Bab 14

"Nanda!"

Nanda menoleh ke arah tangga, di mana Bayu memanggilnya. Mengedipkan mata, sebuah kode untuk Nanda mendekat.

"Apa?" tanya Nanda tanpa suara.

"Sini!" Bayu berbisik disertai dengan lambaian tangannya untuk segera mendekat.

Nanda terdiam, menimbang. Menatap Ken yang masih terdiam dengan wajah linglungnya lalu beralih pada Boss-nya.

"Iya," sahut Nanda akhirnya sebelum Bayu mulai mengeraskan suaranya yang bernada jengkel karena Nanda tidak segera mendekat.

"Nanda Parasayu," panggil Bayu setelah Nanda berada di hadapannya. Matanya menelisik wajah Nanda seperti mencari-cari penjelasan dari pertanyaan di benaknya.

"Iya, Pak Bayu," jawab Nanda mulai ikut jengkel. Boss-nya terkadang membuat jengkel dengan sikap berlebihannya.

"Kamu sehat kan?"

"Sehat!" jawab Nanda memberengut.

"Salah. Kamu lagi nggak sehat. Kalau sehat udah pasti kamu mencak-mencak ngusir Ken. Tadi malah kamu bentak saya. Jangan-jangan kamu mulai naksir sama Ken?"

"Sinting!" umpat Nanda.

"Terus apa?"

Nanda mendengus, "Sekeras-kerasnya wanita, Pak. Wanita masih punya hati."

Apa yang dikatakan Nanda itu kalimat mustahil bagi Bayu untuk didengar. Nanda tidak pernah semanis ini. Kali ini dia benar-benar berharap sedang bermimpi dan seseorang segera datang untuk membangunkannya. Tapi rasanya mustahil pula. Ini benar dan nyata.

"Nda," ucap Bayu masih sulit untuk mempercayai.

"Apalagi sih, Pak? Oya, saya lupa bilang semalam. Ada pesanan dessert untuk nanti malam dikirim. Alamatnya ada di papan note. Kayaknya Bapak hari ini harus kerja keras. Jufri ijin ada keperluan antri perpanjang SIM, Pak."

Bayu menarik napas panjang. Kalimat Nanda menyadarkan bahwa ini bukan mimpi. Seketika kepalanya serasa berdenyut. Entah, mengapa Nanda harus luluh secepat ini. Wanita memang sulit ditebak juga dipahami. Sepertinya membawanya ke dalam lorong labirin.

"Oh, oke oke. Kamu bantu saya untuk packing berarti. Aduh, belum dimulai tapi udah berasa lelahnya," gumam Bayu kembali melangkah ke ruangannya.

"Pak! Dapurnya di bawah lho," seru Nanda mengingatkan.

"Aduh! Saya pusing, Nda. Nanti saya turun!" balas Bayu.

Nanda hanya menggelengkan kepala lalu kembali ke meja tapi langkah tertanam di tempat ketika melihat meja itu kosong tanpa Ken. Sepertinya kali ini ganti dirinya yang pusing dan minta dibangunkan dari mimpi. Sekilas dia melihat Ken melangkah gontai menuju ke mobilnya.

"Ken!" panggil Nanda sambil bergegas mengejar pria itu. Memang di luar nalar. Nanda hanya tidak menyadari itu.

"Ken!"

"Nggak perlu diusir, Nda. Aku udah mau pulang. Kayaknya tadi aku cuma mimpi bisa peluk kamu," Ken tertawa lirih, "Cuma mimpi aja udah senangnya kebangetan."

Kali ini benar-benar giliran Nanda yang terhenyak. Nanda merapatkan mulutnya bukan marah atau kecewa. Tapi hanya tidak mengerti. Sepertinya memang benar apa yang Bayu katakan tadi bahwa apa yang dilakukan Nanda adalah sebuah kemustahilan. Tidak mungkin Nanda bisa kehilangan sikap keras yang sudah seperti menjadi identitas bagi orang-orang kepada Nanda.

