke jening Aliana agar wanita itu menatapnya.
"Mengerti?"
Aliana mengangguk pelan.
Kali ini, Seorang Aliana Miranda luluh dengan bos Kembaran Lucifer-nya.
M. Jordan Watson.
####
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top