Bab 17

Untuk kesekian kalinya, mungkin lebih dari 20 kali, ponsel Ken bergetar tanpa suara. Panggilan dari Mami, Papi juga Prisma. Semua sengaja Ken lewatkan begitu saja. Dia lebih awal meninggalkan Cafenya bukan untuk pulang memenuhi perintah Maminya.

Lelaki itu lebih memilih duduk di meja sambil menatap Nanda yang sibuk mengarahkan Mella untuk membuat laporan omset. Dan Bayu yang sedang merapikan dapur bersama seorang karyawannya. Sejak tadi siang, Ken tidak kembali lagi ke Cafenya.

"Kamu nggak pulang?" tanya Nanda menghampiri lalu duduk di hadapan Ken.

Sesaat Ken menahan napas. Jika saja Nanda tahu, debaran di dada Ken sudah seperti siap berperang. Tidak bisa dikendalikan. Meski saat ini yang keluar hanya seulas senyuman di bibir Ken. Ah, lelaki itu mati-matian menahan diri untuk Nanda.

"Nungguin kamu. Kan tadi aku bilang mau nungguin kamu," jawab Ken kalem menatap Nanda memuja.

Nanda hanya tertawa kecil. Sepertinya Nanda sudah terbiasa dengan sikap Ken. Memang harus membiasakan diri. Meski sebenarnya ada rasa hangat yang diam-diam Nanda ingkari entah sejak kapan. Sepertinya sejak tadi pagi ketika Ken memeluknya tiba-tiba. Lelaki itu sudah membuat hidup Nanda diterpa tornado dalam sekejab. Kacau, sulit untuk berpikir rasional lagi.

"Ken,"

"Iya, kenapa, Nda?"

"Pulang. Ada 29 Missedcalled tuh. Pasti penting. Kenapa dibiarin?" tanya Nanda menunjuk pada ponsel Ken yang tergeletak begitu saja di meja, dengan tatapan matanya.

"Lebih penting dekat sama kamu. Mana tahu kamu mau kasih jawaban secepatnya."

Nanda berdecak. Lelaki ini modusnya banyak. Pancingan recehan demi jawaban dari Nanda yang sampai saat ini belum juga tembus.

"Kamu kapan warasnya?"

"Nanti kalau kamu bilang 'Iya'. Aku sabar nunggu kok. Tapi jangan kelamaan," ucap Ken kali ini sambil menopang dagu, menikmati wajah ayu di hadapannya. Kapan lagi bisa menatap Nanda sedekat ini?

"Emang kenapa? Katanya sabar," cibir Nanda.

"Emang sabar, Nda. Tapi mati nggak nunggu sabar kan?" kekeh Ken.

"Kenapa harus aku?"

"Karena kamu Nanda."

"Ish! Garing!"

"Kan aku bukan pelawak. Apalagi tukang gombal macam Dilan. Aku cuma lelaki yang berusaha dapetin kamu," jawab Ken nyaris membuat Nanda tersedak ludahnya sendiri.

Sepertinya sebentar lagi Nanda melambaikan tangan. Menyerah untuk sikap Ken yang nyatanya lebih modus dari Dilannya Milea. Entah, nama Dilan kenapa harus begitu terkenal.

"Mulai modus nih?" ucap Bayu ikut mendekat masih dengan apron di tubuhnya.

"Ah, lo ganggu aja. Emang udah kelar kerjaan lo?" erang Ken, sementara Nanda menahan senyum gelinya.

"Gue udahin. Biar Nanda nggak kemakan kata-kata lo," sahut Bayu tersenyum miring.

"Yaelah, Bay. Sirik aja! Nanda punya gue. Lo kan bossnya doang."

"Hm. Mendingan lo pulang gih. Nyokap lo nelponin gue."

Mendadak Ken diam. Dia tahu pasti Maminya tidak tinggal diam. Sesaat kemudian Ken tertawa kecil.

"Gue mau nungguin Nanda," jawab Ken masih dengan sikap tenangnya.

Tidak heran dan tidak perlu ditanya dari mana sifat keras kepala Ken berasal. Maminya saja begitu, selalu bersikeras memaksa Ken.