"Nanda, aku balik ke Cafe lagi ya. Makasih, lihat kamu aja udah senang," Ken mendekatkan wajahnya pada Nanda lalu berbisik, "Tapi aku nggak akan bosan datengin kamu sampai kamu mau nikah sama aku."

Ken kembali menegakkan tubuhnya dengan senyum lebar meyakinkan. Sementara Nanda terdiam menahan napas. Bukan pada kalimat Ken yang terakhir. Tapi lebih pada sikap luluh Nanda yang dibilang hanya mimpi.

Nanda masih berdiri terdiam sampai mobil Ken meninggalkan pelataran Cafe itu. Sekali lagi dia menarik napas kemudian kembali masuk. Perasaannya sedikit sesak.

"Mella," panggil Nanda sendu menghampiri Mella yang sedang merapikan meja kursi.

"Ya, Mbak?"

"Emangnya salah kalau saya melunak? Saya tulus lho, tapi kenapa mereka bilang mustahil? Emang saya keras banget jadi orang? Kamu juga ngerasa gitu ke saya?"

Mella meringis kaku mendapat pertanyaan yang sama sekali tidak dia sangka. Entah apa yang menyebabkan asisten Boss-nya itu meradang kesal. Matanya terlihat berkaca-kaca. Mella tidak kunjung menjawab, hanya terdiam menatap Nanda takut-takut. Takut kalau jawabannya nanti tidak seperti yang Nanda inginkan.

"Tuh kan, benar? Ya ampun, Nanda kebangetan banget jadi orang," lenguh Nanda lalu beranjak meninggalkan Mella.

"Mbak Nanda," panggil Mella merasa tidak enak hati.

"Aku menyedihkan," lenguh Nanda lagi tanpa menoleh pada Mella.

Nanda melangkah lunglai menuju ke meja kasir. Terkadang semesta tidak adil. Katanya menggunakan hati itu baik. Nyatanya orang malah jadi meragukannya. Tapi Nanda mengakui, sikap Ken tadi yang tiba-tiba memang sudah menyentuh hatinya. Nanda melihat ketulusan itu.

Tapi sudahlah. Apa yang bisa dilakukan? Melupakan hal yang tadi mungkin baik untuk saat ini. Nanda menegakkan tubuh dan wajahnya. Tersenyum tipis, meyakinkan dirinya untuk melupakan kejadian tadi.

"Ini bukan apa-apa," ucap Nanda pada dirinya sendiri lalu meraih map dari rak di sampingnya. Pikirnya, lebih baik melanjutkan pekerjaannya. Ya, sikap kerasnya kembali datang.

"Nanda!"

"Tiga varian dessert, masing-masing delapan puluh paks. Sampai tujuan jam enam petang untuk acara ulang tahun. Acara dimulai jam tujuh. Oke, jangan sampai telat dan sepertinya saya sarankan untuk close tamu mulai jam dua siang," ucap Nanda tanpa menoleh ke sumber suara.

Bayu terhenyak mendengar kalimat Nanda. Sedikit mengernyit kala merasa terkadang posisinya tertukar. Yang Boss-nya Nanda atau dia?

"Saya masih Boss kan?" tanya Bayu mendekat.

Nanda memutar kursi, tersenyum menyeringai pada lelaki itu. Membuat Bayu merasa sedang dijungkirbalikkan oleh Nanda. Setelah tadi sempat tidak percaya dengan sikap lembut Nanda, sekarang dia mendapati Nanda kembali pada Nanda yang dia kenal.

"Saya masih asisten Bapak. Tapi kan Bapak yang turun tangan langsung membuat dessertnya. Jadi, saya hanya mengingatkan. Nanti kalau nggak diingatkan Bapak sewot sama saya lagi. Salah saya lagi, Pak?"

"Iya iya. Aduh, saya jadi tambah pusing sama kamu, Nda. Ya udah, nanti bantu saya packing," sahut Bayu mengalah sebelum kemudian dikagetkan dengan sebuah suara dengan napas tersengal-sengal. Bahkan Nanda pun sampai membeliakkan matanya.

"Nda, ini beneran kan? Kamu kasih kesempatan aku buat kenal kamu?!"

**
Tbc
04 November 2018
S Andi

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top