Bayu mengerang, mengacak kasar rambutnya sendiri, "Kalau bukan karena gue udah tahu lo banget, udah gue slepet lo. Ya udah, nanti antar Nanda pulang. Kayaknya gue pengen langsung pulang. Badan gue remek banget rasanya."

"Saya bisa pulang sendiri, Pak!" sahut Nanda cepat.

Namun Bayu hanya tersenyum sambil mengedipkan matanya lalu beranjak untuk melanjutkan pekerjaannya.

"Biar lebih aman."

***

Dalam diam, Nanda mengulum senyum memperhatikan Ken yang sedang mengemudikan mobilnya. Sepertinya ada kesalahan di sini. Dalam diri Nanda yang semakin ke sini, semakin sulit mengatur perasaannya. Sehari dekat dengan Ken, Nanda mulai bisa mengerti apa yang Ken inginkan.

Sepasang mata yang menyembunyikan harapan dan mimpinya. Menatap Ken, membuat Nanda menahan napas kala menyadari keras hatinya mulai terkikis tipis-tipis. Apalagi saat Nanda tidak sengaja melihat pesan di ponsel Ken saat lelaki itu meninggalkan ponselnya tadi untuk ke kamar mandi.

Senang? Udah bikin Mami malu di hadapan orangtua Prisma?

Lelaki itu dan kalimat permohonannya tadi pagi adalah jawaban dari pesan itu. Dia benar-benar tidak menginginkan pertunangan itu terjadi.

"Kamu tinggal di sini?" tanya Ken membuka suara sambil menilik ke dalam gang sana. Dia menghentikan mobilnya di depan gang kecil.

"Iya. Makasih ya udah antar pulang," jawab Nanda setelah dia menghela napas panjang.

"Mau aku antar ke dalam?"

Nanda tersenyum lalu menggelengkan kepala, "Nggak usah. Kamu langsung pulang. Hati-hati."

"Oke. Nanti aku telfon kamu kalau aku udah sampai rumah. Jangan tidur dulu ya?"

Tidak tahu, Nanda mengangguk begitu saja. Melambaikan tangannya saat Ken meninggalkan gang itu dengan mobilnya.

Ken. Nanda menarik napas dalam-dalam sambil melangkah masuk ke gang kecil itu. Di benaknya, ada selintas pikiran untuk bicara dengan Bayu mengenai Ken. Ada banyak yang ingin Nanda tahu. Terutama mengenai cerita yang tersembunyi di balik sepasang mata itu. Meski dia tidak memiliki alasan mengapa dia harus tahu. Atau memang Nanda belum menyadari padahal sebenarnya alasan itu sudah ada?

Jadi diantar pulang kan? Maaf, Nda. Aku udah bikin kamu terjebak sama Ken. Ken baik kok.

Bayu

Ada unsur sekongkol dari dua orang bersahabat ini. Anehnya, Nanda urung untuk marah. Biasanya Nanda akan mengamuk, memarahi Bayu. Tapi kali ini, Nanda tidak bisa melakukan itu. Sepasang mata itu seperti melekat dalam benak Nanda.

Tidak ingin menerka-nerka lagi. Nanda segera menelpon Bayu. Rasa penasaran itu semakin membelit pikiran Nanda.

"Udah sampai rumah, Nda?" sapa Bayu dengan lembut.

"Belum. Mas Bayu,"

"Hm?"

"Ini aneh. Cuma mau tahu, tentang Ken," ucap Nanda singkat tapi Bayu mampu memahami apa yang Nanda inginkan.

"Cuma baru bisa bilang dia baik, Nda. Nanti kamu akan tahu sendiri. Ken nggak akan nyakitin kamu. Tapi, aku nggak jamin kamu nggak akan nyakitin dia."

Nanda mengernyit. Bukan dulu Bayu yang bersikeras untuk menolak Ken. Nanti akan sakit katanya. Kenapa sekarang dia berkata Nanda akan menyakiti Ken?

"Maksudnya?"

"Nggak ada maksud apa-apa. Ya udah kamu istirahat. Aku juga mau tidur. Bye, Nanda."

"Mas? Mas Bay... Ish, dimatiin!" decak Nanda kesal, memaki Bayu sepanjang langkah.

***
Tbc
Ya ampun gemes sama mas bay
07 November 2018
S Andi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top